Jumat, 23 November 2012

Bertengkar itu Indah

Buat yang sudah nikah, mau nikah, punya niat untuk nikah. Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !”

Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati sa’at-sa’at bertengkar itu, sebagaimana l
ebih menikmati lagi sa’at sa’at tidak bertengkar.

Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah.

Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : “kamu makin cantik kalau marah, makin energik …” Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ….”

Demikian juga kalau pas kena giliran saya “yang olah raga otot muka”,saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah :)

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.

Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah … OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini …..

3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga !

Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yang panas ini”.

Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”. Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma’afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

4. Kalau marah jangan di depan anak anak !

Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.

Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :

Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!!
Anak : “…… Yaaa …ibu saya babu, bapak saya kuda …. terus saya ini apa ?”
Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ???

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat !

Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa ‘ibaadilahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh …. Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Illahi ….. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … Atau habis isya sebatas….??? Nnngg……. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar … :)

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan (Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran resensi sebuah film).

Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki. Ini saja, semoga bermanfa’at, “Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi”. Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.
www.facebook.com

... RAHASIA DIBALIK WAKTU-WAKTU SHALAT ...


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Setiap peralihan waktu shalat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam. Ini bisa diukur dan diperhatikan melalui perubahan warna alam. Fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang terlibat dalam bidang fotografi.

Waktu Subuh, ..

alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersama
an dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahasia yang berkaitan dengan rezeki dan komunikasi.

Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, maka lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki.

Ini karena tenaga alam yaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang hanya berfungsi dalam keadaan roh dan jasad bersatu (keserentakan ruang dan waktu) – dalam arti kata lain terjaga dari tidur. Disini juga dapat kita ambil rahasia diperintahkan shalat diawal waktu.

Bermulanya sejak azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonan pada waktu ruku' dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenarnya sudah tidak mendapatkan tenaga yang optimum lagi.

Waktu Zhuhur, ..

Warna alam selanjutnya berubah ke warna hijau (isyraq & dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Zuhur. Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan.

Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat shalat Zhuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya. Orang yang tengah sakit perut ceria tidak?

Waktu Ashar, ..

Kemudian warna alam akan berubah kepada warna oren, yaitu masuknya waktu Ashar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduksi.

Rahasia warna oren adalah kreativitas. Orang yang kerap tertinggal shalat Ashar akan hilang daya kreativitasnya dan lebih rugi lagi kalau di waktu Ashar ini jasad dan roh seseorang ini terpisah (tidur). Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Ashar ini sangat diperlukan bagi organ- organ reproduksi kita.

Waktu Maghrib, ..

Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita sering dinasehati oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra- red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini sangat bertenaga karena mereka beresonansi dengan alam.

Mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dahulu pada waktu ini (shalat Maghrib dulu lah..) karena banyak interferens terjadi pada waktu ini yang dapat mengelirukan mata kita. Rahasia waktu Maghrib atau warna merah adalah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.

Waktu Isya, ..

Apabila masuk waktu Isya alam berubah ke warna Indigo dan selanjutnya memasuki fase Kegelapan. Waktu Isya ini menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.

Mereka yang sering ketinggalan shalat Isyanya akan selalu berada dalam kegelisahan. Pada waktu ini alam berada dalam Kegelapan dan sebenarnya, inilah waktu tidur dalam Islam. Tidur pada waktu ini disebut tidur delta dimana keseluruhan sistem tubuh berada dalam keadaan istirahat.

Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan selanjutnya ungu di mana ini bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus. Tubuh seharusnya bangun kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiamullail.

Begitulah secara ringkas keterkaitan waktu shalat dengan tubuh manusia. Manusia kini memang telah menyadari akan kepentingan tenaga alam ini dan inilah faktor penyebab munculnya bermacam-macam meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh.

Dan Kita sebagai umat Islam patut bersyukur kerana telah dikaruniai syariat shalat oleh Allah s.w.t tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini lewat berbagai macam tekhnik yang mulai tumbuh tadi. Hakikat ini seharusnya menyadarkan kita bahwa Allah s.w.t mewajibkan shalat atas hamba-Nya atas sifat pengasih dan penyayang-Nya sebagai pencipta karena Dia tahu hamba-Nya ini amat-amat memerlukannya.

