Minggu, 26 Agustus 2012

Kesabaran Yang Berbuah Manis

Diceritakan ada seorang anak yang menceritakan keluh kesah nya kepada sang ayah.

"Ayah , kenapa aku harus belajar dengan keras untuk mendapatkan nilai yang bagus? sedangkan teman-teman ku hanya dengan menyontek mereka bisa mendapatkan nilai bagus dengan sangat mudah.Ayah kenapa aku harus bekerja membersihkan rumah, sedangkan
teman-temanku tinggal menyuruh pembantu untuk membersihkannya.Ayah, teman-temanku bisa membeli sesuatu yang diinginkannya tanpa harus menabung, tidak seperti aku.Dan aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedangkan temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.Dan aku juga sangat capek, karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku.Aku capek ayah,aku capek menahan diri.Aku ingin seperti mereka.Mereka terlihat senang.Dan aku ingin bersikap seperti mereka ayah."

Sang anak mulai menangis.
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata,

"Anakku,ayo ikut ayah.Ayah akan menunjukan sesuatu kepadamu."

Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menelusuri sebuah jalan yang sangat jelek.Banyak duri, serangga , lumpur dan ilalang.Lalu sang anak pun mulai mengeluh.

"Ayah, mau kemana kita? aku tidak suka jalan ini.Lihat sepatuku, jadi kotor.Kakiku luka karena tertusuk duri, badanku dikelilingi oleh serangga , berjalan pun susah karena ada banyak ilalang.Aku benci jalan ini ayah."

Sang ayah hanya diam.Dan akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah.Airnya sangat jernih dan segar.Ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik dan pepohonan yang rindang.

"Waahh ! Tempat apa ini ayah? Aku suka tempat ini."

Sang ayah hanya diam dan duduk dibawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

"Kemarilah anakku! ayo duduk disamping ayah."

Ujar sang ayah.Lalu anaknya pun ikut duduk disamping ayahnya.

"Anakku, taukah kau mengapa tempat ini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah."

"Tidak tau ayah.Memangnya kenapa?"

"Itu karena orang-orang tidak mau menelusuri jalan yang jelek tadi.Padahal mereka tau ada telaga disini.Tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menelusuri jalan itu."

"Ohh, berarti kita orang yang sabar ya yah."

"Nah, akhirnya kau mengerti.", kata sang ayah.

" Mengerti apa? aku tidak mengerti." , kata sang anak.Kemudian sang ayah berkata,

"Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik , butuh kesabaran dalam kejujuran dan butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kebenaran seperti jalan yang tadi.Bukankah kau harus sabar saat duri melukai kakimu.Dan kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu.Kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga.Dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah.Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa-apa anakku.Oleh karena itu bersabarlah."

"Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar." , kata sang anak.

"Aku tau! Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat.Begitu pula hidup.Ada ayah dan ibu yang akan terus berada disampingmu agar saat kau jatuh , kami bisa mengangkatmu.Tapi ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu dikala kau jatuh.Suatu saat nanti kau harus bisa berdiri sendiri.Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain.Jadilah dirimu sendiri.Seorang pemuda yang kuat, yang tetap tabah karena kau tau ada Tuhan disampingmu.Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan, menyusuri kehidupan, saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang."

Minggu, 12 Agustus 2012

Bentuk-bentuk Pengabulan Doa


Rasulullah SAW bersabda, “Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera didunia ini, dan bisa juga ditangguhkan diakhirat nanti, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan doa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahmi, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun belum juga dikabulkan.” (HR. Ath-Thirmidzi)

Jadi ada tiga bentuk pengabulan doa:

PERTAMA : Doa Anda dikabulkan di dunia.
KEDUA : Ditangguhkan sampai nanti hari kiamat.
KETIGA : Sebagai penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa Anda.

Sebagian ada yang menginginkan bentuk pertama. Sebagian lagi menginginkan yang kedua, dan yang lainnya menginginkan yang ketiga. Namun bagi seorang mukmin, ketiga-tiganya bernilai sama.

Ya, ketiga-ketiganya sama, sebab ia telah menyerah pada ketentuan Allah dan betul-betul menggantungkan diri kepada-Nya.

Ya Allah, tuliskanlah kebaikan untuk kami kapan dan dimana saja, serta berikanlah keridhaan-Mu kepada Kami...!

Sebagian kita mungkin tidak tertarik dengan hal ini. Ia berangkali berkata, “Allah Maha mengabulkan doa, dan saya menginginkan doa saya dikabulkan di dunia ini, sebab inilah yang saya sukai, bukan yang lainnya!”

Saya bisa merasakan apa yang Anda rasa, wahai saudaraku. namun apa yang membuat Anda demikian yakin, semua doa Anda akan mendatangkan kebaikan bagi Anda? Tidakkah Anda mengerti barangkali sebagian doa Anda justeru akan mendatangkan kejelekan bagi Anda sendiri? Anda mungkin telah berdoa kepada Allah agar menikahkan Anda dengan si Anu dan Anda betul-betul menghiba dalam doa Anda, namun Allah ternyata tidak mengabulkannya. Anda mengira bahwa Allah tidak mengabulkannya karena Anda tidak merasakan hasilnya di dunia. Namun sebenarnya Allah telah mengabulkannya! Yaitu dengan menghalangi kejelekan yang hampir menimpa Anda tanpa Anda sadari, atau menangguhkan jawaban doa tersebut nantinya di hari kiamat.

Perhatikanlah saudaraku, ketika nanti hari kiamat, Allah SWT datang kepada sang hamba dan berfirman, “Tidak pernah engkau berdoa kepada-Ku, melainkan telah Aku kabulkan. Ingatkah Engkau akan doa ini?” Sang hamba pun menjawab, “Benar.” Maka Allah SWT pun berfirman, “Doa itu telah aku kabulkan di dunia, bukan?” Sang hamba menjawab, “Ya, benar.” Lalu Allah SWT bertanya lagi, “Ingatkah engkau akan doa ini?” Sang hamba menjawab, “Ya, benar.” Allah SWT berfirman, “Doa itu belum Aku kabulkan di dunia bukan?” Sang hamba pun menjawab, “Aku dulu ingin menikah dengan si Anu, aku dulu ingin masuk ke fakultas anu, aku ingin bekerja di perusahaan anu...” Maka Allah SWT pun berfirman, “Telah aku sediakan pahala untukmu di akhirat sedemikian, dan sedemikian.” Demikian menakjubkan, sampai-sampai seorang mukmin akan berharap agar doanya tidak dikabulkan didunia.

Saya rasa setelah membaca kata-kata ini motivasi Anda akan bertambah. Memang setiap hati memiliki pengaruh yang berbeda. Itulah tabiat kita. Saya merasa Anda baik-baik saja, sebab Anda takut diri Anda akan hidup di tengah jurang kehancuran.

Barangsiapa yang tak pernah ingin memanjat tebing yang menjulang
Maka, akhirnya ia akan hidup di tengah-tengah jurang yang mendalam

die. *Ibadah Sepenuh Hati*
Amru Khalid

Syarat Terkabulnya Do'a


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika ada seseorang yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya dengan tangan hampa” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Hadits tersebut menggambarkan bahwa Allah senantiasa mengabulkan do’a hamba-Nya yang memohon kepada-Nya. Ada beberapa bentuk pengabulan do’a, yaitu dikabulkan di dunia, ditangguhkan sampai hari kiamat, dan sebagai penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa seorang hamba1. Akan tetapi, do’a akan dikabulkan hanya jika syaratnya terpenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah:

Pertama, ikhlas. Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdo’a hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka2.