Wallahu a’lam bish showab ...
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Wanita Dalam Keindahan Sebuah Kesetiaan ...

Kesetiaan adalah sebuah karya seni dari batin manusia yang dapat sangat membahagiakan manusia yang lain. Harganya tidak tertera dalam hitungan rupiah. Dan kesetiaan itulah yang teramat sangat langka untuk kita jumpai sekarang ini.

Kesetiaan tidak hanya berlaku hanya kepada hubungan suami dan istri, namun pada semua hubungan hati manusia lengkap den
gan kepentingan mereka.

Tanyalah pada setiap batin manusia, betapa mereka pasti akan membutuhkan seseorang yang dapat dengan tulus memberikan kesetiaan kepada diri mereka.

Tapi mengapa disisi lain, ketika manusia ditempatkan pada posisi dimana dia harus memenuhi kepercayaan orang lain, atau dengan kata lain demi membahagiakan diri orang lain, seringkali manusia terjebak pada godaan main api tentang bagaimana menyalahi kesetiaan tersebut. Begitulah, bagaimanapun ceritanya, setan tak akan pernah henti membuat manusia berdosa.

Maka dari itu, dari pada kita sendiri sibuk menuntut orang lain untuk selalu memegang amanah serta kepercayaan yang kita berikan kepadanya, maka mengapa kita tidak lebih baik mewujudkan diri kita sendiri sebagai hadiah terindah yang membahagiakan mereka. Sebuah pelatihan yang baik yang akan memberikan kenyataan praktek yang indah dalam kesetiaan, adalah apabila diri kita sendiri secara sadar mengerti tentang indahnya sebuah kesetiaan.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh pribadi yang mulia, karena kesetiaan itu mencerminkan pribadinya yang begitu luas menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain. Jiwanya yang luas menuntunnya tersenyum dan tetap berpikir positif tentang segala apa yang telah Allah gariskan kepadanya.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh pribadi dengan jiwa yang kuat. Lihatlah betapa anggun tentang caranya bertahan menghadapi segala apa yang disuguhkan kepadanya. Dan sudah lumrah bila manusia dilengkapi rasa bosan, namun sebuah pelajaran tentang kesetiaan, telah mengajarkan manusia yang dilengkapi atau melengkapi batinnya dengan hal tersebut, untuk berubah menjadi ajaib dimana dengan caranya yang elegan, akan di ubahnya rasa bosan menjadi hal yang menyenangkan.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh jiwa yang indah. Betapa sangat sulit ketika seseorang ditetapkan pada keadaan dimana dia harus tetap pada sebuah kesetiaan yang terkelilingi oleh keadaan yang serba berkhianat. Memang pahit pada awalnya karena dengan hal ini, dia `terpaksa` untuk pelatihan mengindahkan jiwa dan kalbunya sendiri, demi tetap pada kesetiaan.

Menjadi setia adalah memberi kedamaian kepada siapapun yang kita setia kepadanya. Menjadi setia adalah tetap menyenangkan kepada siapapun yang kita setia kepadanya. Menjadi setia adalah sebuah karunia tak terhingga bagi siapapun yang dikehendaki Allah untuk memilikinya.

Maka milikilah hak paten dari sebuah kesetiaan, yaitu dengan menjadi setia hamba Allah yang tetap lurus, atau berusaha agar selalu tetap lurus dalam keadaan apapun. Adakah yang lebih indah dari sebuah perangai dan tingkah laku seorang hamba yang hatinya tunduk patuh serta mengabdi kepada Robbnya?. Jatuh bangun adalah sesuatu yang pasti dalam sebuah mentraining diri menjadi setia, tapi yang pasti pula, bahwa sebuah perjuangan pastilah ada akhirnya, dan semoga akhir dari pribadi yang sungguh setia adalah beroleh dengan Surga. Insyaallah.

... Kenapa Harus Wanita Sholehah ...

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka ?
Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..
Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka ?
Yang sama la
ki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…

Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis dijalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya dihadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita dimanapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka ?
Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis ? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta ?

Aku menjawab..
Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..

Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permana syurga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..
Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka ?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca al qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka ? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern ?
Aku menjawab..

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menysihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul didalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu ?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka ?
Pada akhirnya, akupun menjawab…
Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang sholih seperti mereka..
Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari syurga yang turun kedunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk meberikan kepadamu yang tak berarti dimata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni syurga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki sholih penghulu syurga…
Seberat itukah ?

Ya… Takkan mudah.. sebab syurga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…

"Saat Iblis Membentangkan Sajadah"


Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.

Pada setiap orang, Iblis juga masu
k lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah. “Hai, Blis!”, panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu. Iblis merasa terusik : “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!”, jawab Iblis ketus.

“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!”, Kiai mencoba mengusir.
“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru”. Kiai tercenung. “Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu”. “Dengan apa?”
“Dengan sajadah!”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?”
“Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”

“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?”
“Bukan itu saja Kiai…”
“Lalu?”
“Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar”
“Untuk apa?”
“Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah”.

Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.

Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
“Nah, lihat itu Kiai!”, Iblis memulai dialog lagi.
“Yang mana?”
“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka”.

Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.

Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terlihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.

Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa.

Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
“Astaghfirullahal adziiiim “, ujar sang Kiai pelan. “ :(

... KESETIAAN DAN KESABARAN SEORANG SUAMI ...

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Cerita berikut ini saya ambilkan dari kisah seorang sahabat di Surabaya, tempat saya berdomisili saat ini. Sebuah contoh kesabaran dan kesetiaan seorang suami pada istrinya yang patut dijadikan teladan bagi kita semua.

Rumah kontrakan kecil di wilayah kecamatan Wonokromo Surabaya, yang berisi kamar tidur dan sebuah dapu
r mini menjadi saksi bisu keindahan hidup suami istri ini, Rofi dan Tini. Kesederhanaan telah menjadi gambaran keseharian mereka. Rofi lelaki asal Surabaya, berprofesi sebagai tenaga kontrak sebuah perusahaan kontraktor bangunan di kota asalnya, dan Tini, istrinya, adalah seorang wanita lugu asal kota Reog, Ponorogo, yang berprofesi sebagai penjual bakso di depan rumah kontrakan mereka.

Rofi adalah tipe lelaki kurus, pendiam dan bersahaja yang hampir setiap hari selalu menyempatkan diri untuk sholat berjamaah di mushola dekat rumahnya. Sedangkan Tini, wanita yang bertubuh agak gemuk, suka bercanda namun tetap bersahaja seperti halnya suaminya.

Dalam kesehariannya, jarang sekali perselisihan ditemukan dalam rumah tangga mereka, sehingga para tetangga menganggap mereka sebagai pasangan yang harmonis.

Hampir sepuluh tahun sudah perjalanan rumah tangga Rofi dan Tini, tapi sayang belum seorang anak pun yang Allah amanahkan kepada mereka. Resah yang Tini rasakan, apalagi jika melihat suaminya sering menggendong anak kecil, entah anak saudaranya ataupun anak tetangganya. Sedih pula hati kecilnya ketika ia merasa belum bisa memberikan keturunan untuk suaminya dari rahimnya sendiri.

Tapi Tini bukanlah wanita yang lemah dan cengeng, walaupun kondisi fisiknya memburuk karena sakit dan berwajah tak secantik wanita pada umumnya, tapi ia adalah sosok wanita yang tegar dan ikhlas. Tegar tatkala ujian seperti ini datang melanda dirinya dan ikhlas tatkala mengizinkan suaminya untuk menikah lagi dengan wanita lain agar bisa mendapatkan keturunan dari darah dagingnya sendiri.

Tapi dibalik tegar dan ikhlas yang coba ia tanamkan dalam benaknya, ada jerit tangis yang menyayat dalam jiwanya, jerit tangis seorang wanita. Selayaknya wanita lainnya, ia pun sebenarnya tak ingin dimadu dalam hidupnya. Tapi apa boleh buat, kenyataan membuatnya harus menerima keadaan ini.