Kedua, ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, termasuk dalam segala bentuk ibadah. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzaab 21)

Ketiga, yakin bahwa do’anya akan dikabulkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin akan terkabulnya do’a itu” (HR. Tirmidzi). Jika seorang hamba berdo’a kepada Allah sementara ia tidak yakin Allah akan mengabulkan do’anya, maka itu adalah sebuah kesia-siaan. Umar Ibnul Khattab pernah mengatakan, “Aku tidak membebani diriku dengan keinginan untuk terkabulnya do’a. Aku hanya ingin berharap agar tetap bisa berdo’a”3. Allah berfirman (yang artinya), “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir 60).

Keempat, kekhusyukan di hadapan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seseorang yang lalai dan tidak serius” (HR. Tirmidzi). Seringkali seseorang berdo’a setelah sholat namun tidak merasakan apa yang diucapkannya.

Seorang tabi’in pernah mengatakan, “Sungguh, aku tahu kapan do’aku akan dikabulkan”. Mereka bertanya, “Bagaimana itu bisa?” Ia menjawab, ”Jika hatiku telah khusyuk, kemudian badanku juga ikut khusyuk, dan akupun mengalirkan air mata. Ketika itulah aku mengatakan do’aku ini akan dikabulkan”4.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Tahukah kalian bagaimana seharusnya seorang muslim berdo’a?” Mereka bertanya, “Bagaimanakah itu wahai Imam?” Beliau menjawab, “Tahukah kalian bagaimana seseorang yang berada di tengah gelombang lautan, sementara ia hanya memiliki sebatang kayu, dan iapun akan tenggelam? Kemudian orang ini berdo’a dengan mengatakan, ‘Ya Rabbi, selamatkanlah aku! Ya Rabbi, selamatkanlah aku!’ Maka demikianlah seharusnya seorang muslim berdo’a (kepada Allah)”5. Hal ini memperlihatkan bahwa sudah selayaknya seorang hamba yakin bahwa tidak ada lagi yang mampu menyelamatkannya selain Rabbnya sehingga ia akan kembali kepada-Nya dalam keadaan apapun dan berdo’a kepada-Nya karena rasa membutuhkan yang lahir dari kelemahan diri. Allah berfirman (yang artinya), “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan jika ia berdo’a kepada-Nya…” (QS. An Naml 62).

Kelima, tidak isti’jal (tergesa-gesa minta cepat terkabulnya do’a). Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan dikabulkan do’a seseorang di antara kalian sepanjang ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata, ‘Aku telah berdo’a dan berdo’a, namun aku tidak melihat terkabulnya do’aku’, sehingga iapun tidak lagi berdo’a” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah). Orang yang tergesa-gesa dalam berdo’a kemudian meninggalkannya karena merasa tak juga dikabulkan do’anya bagaikan orang yang menanami ladangnya dengan menabur benih. Namun ketika benih itu mulai tumbuh, ia mengatakan, “Agaknya benih-benih ini tidak akan tumbuh”, dan kemudian ia meninggalkannya begitu saja.

Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Allah bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, apakah hamba-Ku berdo’a kepada-Ku?” Jibril menjawab, “Ya”. Allah bertanya lagi, “Apakah ia menghiba kepada-Ku dalam meminta?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka Allah berfirman, “Wahai Jibril, tangguhkanlah (pengabulan) permintaan hamba-Ku, sebab Aku suka mendengar suaranya”6.

Keenam, hanya makan yang halal, termasuk di dalamnya adalah menghasilkan harta dari sesuatu yang halal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah memerintah orang-orang mukmin seperti apa yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul” (HR. Muslim, Tirmidzi). Dalam firman-Nya, Allah memerintahkan (yang artinya), “Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yng baik-baik, dan kerjakanlah amal sholih…” (QS. Al Mu’minuun 51).

Ketujuh, tidak berdo’a untuk sesuatu yang berdosa. Dari Abu Said, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila seorang muslim berdo’a dan tidak memohon sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah salah satu dari tiga: Akan dikabulkan do’anya, atau ditunda untuk simpanan di akhirat, atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya” (HR. Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478)7.

Kedelapan, husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah bahwa Dia akan mengabulkan do’a kita. Kalaupun tak dikabulkan, itu karena hikmah yang Allah lebih mengetahuinya. Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman (yang artinya), "Aku bergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku" (HR Bukhari).

__________________________________________________________________

1 Amru Khalid. Ibadah Sepenuh Hati, cet ke IX. Solo: PT Aqwam Media Profetika. Hal 172

Perbedaan Suka, Sayang dan Cinta

Suka adalah saat kamu ingin memiliki seseorang. . .
Sayang adalah saat kamu ingin membahagiakan orang itu. . .
Dan cinta adalah saat kamu rela berkorban untuk orang itu . . .

Saat kamu bersedih dan menangis maka seseorang yg “menyukaimu” akan berkata ’sudahlah jgn menangis lg’
Tapi seseorang yg ‘menyayangi’ akan diam dan ikut menangis bersamamu
Dan seseorang yg ‘mencintaimu’ akan membiarkanmu menangis dan menunggumu hingga tenang lalu berkata ‘mari kita selesaikan ini bersama’

Saat seseorang yg menyukaimu berada disampingmu maka dia akan bertanya ‘bolehkah aku menciummu?’
Tapi seseorang yg menyayangimu maka diam akan berkata ‘biarkan aku memelukmu’
Dan seseorang yg mencintaimu takkan berbicara..dia hanya akan selalu memegang erat tanganmu seakan dia takkan mau membiarkanmu terjatuh

Saat kamu menyukai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan marah dan takkan mau lg berbicara dengannya..
Tapi jika kamu menyayangi seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan menangis karenanya
Dan jika kamu mencintai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan tersenyum walau itu pahit dan berkata ‘dia hanya belum tahu apa yg dia lakukan’

Suka hanyalah keegoisan diri sendiri
Sayang adalah memberi dan menerima
Dan cinta adalah rela berkorban

Suka hanya akan berbuat jika itu menyenangkan...
Sayang berbuat karena ingin selalu ada untuknya...
Dan cinta berbuat karena tak ingin membuatnya terluka...

http://www.facebook.com/pages/Bidadari-Dunia-Mencari-Cinta-Sejati-Nya/189369451113046

~ Surat Untuk Yang Tersakiti ~


mencintaisederhana.blogspot.com.Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti.
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri, untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.


Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,

Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita. Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu. Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini. Maka maafkanlah aku.
Apakah engkau harus terus memegang kata: tidaklah mudah untuk memaafkan.



Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku? Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu. Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah. “Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”
Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita: “Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku ku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas.”

Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu. Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?”
Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!”

Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu. Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”

Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu. Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya. Dulu, kita berdua begitu baik.

Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?

Sedari awal, aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku. Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita. Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.

Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul. Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi. Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai. Aku sekarang sedang mencari bidadari.