Lain halnya dengan Rofi, Rofi tidaklah lelaki seperti kebanyakan. Sebagaimana istrinya, ia pun bukan lelaki lemah yang mudah tergoda bujuk rayu wanita lain meski telah mendapat izin dari istrinya untuk menikah. Ia adalah tipe laki-laki yang sabar dan setia.

Namun sebagai laki-laki normal tentu besar pula keinginannya untuk memiliki anak dari darah dagingnya sendiri sebagai penghibur dirinya tatkala lelah menghampiri, tapi ia tepiskan keinginannya itu jauh-jauh demi menjaga perasaan istrinya.

Lama sudah rasa resah itu melanda hati Tini. Bertambahlah resah itu saat Rofi, lelaki yang dicintainya, mendapat tugas kerja untuk jangka waktu yang lama di kota Sorong, Papua. Sebuah kota yang jauh dari tempat tinggalnya sekarang, Surabaya. Apalagi untuk orang kecil sepertinya, sebuah tiket pesawat ke Papua tentu menjadi barang yang mahal untuk ia dapatkan.

Setahun berlalu sejak keberangkatan suaminya ke Sorong, tak jarang hati Tini merasakan kerinduan yang teramat sangat. Apalagi sejak pertama berangkat hingga kini, belum sekalipun suaminya pulang untuk menjenguknya.

Hanya melalui telepon, suara Rofi yang gagah layaknya seorang laki-laki perkasa dari seberang sanalah yang sanggup meredam kerinduannya walau hanya sesaat. Itupun tidak setiap hari, hanya pada saat-saat tertentu saja suaminya menelpon dirinya.

Bila kemudian kerinduan itu datang lagi menerpa, kembali rasa resah dan gundah menghantui dirinya. Resah jika suaminya menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Dan gundah jika suaminya enggan kembali ke Jawa lantaran telah memiliki keluarga baru di sana dengan seorang istri yang cantik dan anak yang lucu.

Tapi ia tetap berusaha tegar dan ikhlas dengan apapun yang terjadi. Hanya doa-doa manis penenang jiwalah yang bisa ia panjatkan sekedar untuk menenangkan hatinya yang gelisah itu.

Belakangan, sudah beberapa lama ini Rofi, suaminya, tak kunjung menelpon dirinya. Tapi ia tetap bersikap tenang. Diingatnya sejumlah dialog yang pernah terjadi diantara mereka sebelum Rofi berangkat ke Sorong, Papua. Dialog seorang istri yang sedih lantaran ditinggal ke luar kota oleh suaminya dalam waktu yang lama, dan dialog seorang istri yang dengan berat hati mengizinkan suaminya untuk menikah kembali dengan wanita lain.

Tapi ada satu dialog yang selalu kan diingat dan dikenang olehnya, suatu jawaban bijak dari Rofi atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya yang cukup membuat hati Tini menjadi tenang,

“Sayang, kamu adalah segalanya bagiku. Allah anugerahkan kamu untukku sebagai pelangi yang senantiasa mewarnai hidupku. Senyummu adalah semangat jiwaku dan tangismu adalah duka batinku.

Jikalau Allah berkehendak mengamanahkan seorang anak untuk kita, tentulah teramat mudah bagiNya. Tapi jika Allah belum menghendaki seorang anakpun untuk kita, mungkin ada rahasia Allah dibalik itu yang takkan mudah kita pahami karena keterbatasan ilmu kita, manusia. Bila waktunya tiba, anak akan hadir walaupun kita tidak menginginkannya hadir, dan sebaliknya, anak tak akan hadir walau sesusah apapun kita menginginkannya untuk hadir. Karena itu adalah hak prerogatif Allah sepenuhnya yang telah dicatat olehNya dalam Lauhul Mahfudz.

Allah tahu apa yang terbaik untuk kita sekarang. Anak adalah amanah, anak adalah titipan, dan anak adalah tanggung jawab. Mungkin Allah menganggap kita belum mampu dan belum siap untuk memikul amanah itu sehingga Allah menundanya untuk kita.