Ingin aku bercerita kepadamu, kandidat-kandidat bidadariku.

Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati. Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?

Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi. Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina. Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.

Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.

Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini. Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk. Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?

Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan. Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka, bukalah pintu maafmu itu.
Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku minta maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jumat, 10 Agustus 2012

Nazrey Johani - Harapan Pada Mu Subur Kembali

Wahai Tuhanku Yang Esa
Bila Kenangkan Qahar-Mu
Rasa Gerun Di Hatiku
Kerana Takutkan Seksa-Mu

Hamba-Mu Rasa Berputus Asa
Siapakah Dapat Bersihkan Diri
Dari Segala Dosa yang Memburu
Setiap Hari Setiap Ketika

Tika Mengenang Ghafar-Mu
Putus Asa Tiada Lagi
Semangatku Pulih Semula
Harapanku Subur Kembali

Ujian Menimpa Menekan Di Jiwa
Tak Sanggup Meneruskan Perjuanganku
Mehnah-Mu itu Penghapus Dosaku
Mengganti Hukuman-Mu Di Akhirat

Di Waktu Mengenang Rahmat-Mu
Terasa Diri Kurang Bersyukur
Pada-Mu Harusku Memohon
Moga Syukurku Bertambah

Alangkah Susahnya
Mendidik Nafsuku
Yang Tidak Dapat Melihat Kebenaran-Mu
Bantulah Hamba-Mu
Dalam Mendidik Jiwaku Ini


Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Penerima Cobaan!

Tengoklah kanan kiri, tidakkah Anda menyaksikan betapa banyaknya orang yang sedang mendapat cobaan, dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah, di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.

Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka Anda bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaan Anda tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain.

Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di atas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan badannya, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.

Berapa banyak orang yang dipenjara selama bertahun-tahun tanpa pernah dapat melihat cahaya matahari sekalipun, dan ia hanya mengenal jeruji'jeruji selnya.

Berapa banyak orang tua yang harus kehilangan buah hatinya, baik yang masih belia dan lucu-lucunya, atau yang sudah remaja dan penuh harapan.

Betapa banyaknya di dunia ini orang yang menderita, mendapat ujian dan cobaan, belum lagi mereka yang harus setiap saat menahan himpitan hidup.

Kini, sudah tiba waktu Anda untuk memandang diri Anda mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba pula waktu Anda untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan.

Di pagi hari, istana-istana kehidupan penuh sesak dengan penghuninya, namun menjelang senja istana-istana itu ambruk menjadi reruntuhan. Mungkin saat ini kekuatan masih prima, badan masih sehat, harta melimpah, dan keturunan banyak jumlahnya. Namun dalam hitungan hari saja semuanya bisa berubah: jatuh miskin, kematian datang secara tibatiba, perpisahan yang tak bisa dihindarkan, dan sakit yang tiba-tiba menyerang.

{Dan, telah nyata bagimu bagaimana Kami berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.} (QS. Ibrahim: 45)

Sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebagaimana kesiapan seekor unta berpengalaman yang akan mengiringi Anda menyeberangi padang sahara. Bandingkan penderitaan Anda dengan penderitaan orang-orang di sekitar Anda dan orang-orang sebelum Anda, niscaya Anda akan sadar bahwa Anda sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka. Bahkan, Anda akan merasakan bahwa penderitaan Anda itu hanyalah duri-duri kecil yang tak ada artinya.

Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberika kepada Anda, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah kemuliaan Anda bersama orang-orang menderita di sekitar Anda.

Banyak suri tauladan Rasulullah s.a.w. yang perlu Anda contob. Syahdan, beliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir Makkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dikepung dalam suatu kaum beberapa lama hingga beliau hanya dapat makan dedaunan apa adanya saja, diusir dari Makkah, dipukul gerahamnya hingga retak, dicemarkan kehormatan isterinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, dan seorang putera serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena terlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar.

Beliau pernah pula dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun, Allah melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya. Sebelum itu, Nabi Zakariya dibunuh kaumnya, Nabi Yahya dijagal, Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan
itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan darahnya sendiri, Utsman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus menerima punggungnya penuh bekas cambukan, dijebloskan ke dalam penjara, dan juga dibuang ke negari lain.

{Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang'orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).}(QS. Al-Baqarah: 214)

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.}(QS. Al-Maidah: 52)

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata: {Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.} (QS. Al-Anbiya': 69)

Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s). Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah, {Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.}(QS. Asy-Syu'ara:: 62)

Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad s.a.w. yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar. Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka.

Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar.

Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi
sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan

Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!

Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan.Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk dan berlipat ganda.

Ketika Rasulullah s.a.w. diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.

Ahmad ibn Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu Taimiyyah pernah di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak melahirkan karya.

As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku sebanyak dua puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami'ul Ushul dan an-Nihayah, salah satu buku paling terkenal dalam hadits.

Demikian halnya dengan Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Baghdad, dan karena itu
ia menguasai qiraah sab'ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang sangat indah dan tak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman Abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abi Dzuaib al-Hudzali mati meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyiannyanyian puitis yang mampu membekam mulut zaman, membuat setiap pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan saat mendengarnya kembali.

Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang paling terang darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon, Anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah seekor ular dari orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian tubuhnya yang lain. Ketika disengat kala jengking, ketahuilah bahwa sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari bahaya bisa ular.


Kendalikan diri Anda dalam berbagai kesulitan yang Anda hadapi! Dengan begitu, Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan melati yang harum kepada kami.

Dan,{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.
(QS. Al-Baqarah: 216)

Sebelum terjadi revolusi besar di Perancis, konon negara itu pernah memenjara dua sastrawan terkenalnya. Salah seorang dari keduanya sangat optimistis dan yang seorang lagi pesimistis bahwa revolusi dan perubahan akan segera terjadi.
Setiap hari keduanya sama-sama melongokkan kepala melalui sela-sela jeruji penjara.

Hanya saja, sang sastrawan yang optimistis selalu memandang ke atas dan melihat bintang-bintang yang gemerlap di langit. Dan karena itu ia selalu tersenyum cerah. Adapun sastrawan yang pesimistis, ia selalu melihat ke arah bawah dan hanya melihat tanah hitam di depan penjara, dan kemudian menangis sedih.

Begitulah, sebaiknya Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar serta pahala

Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesulitan Apabila Ia Berdoa?

Siapakah yang berhak menjadi tempat mengadu orang-orang yang dilanda kegelisahan, kesempitan, kesulitan dan kesedihan? Kepada siapakah mereka harus memohon pertolongan?

Siapakah yang layak menjadi tempat bergantung, memohon, meminta dan meratap semua makhluk? Siapakah yang berhak menjadi gantungan hati dan selalu diucapkan oleh lidah manusia? Tak lain, adalah hanya Allah yang tiada Ilah selain Dia.

Bagiku dan juga Anda, adalah suatu kewajiban untuk berdoa dan meminta kepada-Nya dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan mudah maupun ketika sulit. Kita harus menumpahkan semua permasalahan ke haribaan-Nya dan kita juga tetap harus ber-tawassul kepada-Nya, meski dalam keterjepitan seperti apapun. Kita harus duduk bersimpuh di depan pintu gerbang-Nya sambil memohon, menangis merendahkan diri dan
meminta ampunan-Nya. Dan kemudian, tunggulah!

Karena pada saatnya nanti akan datang pertolongan, ma'unah (uluran), bantuan dan kemudahan yang bersumber dari-Nya. {Atau, siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya.} (QS. An-Naml: 62)


Jawabannya adalah Allah-lah yang menyelamatkan orang yang tenggelam, memberi jalan keluar orang-orang yang mengalami kesulitan, menolong orang yang dizalimi, memberi petunjuk orang yang sesat, menyembuhkan orang yang sakit, dan meringankan beban orang yang mendapat cobaan.

{Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.} (QS. Al-'Ankabut: 65)

Di sini, saya tidak akan memaparkan doa-doa pengusir rasa duka, gundah dan sedih. Bagaimanapun, sebaiknya Anda mempelajari sendiri kalimat-kalimat doa yang indah dalam kitab-kitab hadist. Setelah itu, mengadulah, merataplah, berdoa dan memohonlah kepada-Nya. Dan bila Anda sudah berhasil menemukan-Nya, berarti Anda telah mendapatkan segalanya. Akan tetapi, jika Anda kehilangan iman kepada-Nya, niscaya
Anda telah kehilangan segalanya.

Doa Anda kepada Rabb terhitung sebagai wujud lain dari ibadah. Juga sebagai bukti ketaatan besar yang akan mendatangkan suatu pemberian lebih dari apa yang Anda minta. Maka itu, seorang hamba yang benar-benar mengetahui hakekat berdoa kepada Allah, niscaya ia tak akan pernah resah, gundah, dan kacau pikirannya.

Semua tali akan mengerut kecuali tali-Nya, dan semua pintu akan tertutup kecuali pintu-Nya. Allah Maha Dekat, Maha Mendengar, dan Maha Menjawab. Dia mengabulkan doa setiap orang yang berada dalam kesulitan.

Dia memerintahkan Anda — karena Anda manusia yang selalu membutuhkan dan lemah, dan Dia Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Tunggal dan Maha Terpuji — agar senantiasa berdoa. Dia berkata, {Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu.}.(QS. Al-Mu'minun: 60)

Ketika musibah dan bencana datang silih berganti menimpa Anda, berdzikirlah kepada-Nya, sebutlah nama-Nya, mohonlah pertolongan-Nya, dan mintalah jalan keluar dari-Nya! Tundukkan wajah untuk mengkuduskan nama-Nya demi mendapatkan mahkota kemerdekaan dari-Nya. Lekatkan hidung pada tempat Anda bersujud kepada-Nya agar Anda mendapatkan keselamatan.

Angkat kedua tangan Anda, buka kedua telapak tangan Anda, perbanyak memohon kepada-Nya, jangan pernah bosan meminta kepada- Nya, dan jangan pernah berpaling dari depan pintu-Nya. Harapkanlah kelembutan kasih sayang dari-Nya, nantikan pertolongan-Nya, nyaringkan suara Anda tatkala menyebut nama-Nya, dan selalu berbaik sangkalah kepada-Nya. Curahkan seluruh waktu Anda untuk-Nya dan beribadahlah kepada-Nya dengan tekun agar Anda mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan

Qadha' dan Qadar

{Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.}(QS. Al-Hadid: 22)

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka,{Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami."}(QS. At-Taubah: 51)


Apa yang membuat Anda benar, maka tak akan membuat Anda salah. Sebaliknya, apa yang membuat Anda salah, maka tidak akan membuat Anda benar.


Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa Anda dan kukuh bersemayam dalam hati Anda, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala.

"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-Nya." (Al Hadits)

Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu penyakit, kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan takdir telah bicara.

Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik Allah. Pahala telah tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah
orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Lapang.

{Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.}(QS. Al-Anbiya: 23)

Syaraf-syaraf Anda akan tetap tegang, kegundahan jiwa Anda tak akan reda, dan kecemasan di dada Anda tak akan pernah sirna, sebelum Anda benar-benar beriman terhadap qadha' dan qadar.


Tinta pena telah mengering bersamaan dengan semua hal yang akan Anda temui. Maka, jangan biarkan diri Anda larut kesedihan. Jangan mengira diri Anda sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang akan runtuh, membendung air yang akan meluap, menahan angin agar tak bertiup, atau memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua itu dapat terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah digariskan akan terjadi. Setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan
akan terlaksana.

Demikianlah "orang bebas memilih; boleh percaya dan tidak" Anda harus menyerahkan semua hal kepada takdir agar tak ditindas oleh bala tentara kebencian, penyesalan dan kebinasaan. Dan, percayalah dengan kebenaran qadha' sebelum Anda dilanda banjir penyesalan! Dengan begitu, jiwa Anda akan tetap tenang menjalani segala daya upaya dan cara yang memang harus ditempuh.

Dan bila kemudian terjadi hal-hal yang tidak Anda inginkan, maka itu pun merupakan bagian dari ketentuan yang memang harus terjadi. Jangan pula pernah berandai, "Seandainya saja aku melakukan seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya." Tapi katakanlah, "Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan." (Al-Hadits)

Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!

Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan,{Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.} (QS. At-Taubah: 87)

Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri.

Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan,bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana; mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Maka dari itu, saya nasehatkan kepada Anda dan diriku sendiri bahwa
mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada


terlarut dalam kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak tubuh dengan narkoba.
Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina; meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air satu tetes setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa penantian yang panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres dan gila.


Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah pencuri yang culas. Adapun akal Anda, tak lain merupakan mangsa empuk yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan dan si "pencuri".

Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu! Ini, karena aku ingin mengingatkan Anda agar tidak berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata
kesedihan.

Lirik Nasyid Ansyada Gontor “Renungan Suci”

Dunia ini Penuh dengan cerita

Hidup ini penuh suka dan duka

Jalani hidup ini dengan tabah

Jangan sampai kau lupakan Allah

Walau berlimpah dengan kekayaan

Walau bertumpuk dengan kedudukan

Namun itu tak kekal selamanya

Itu hanyalah ujian allah

Sadarlah…sadarlah…

Wahai manusia…

Dunia… hanyalah

tempat bersinggah

Carilah.. carilah

Amal yang berlimpah

Hidup di dunia fana tidaklah lama


Artikel Terkait di imtaq.com

Lirik Nasyid Ansyada Gontor “Arti Perjuangan"

Limpahan restumu Allah (dan do’a ayah bunda)

Mengiringi langkahku (terus berlalu)

Hanyalah berbekal do’a (kupanjatkan padamu)

Semoga kelak tercapai (segala ridhomu)

Tetesan keringatmu (dan linang air mata)

Kan menjadi cobaanmu (untuk kau hadapi)

Terus kuatkan tekadmu (dan sabarlah selalu)

Hingga kan tiba waktunya (tuk berbahagia)

Tiada usaha yang akan sia-sia

Segala keletihan kan bernilai jua

Tetaplah semangat untuk terus berjuang

Li i’lai kalimatillah 2x

(Sahabat, usaha yang kau tanam, kesusahan yang dating, akan membuahkan sebuah kesuksesan, li i’lai kalimatillah)

http://imtaq.com/lirik-lagu-ansyada-gontor-%E2%80%9Carti-perjuangan%E2%80%9D/

6 Sikap Buruk yang Merusak Kepribadian

Oleh Drs Mukhlis Denros
berfikir sebelum berbuat

berfikir sebelum berbuat

Manusia memiliki kepribadian positif dan negatif yang tercermin pada tingkah laku dalam setiap sepak terjang kehidupan sehari-hari. Sikap positif tampak dalam tindakan patuh, mencari kebenaran, introsfeksi diri, bekerja, mengadakan lapangan kehidupan.