Seandainya Allah kirimkan seorang anak saat ini, mungkin kamu akan terlalu sibuk mengurus anak kita sampai tak sempat lagi mengurus aku, suamimu, sehingga akupun menjadi terabaikan dan cemburu pada anak kita. Atau mungkin aku masih belum pantas menjadi seorang ayah karena Allah menganggap aku belum sanggup merawat anak kita lantaran berbagai keterbatasan yang kumiliki.

Sayang, mungkin Allah hendak menjadikan kita selayaknya Nabi Zakariyya yang dengan kesabarannya lalu dianugerahkan padanya seorang anak yang soleh padahal usianya sudah sangat renta. Atau mungkin Allah tak hendak menjadikan kita selayaknya Nabi Nuh yang diberikannya seorang anak namun kafir lagi mendurhakai Allah, Tuhannya, padahal ayahnya seorang nabi untuk umat di zamannya. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.

Sayang, aku tahu kamu punya banyak kekurangan. Tapi tak selayaknya aku biarkan kekuranganmu itu menjadi aib bagimu. Aku adalah pakaian terindah untukmu dan kamu adalah pakaian terindah untukku, pakaian untuk menutup segala kekurangan yang ada dalam diriku dan dirimu. Betapapun banyaknya pakaian mahal dan indah yang bisa kubeli dan kupakai, tapi hanya ada satu pakaian terbaik yang melekat dalam tubuhku, dan pakaian itu adalah kamu.

Pakaian yang lain mungkin akan pudar dimakan zaman, pakaian lain mungkin akan luntur ditelan waktu, tapi kamu, adalah pakaian yang tak akan pernah pudar dan luntur selamanya, karena kamu adalah pakaian terbaik hidupku yang Allah persembahkan untuk aku. Lalu masih pantaskah aku untuk mencari pakaian-pakaian yang lain? Yang belum tentu bisa kudapatkan pakaian sebaik dan seindah kamu?

Seandainya aku jadi kamu dan aku menyuruhmu menikah lagi hanya karena aku tak dapat memberikanmu seorang anak, betapa naifnya aku telah menyia-nyiakanmu. Tak terbayangkan olehku betapa sakitnya hati yang kurasakan melihat kamu bercumbu mesra dengan orang lain yang menjadi maduku.

Tak terbayangkan pula olehku melihat kamu tersenyum bahagia padahal hatiku hancur luluh lantah bagai ditelan bumi. Demikian juga halnya denganku. Tak ingin rasanya aku melihatmu menangis karena tak kuasa menahan sakitnya hati diduakan.

Dan tak ingin pula aku tersenyum di atas derita batin yang kamu rasakan. Kamu adalah milikku satu-satunya di dunia ini dan begitu pula aku adalah milikmu satu-satunya dalam hidupmu yang tak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Kamu tercipta untukku dan aku tercipta untukmu.

Sekarang kamu tenang ya sayang, jangan bersedih lagi. Insya Allah aku akan menjaga cinta ini untukmu selalu.”

Tit..tit..tit..tit.....

Getar suara pesan singkat dari handphone milik Tini mengejutkan keheningan malamnya. Sambil membuka pesan singkat yang baru diterimanya, diambilnya sebuah bingkai foto Rofi, suaminya, lalu didekapnya erat-erat dalam hangat peluknya. Tak lama pesan singkat itu dibacanya :

”Sayang baik-baik ya di sana, aku kan selalu merindukanmu di sini. I love u…
dari Rofi, suamimu.”

Semoga kita bisa mengambil ibroh dari membaca cerita ini ..

Waallohua’lam ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
www.facebook.com

... RAHASIA KEBERKAHAN WUDHU ..

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Berikut ini adalah hikmah yang dapat kita peroleh dari wudhu seperti yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam bukunya "Ihya Ulumuddin". Mudah-mudahan Allah swt selalu mencucurkan rahmat-Nya. Banyak di antara kita yang tidak sadar akan hakikat bahwa setiap yang dituntut dalam Islam mempunyai hikmah tersendiri.

1. Ketika berkumur, berniat
lah dengan, "Ya Allah ampunilah dosa mulut dan lidahku ini.

Penjelasan: Sehari-hari kita bercakap-cakap mengenai benda-benda yang tak berfaidah

2. Ketika membasuh muka, berniatlah dengan, "Ya Allah, putihkanlah mukaku di akhirat kelak, Janganlah Kau hitamkan mukaku ini".