Sedangkan sikap negatif terlihat pada pembangkangan, cendrung kepada perbuatan maksiat, malas bekerja serta membuat kerusakan baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadis yang datang dari Adi bin Hatim yang diriwayatkan oleh Addailami, ”Ada enam hal yang menyebabkan amal kebajikan menjadi sia-sia [tidak berpahala] yaitu sibuk mengurus aib orang lain, keras hati, terlalu cinta kepada dunia, kurang rasa malu, panjang angan-angan dan zalim yang terus menerus di dalam kezalimannya.”

Sibuk meneliti aib orang lain

Dia lebih suka mencari dan menyebarkan keburukan yang terdapat pada orang lain lalu membesar-besarkannya, sementara aib sendiri tidak pernah diperiksa sesuai dengan pepatah lama, ”Kuman di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tidak nampak”.

Sebuah riwayat mengisahkan seorang khalifah memperhatikan rakyatnya di tengah malam, lalu dia menemukan dalam sebuah rumah seorang lelaki dan wanita serta minuman khamar yang dihidangkan, dia masuk ke rumah itu dengan memanjat dinding sambil membentak,dan terjadilah dialok.

Khalifah: Hai musuh Allah, apa kau kira Allah akan menutupi kesalahan ini ?

Lelaki: Tuan sendiri jangan tergesa-gesa, juga tuan telah melakukan kesalahan.

Khalifah: Kesalahan apa yang saya perbuat ?

Lelaki: Kesalahan saya hanya satu yaitu apa yang Khalifah lihat sekarang, sedangkan tuan telah melakukan tiga kesalahan yaitu; memata-matai keburukan orang lain, padahal Allah melarang perbuatan itu, masuk rumah orang dengan memanjat dinding, bukankah ada pintu yang harus dilalui dan masuk rumah tanpa izin tuan rumah.

Keras hati

Artinya tidak mau menerima pengajaran yang baik, nasehat yang mengandung maslahat ditolaknya. Tidak suka segala kesalahannya dikritik apalagi dihukumi, dialah yang paling benar, disamping itu hatinya tidak tersentuh oleh penderitaan dan kesedihan orang lain.

Di masa Rasulullah SAW, terdapat suatu kejadian yang membuat semua sahabat bersedih karena matinya salah seorang anggota keluarga dari mereka, bahkan Nabi Saw pun meneteskan air matanya, sahabat-sahabat disekitarnyapun berlinang air matanya, tapi seorang sahabat nampak biasa-biasa saja, sedikitpun dia tidak tersentuh melihat kejadian itu. Lalu dia bertanya kepada Nabi Saw, maka Rasulullah menjawab, ”Itu tandanya hati yang keras”.

Orang yang keras hati cendrung egois, sombong, takabur dan tidak mau menerima kebenaran, karena hatinya telah beku dan tidak terbuka untuk menerima pengajaran yang benar.

Terlalu cinta kepada dunia

Kehidupan dunia hanya sementara sebagai musafir yang berada dalam perjalanan lalu istirahat pada sebuah tempat. Namun tidak sedikit manusia yang beranggapan tempat istirahat sejenak itulah tujuan sehingga lupa akan tujuan semula.

Diprediksi oleh Nabi Muhammad Saw, bahwa nanti pada suatu masa ummat Islam aan dikeroyok oleh ummat lain sebagaimana mereka menghadapi makanan di atas meja, padahal jumlahnya mayoritas tapi kekuatannya ibarat buih di atas lautan, mudah hancur. Saat itu ummat dihinggapi penyakit yang bernama ”Wahn” yaitu suatu bakteri yang meracuni ummat ini sehingga mereka terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian.

Sedikit rasa malu

Orang yang memiliki sifat ini tidak malu-malu berbuat apapun menurut kemauannya, dosa dan maksiat suatu perbuatan sehari-hari, sedangkan benar dan salah bukan suatu ukuran.

Bila malu habis, maka akan berbuat seenaknya dan beranggapan diri lebih suci dari orang lain. Menurut Abu Hasan Al Mawardi, malu ada tiga macamnya yaitu;

1. malu kepada Allah
2. malu kepada manusia
3. malu kepada diri sendiri.

Panjang angan-angan

Sifat ini menunjukkan kekerdilan manusia, kemauannya lebih tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan, dia suka berandai-andai. Ungkapannhya berbunyi, ”Seandainya, andai kata, apabila”. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk berangan-angan dan berkhayal yang macam-macam, tapi sama sekali ia tidak berbuat sesuatu. Dia beranggapan bahwa mengkhayal itu benar, khayalan itu enak dan gratis. Orang yang seperti ini ibarat, ”Pungguk merindukan bulan”, atau ”Katak ingin jadi kerbau”.

Perbuatan dzalim yang terus menerus

Watak manusia karena kuat dan kuasa dia melakukan eksploitasi bangsa lain, memeras bawahan dan menindas yang lemah, bila ini dilakukan tidak henti-hentinya, maka akibatnya orangpun terus menerus menanggung dari kezhalimannya. Ahli Hikmat membagi kezhaliman menjadi tiga yaitu ; zhalim kepada Allah dengan Al Fathir ayat 32: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”

Enam sifat inilah yang dapat menghancurkan nilai-nilai ibadah, dia ibarat air di daun keladi, amal yang dilakukan berpahala banyak tapi tertumpah tanpa meninggalkan bekas, bila enam sifat tercela ini terdapat dalam pribadi seseorang, waspadalah atas peringatan Rasulullah Saw tadi. [imtaq]

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/05/14/ll65i0-enam-sikap-merusak-kepribadian

Mengukur Kejujuran

Kejujuran adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Kalau tidak jujur, keimanannya sedang terserang penyakit kemunafikan.

Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?” Rasul SAW menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?” Rasul menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi, “Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” (HR Imam Malik dalam kitab al Muwaththo’)

Inti hadis ini menegaskan, seorang mukmin tidak mungkin melakukan kebohongan. Kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuranlah yang mendasarinya. Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan jujur.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur/benar.” (al-Ahzab [33]: 70).

Rasulullah bersabda: “Kamu sekalian wajib jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada surga.” (HR Ahmad, Muslim, at-Turmuzi, Ibnu Hibban)

Kejujuranlah yang menjadikan Ka’b bin Malik mendapat ampunan langsung dari langit sebagaimana Allah jelaskan dalam surah at-Taubah. Kejujuranlah yang menyelamatkan bahtera kebahagiaan keluarga dan kejujuran pulalah yang menyelamatkan seorang Muslim dari siksa api neraka di kemudian hari. Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia.

Di sinilah urgensinya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah pernah bersabda, “Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan.” (HR Abu Dunya)

Ada tiga tingkatan kejujuran: Pertama, kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realitas. (lihat ash-Shaff [61]: 2 dan al-Ahzab [33]: 70). Kedua, kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Ketiga, kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tingkat tinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah SWT.

Seorang mukmin tidak cukup hanya jujur dalam ucapan dan perbuatan, tapi harus jujur dalam niat sehingga semua ucapannya, perbuatannya, kebijakannya, dan keputusannya harus didasarkan atas tujuan mencari mardlotillah. Kejujuran inilah yang mendorong Umar bin Khattab memiliki tanggung jawab luar biasa dalam memerintah khilafah Islamiyah sehingga pernah berkata: “Seandainya ada seekor keledai terperosok di Baghdad (padahal beliau berada di Madinah), pasti Umar akan ditanya kelak: “Mengapa tidak kau ratakan jalan untuknya?” Bangsa yang tak henti-hentinya diterpa musibah dan krisis sangat membutuhkan manusia-manusia jujur, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun niat. Wallahu a’lam bis shawab.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/04/28/lkcmqi-mengukur-kejujuran

Oleh: Oleh Achmad Satori Ismail

Menemukan Hikmah dibalik Musibah

Seluruh manusia yang hidup di dunia ini tak akan mampu keluar atau menghindari musibah. Bila kita berbicara tentang musibah, yang terfikirkan dalam otak kita adalah sesuatu yang buruk telah terjadi, merugikan orang yang ditimpanya, mengakibatkan kesedihan dan kepedihan hidup. Seluruh manusia tidak suka bila ditimpa musibah. Namun, untuk ummat muslim sesungguhnya setiap apa yang dilaluinya penuh hikmah, apabila ia ditimpa kesenangan ia bersyukur maka baiklah baginya, dan apabila ditimpa musibah ia bersabar maka baiklah baginya. Sesungguhnya selalu terdapat hikmah dibalik setiap musibah.

hikmah dibalik musibah sabar

Sebuah musibah tidak akan berakibat baik bila kita tidak mengetahui dan menemukan hikmah dibalik musibah. Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa kita petik antara lain adalah:

Musibah akan mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ( الشورى: 30)

artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Hikmah dibalik musibahnya adalah agar kita selalu menjaga diri dari perbuatan dosa dan kemaksiatan sehingga terhindarkan dari musibah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” (HR. Bukhari)

Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit (sangat sulit).”

Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.

Itu merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

Musibah Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.

hikmah dibalik musibah lainya adalah sebagai ujian kesabaran. Sebagaimana dituturkan, bahwa seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

Musibah Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.

Agar ingat dan berdoa kepada Allah SWT adalah hikmah dibalik musibah juga. Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman,

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ (فصلت:51 )

artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”

Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada.

Musibah Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan keras kepala.

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dengan musibah ia akan menyadari kelemahanya dan ketidakberdayaanya tanpa pertolongan Allah. Kesadaran inilah yang akan mendorong manusia untuk membuang sikap sombing, ujub dan keras kepala.

Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah n bersabda, ”Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat. Hikmah dibalik musibah bisa jadi Allah menghendaki kebaikan atas diri kita.

Dengan adanya musibah seseorang akan mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan ‘afiyah (kesehatan)

Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa betapa mahalnya nikmat yang selama ini ia terima dari Allah.

Segala sesuatu akan bernilai bila kita dapat menemukan hikmah dibalik itu semua. Tak terkecuali juga untuk sesuatu yang buruk, pastilah bila kita mencermati akan ada hikmah dibalik musibah. Semoga artikel pendek ini dapat terus menambah keimana kita dan menghindarkan kita dari dosa-dosa dan kejelekan diri kita sendiri sehingga menghindarkan kita dari musibah dan menghantarkan kita kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sumber: ebook فوائد المصيبة dengan beberapa tambahan dan pengurangan dari imtaq.com

Lirik Ansyda 3 “B3 (Berfikir, Berbuat dan Bersyukur)”

Duhai sahabat

perjalanan ini masih panjang

Penuh cobaan

halangan dan rintangan

Seharusnya kita persiapkan diri bawa bekal

Untuk bahagia di dunia dan akhirat

Mari syukuri…

nikmat yang tlah Allah beri

Mari berfikir…

tentang esok hari

Kuatkan jiwa…

dengan iman dan takwa

Slalu menjaga…

ibadah hanya pada-Nya

Kerjakanlah apa yang tlah direncanakan

Maju tak gentar mengharap mardhotillah

Iringi do’a dalam segala usaha

Serta tawakal semoga diberkahi-Nya

Hanya pada-Mu Allah

Ku memohon ampunan

Hanya pada-Mu Allah

Ku mohon pertolongan

http://imtaq.com/lirik-ansyda-3-%E2%80%9Cb3-berfikir-berbuat-dan-bersyukur%E2%80%9D/

Kamis, 09 Agustus 2012

keutamaan sholat berjamaah

Sebagian besar masjid-masjid kaum muslimin saat ini kita lihat kosong dari jama’ah baik siang maupun malam. Pemandangan ini hampir merata kita temui di setiap tempat, baik di desa maupun di kota. Inilah bu
ah dari kekurangfahaman mereka dalam ilmu syariat, khususnya yang berkaitan dengan hukum sholat berjama’ah.

Sehingga bila kita tanyakan kepada seseorang, “Mengapa tidak sholat di masjid, kok malah sholat di rumah?”, boleh jadi ia menjawab, “Ah, itu kan cuma sunnah saja…”

Astaghfirullah!!, semoga Alloh memahamkan kepada kaum muslimin tentang syariat yang mulia ini.

Apa Hukum Sholat Berjama’ah?

Ketahuilah, bahwa pendapat yang benar dan rajih dalam masalah ini ialah sholat berjamaah itu wajib (bagi laki-laki, adapun bagi kaum wanita, sholat di rumah lebih baik daripada sholat di masjid walaupun secara berjama’ah). Inilah pendapat yang didukung oleh dalil dalil yang kuat dan merupakan pendapat jumhur (seluruh) ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in, serta para imam madzhab (Kitabus Sholat karya Ibnul Qoyyim).

Perintah Alloh Ta’ala Untuk Sholat Berjamaah dan Ancaman Nabi Yang Sangat Keras Bagi Yang Meninggalkannya

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43). Perhatikanlah wahai saudaraku, konteks kalimat dalam ayat ini adalah perintah, dan hukum asal perintah adalah wajib.

Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (Shahih HR. Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan wajibnya (fardhu ain) sholat berjama’ah, karena jika sekedar sunnah niscaya beliau tidak sampai mengancam orang yang meninggalkannya dengan membakar rumah. Rosululloh tidak mungkin menjatuhkan hukuman semacam ini pada orang yang meninggalkan fardhu kifayah, karena sudah ada orang yang melaksanakannya. (Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al Asqolani)

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh, seorang lelaki buta datang kepada Rosululloh dan berkata, “Wahai Rosululloh, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rosululloh untuk tidak sholat berjama’ah dan agar diperbolehkan sholat di rumahnya. Kemudian Rosululloh memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu telah beranjak, Rosululloh memanggilnya lagi dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?”, Ia menjawab, “Ya”, Rosululloh bersabda, “Penuhilah seruan (adzan) itu.” (Shahih HR. Muslim).

Perhatikanlah, jika untuk orang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan itu tidak ada rukhsoh (keringanan) baginya, maka untuk orang yang normal lebih tidak ada rukhsoh lagi baginya.” (Al Mughni karya Ibnu Qudamah). Andaikan memang shalat berjama’ah ketika itu tidak wajib, untuk apa seorang leleki yang buta mesti repot-repot harus bertanya dan meminta keringanan kepada Rasululloh, sementara untuk orang yang sehat saja tidak wajib? Hal ini salah satu bukti tentang wajibnya shalat berjama’ah.

Hanya Orang Munafik Saja Yang Sengaja Meninggalkan Sholat Jama’ah

Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”.

Lalu bagaimana seandainya Ibnu Mas’ud hidup di zaman kita sekarang ini, apa yang akan beliau katakan???

***

(Disarikan oleh Abu Hudzaifah Yusuf dari terjemah kitab Sholatul Jama’ah Hukmuha wa Ahkamuha karya DR. Sholih bin Ghonim As-Sadlan)

bahkan jantung kita pun bukan milik kita

Di tengah-tengah sebuah training yang saya ikuti, sang trainer memberikan arahannya.

"Letakkan kedua tangan kalian di dada kalian masing-masing!" seorang trainer memulai instruksinya.
"Letakkan, trus, dan rapat hingga kalian merasakan detak jantung kalian masing-masing!" lanjut beliau.

Aku pun menuruti kata-katanya, kuletakkan kedua tanganku perlahan ke atas dadaku.

Kucari-cari sebentar, dan akhirnya terasalah detak jantungku.

Aku pun menunggu instruksi selanjutnya.

"Letakkan dan rasakan detak jantung Anda..!!" begitu instruksi beliau, "Jika sudah terasa, sekarang katakan kepada jantung Anda, Berhenti..!!"

Aku pun agak bingung dengan instruksi tersebut namun tak urung kulakukan juga.

"Katakan, dan perintahkan kepada jantung Anda untuk berhenti!, katakan pada ia untuk berhenti!!"

"Tidak mungkin!!' teriakku dalam hati, "Tidak mungkin bisa!!"

entah, apakah trainer tersebut mendengar apa yang kami rasakan, ia pun melanjutkan kata-katanya..

"Lihatlah.. rasakanlah..!! bahkan jantung kita pun bukan milik kita...!!",

Seketika itu pula, Degg, diri ini kontan tersadar apa maksud dari semua ini.

Ya Rabb,begitu sering diri ini lupa, bahkan jantung, apa yang ada di dalam diri kita ini sekalipun.. bukan milik kita.

***

Ah, padahal begitu sering kita merasa bahwa kita ada diatas segala-galanya.

Seringkali manusia memandang orang lain lebih rendah, lebih buruk, lebih jelek, ataupun pandangan-pandangan yang semacamnya. Sering kali pula manusia merasa sangat berkuasa, seolah-olah hidup dan mati orang lain berada di tangannya, tanpa sadar bahwa hidupnya sendiri sekalipun, atau bahkan tubuh nya sendiri pun, bukanlah miliknya...

Seorang teman bercerita tentang dirinya.

Ia seorang mahasiswa di Ilmu komputer.

Pernah suatu ketika, ia sedang menyelesaikan sebuah tugas program yang dirasa cukup sulit.

Saking sulitnya seolah-olah tak banyak dari teman sekelasnya yang bisa mengerjakan.
Ketika ia benar-benar selesai mengerjakan program tersebut, entah karena gembira atau apa, ia pun langsung ber pekik, "Saya Pintar..!!"

Kontan teman disebelahnya langsung menepuk teman ini dengan keras. `Pak!!'Teman yang memukul ini pun berkata, "Kamu jangan sombong, apa yang kamu miliki ini tidak ada apa-apanya..!, ini semata-mata dari Allah SWT" Kontan teman yang satu ini pun terdiam, ia beristighfar...

Teman, akankah kita menunggu sebuah pukulan keras dari sang Pencipta untuk menyadarkan kita?

Sungguh, sekali-kali kita tidak akan dibiarkan dengan kesombongan kita..

Titanic, kapal terbesar di era awal abad ke 20. mampu mengangkut 3000 penumpang dari Inggris ke Amerika Serikat.

Memiliki teknologi tercanggih saat itu.

Sebuah contoh kesombongan ummat manusia dari perkataan pemiliknya,

"Jangankan tujuh samudera, bahkan Tuhan pun tidak akan mampu menenggelamkan kapal ini!"

Maka di sebuah malam yang dingin, di pelayaran perdananya, kapal ini menabrak sebuah gunung Es.

Kapal besar ini pun tenggelam membawa ribuan penumpangnya, beserta kesombongan yang dibawanya..

Begitulah ketika sang pencipta ingin menunjukkan kekuasaanNya atas manusia.

Untuk menyadarkan bahwa betapa kecil sebenarnya manusia.
Betapa lemah dan tak berdaya-nya seorang manusia.

Lantas jika begini, sampai kapan kita harus menunggu kehancuran karena kesombongan kita?

Akankah kita menunggu datangnya adzab untuk menyadarkan kita?

Paman saya pernah mengatakan, bahwa kehancuran manusia ada pada saat ia mulai sombong dengan apa yang dimilikinya.

Ketika manusia berada pada titik tersebut, maka Allah akan membalik keadaannya.

Sumber: Milis Airputih (airputih@yahoogroups.com)

Sabtu, 04 Agustus 2012

... RAHASIA TERKABULNYA DO'A ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Part 1 ... Seorang sahabat saya yang berprofesi sebagai Trainer bercerita bahwa impiannya di tahun 2010 adalah mendapatkan penghasilan 1M.

Ternyata, hingga Desember 2010 penghasilannya masih jauh dari 1M. Sampai pada suatu saat di akhir bulan Desember 2010, ketika ia tengah mengisi sebuah acara di hadapan sekitar 1000 audien, ia mengalami sebuah peristiwa yang sungguh menyakitkan, yakni : dakwahnya tidak diterima oleh audien di sana, bahkan ada yang berteriak : "Turuuuuun...." padahal training baru berlangsung 15 menit-an ....

Akhirnya, dia pun menghentikan trainingnya dan berkata pada dirinya sendiri : "Do'aku sedang dikabulkan Allah, aku tak boleh marah".

Dan, subhaanallaah, sekitar 2 pekan kemudian, ia mendapat rejeki tak terduga dalam bentuk uang yang sangat besar (atas permintaan beliau, maka nominalnya tidak boleh disebutkan), hingga jika ditotalkan dalam satu tahun mencapai lebih dari 1M, yang besarnya dalam bentuk uang plus dalam bentuk lainnya : anak yang semakin sholeh, koneksi yang bertambah banyak, istri yang semakin sholihah, kesehatan yang semakin membaik, dan lain sebagainya...

So, sahabat semesta, bersabarlah, sebab RAHASIA PERTAMA yang perlu Anda ketahui adalah bahwa : Ketika kesulitanmu memuncak, berarti saat itu do'amu sedang dikabulkan-Nya.

Mari kita lanjutkan ke Part-2 ....

Ketahuilah, bahwa Allah tidak terikat oleh tempat dan waktu, melainkan waktu dan tempat yang terikat kepada Allah.

Itu sebabnya, RAHASIA KEDUA bahwa do'a Anda pasti dikabulkan-Nya di "saat ini" juga adalah apabila Anda meminimalisir keterikatan Anda terhadap waktu dan lalu mengoptimalkan keterikatan Anda kepada Yang Maha Menguasai Waktu.

Ciri orang yang masih terikat kepada waktu adalah "bosan dan letih dalam menunggu". Dengan demikian, ketika Anda sedang berdo'a maka jangan tunggu kapan do'a itu terkabul, sebab seringkali apapun yang "ditunggu" akan terasa lama serta seringkali hanya akan menyiksa jiwa Anda.

Nikmatilah hidup Anda saat ini juga, sebab dalam pandangan-Nya "saat ini" do'a Anda sedang dikabulkan-Nya. Firman-Nya : "Berdo'alah kepada-Ku, langsung Aku kabulkan".

Part 3 ...

Sebetulnya, do'a itu dilakukan agar kita tak lagi fokus kepada APA yang kita pinta, tapi kembali tenang dan fokus kepada SIAPA kita meminta. So, RAHASIA KETIGA do'a Anda sedang dikabulkan-Nya adalah ketika Anda lebih sering mengingat-Nya dibandingkan mengingat apa yang Anda pinta kepada-Nya.

Misalkan, jika Anda berdo'a meminta mobil, maka jika Anda PERCAYA bahwa DIA pasti mengabulkan atau mengganti dengan yang terBAIK, maka Anda tak perlu lagi istiqomah melakukan Dzikrul Mobil (Mengingat Mobil) melainkan kembali fokus melakukan Dzikrul Allah (Mengingat Allah).

Do'a itu adalah teknik melepaskan, mengembalikan, dan menyerahkan keinginan Anda kepada-Nya, sehingga Anda bisa kembali tenang mengingat dan mengabdi kepada-Nya.

Ya, kita memang disuruh MEMINTA kepada-Nya, tapi kita tidak disuruh BANYAK MEMINTA kepada-Nya, melainkan kita disuruh BANYAK BERDZIKIR kepada-Nya. Itu mengapa, jangan sampai justru Do'a yang kita panjatkan kepada-Nya malah melalaikan kita dari mengingat-Nya. Ini adalah hal yang sungguh tidak mulia ...

"Hai orang-orang yang beriman, berDZIKIRlah kepada Allah dengan DZIKIR yang seBANYAK-banyaknya.. "(Q.S. 33 : 41-42)

Bahkan jika kita perhatikan hadits berikut, berDZIKIR memang lebih ampuh dibandingkan dengan meminta.

"Barang siapa yang disibukkan berDZIKIR kepadaKU daripada MEMINTA kepadaKU, maka AKU akan memberinya lebih dari yang biasa diminta oleh para peminta" (H.R. Bukhori).

"BerDZIKIRlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung." (Q.S. 62:10).

Part 4 ...

Dengan demikian, FUNGSI UTAMA dari berdo'a adalah untuk MENGINGAT ALLAH, dan FUNGSI KEDUA dari berdo'a adalah agar kita tidak TERIKAT terhadap apa yang kita pinta, dan kembali hidup MERDEKA bersama-NYA.

Ya, do'a itu berfungsi agar kita tak lagi terlalu memikirkan apa yang kita pinta kepada-Nya, karena kita sudah sungguh-sungguh PERCAYA bahwa DIA pasti mengabulkan do'a kita ... Nah, inilah RAHASIA KEEMPAT terkabulnya do'a adalah bahwa Anda sudah tidak terikat lagi atas apa yang Anda pinta kepada-Nya sebab Anda sudah sangat percaya bahwa DIA pasti mengabulkan do'a Anda.

Cobalah pikirkan, apakah Anda sering mengingat-ingat orang yang berhutang kepada Anda karena Anda tak percaya kepada orang tersebut?

Begitu pun, jika Anda ragu bahwa apa yang Anda pinta tidak dikabulkan-Nya, maka SADARILAH bahwa tak mungkin Dia ingkar janji, tak mungkin Dia tidak mengabulkan do'a Anda. Sungguh Tidak Mungkin, kecuali Anda mengkhianati-Nya.

Silakan Anda meminta kepada-Nya berulang-ulang, tapi bukan dalam rangka meragukan keahlian-Nya dalam mengabulkan do'a-do'a Anda, melainkan dalam rangka mendekatkan diri Anda kepada-Nya, dan bukan sekedar dalam rangka mendekatkan diri Anda kepada apa yang Anda pinta.

"Dikabulkan do'a salah seorang dari kamu, selama ia tidak tergesa-gesa mengucapkan 'saya sudah berdo'a tapi belum juga dikabulkan'" (H.R. bukhori dan Muslim)

Part 5 ...
Dan RAHASIA KELIMA bahwa do'a Anda pasti dikabulkan-Nya adalah ketika Anda SEDANG MERASA DEKAT kepada-NYA. Bagaimana caranya?

Begini, misalkan Anda ingin pulang kampung, anggap kampung Anda di Padang. Eh, ternyata Anda salah menaiki pesawat, maka mau-tidak mau Anda harus segera keluar dari pesawat tersebut serta MENDEKAT dan KEMBALI kepada pesawat yang benar sehingga ANDA bisa MENDEKAT dan KEMBALI ke kampung halaman Anda, dan bukan ke kampung halaman orang lain.

Jika Anda sudah KEMBALI ke peswat yang benar, maka Anda bisa mengatakan kepada Pilotnya "Om Pilot, bisa tolong antar saya ke Padang ya?" Maka Om Pilot akan mengantarkan Anda ke Padang, bahkan sekalipun Anda tidak memintanya, sebab pesawat tersebut memang bertujuan ke Padang.

Allah berfirman "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku iniDEKAT. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam keLURUSan.” (Al-Baqarah: 186)

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa do'a akan dikabulkan-Nya manakala kita menyadari bahwa Allah itu DEKAT, dan agar kita MERASA DEKAT kepada-NYA tentu saja kita harus mendekat kepada ALLAH. Namun, jika kita masih berada di jalan yang salah, bergelimang dosa, maka berarti kita "salah naik pesawat".

Sehingga, jika kita KEMBALI (taubat) dari jalan yang salah menuju jalan yang benar, yaitu jalan-Nya yang LURUS, maka kita pun menjadi DEKAT kepada-Nya. Perhatikan kembali firman-Nya "maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam keLURUSan."

Dan sebagai penegasan akhir, maka ada 3 macam tipe Pendo'a, yaitu :

1. Pendo'a yang Tersesat, yaitu Pendo'a yang Meminta selain kepada Allah (misal meminta kepada alam semesta, dukun dlsb)

2. Pendo'a yang Terjebak, yaitu Pendo'a yang meminta kepada Allah tapi yang dia ingat bukan Allah melainkan berbagai hal yang dia pinta pada-Nya

3. Pendo'a yang Terbimbing, yaitu Pendo'a yang menjadikan aktivitas Do'a sebagai upaya dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah

Wallahu a'lam
Kang Zain

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

*** Sumber : http://cahaya-semesta,com