Penjelasan: Muka para ahli surga putih berseri-seri.

3. Ketika membasuh tangan kanan, berniatlah dengan, "Ya Allah, berikanlah hisab-hisabku di tangan kananku ini"

Penjelasan: Hisab-hisab ahli surga diberikan di tangan kanannya.

4. Ketika membasuh tangan kiri, berniatlah dengan, "Ya Allah, janganlah Kauberikan hisab-hisabku di tangan kiriku ini".

Penjelasan: Hisab-hisab ahli neraka diberikan di tangan kirinya.

5. Ketika membasuh kepala, berniatlah dengan, "Ya Allah, lindungilah aku dari terik matahari di Padang Ma'syar dengan Arasy-Mu"

Penjelasan: Panas di Padang Masyar seperti matahari sejengkal di atas kepala.

6. Ketika membasuh telinga, berniatlah dengan, "Ya Allah,ampunilah dosa telingaku ini"

Penjelasan: Sehari-hari kita mendengar orang mengumpat, memfitnah, dan mendengar lagu-lagu berunsur maksiat.

7. Ketika membasuh kaki kanan, berniatlah dengan, "Ya Allah, permudahlah aku melintasi titian Siratul Mustaqqim".

Penjelasan : Ahli surga melintasi titian dengan mudah sekali.

8. Ketika membasuh kaki kiri, berniatlah dengan, "Ya Allah, bawalah aku pergi ke masjid-masjid, surau-surau, dan bukan tempat-tempat maksiat"

Penjelasan : Qadha' dan qadar kita berada di tangan Allah.

Pernahkah terpikir mengapa kita mengambil wudhu sedemikian rupa? .. Pernahkah terpikir segala hikmah yang kita peroleh dalam menghayati Islam? .. Pernahkah terpikir mengapa Allah lahirkan kita sebagai umat Islam?

Bersyukur dan bertaubatlah selalu ...

Waallohua’lam ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

= Istriku Tidak Cantik =


Istriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebih rupawan dari dia. Badannya kecil ada dibawah dadaku, juga kulitnya agak hitam, lebih putih kulitku, satu lagi kakinya agak pincang, yang kanan lebih kecil sedikit daripada yang kiri.

Aku menyadarinya ketika aku sudah menikahinya, namun
aku sadar bahwa aku telah memilih dia dengan ikhlas dihatiku, kan aku yang memilih, bukan dia yang memaksa, dan walau istriku tidak cantik, namun aku mencintainya. Allah taburkan rasa cinta itu ketika malam pertama aku bersamanya.

Dimataku dia tetap tidak cantik, namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku, sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong.

Subhanallah dia tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu anakku.

Istriku tidak cantik, namun aku ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah.

Aku membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku tetap dapat tidur nyenyak dengannya.

Bayangkan bila istriku sangat cantik, mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki, membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia adalah istri terbaik untukku.

... TIPS AGAR SHALAT BISA KHUSYUK ...

Bismillahir-Aisah Rahmananir-Rahim ... Ada banyak cara untuk mencapai shalat khusyu, tapi saran saya, tak perlu banyak tips untuk mencapai shalat yg lebih khusyu.

Tak perlu berlembar-lembar atau habiskan uang dan waktu untuk membeli buku shalat khusyu & mempelajarinya. Khusyuk itu mudah, cukup coba 4 Tips dibawah ini. Mari kita tanya pada Qur'an, bagaimana m
elakukan shalat yang lebih khusyu.

4 Tips ini baik dicoba untuk mencapai shalat yang lebih khusyu:

1. Jangan pernah berfikir jika kita masih bisa hidup setelah shalat...

Kita harus yakin jika shalat kita adalah sebagai shalat terakhir kita dimuka bumi ini, sering kita dengar si fulan meninggal seusai shalat, si fulan meninggal setelah adzan, imam fulan meninggal saat sujud dan lainnya. Si fulan meninggal saat tengah judi, maksiat dan lainnya.

Mungkin ini ialah shalat terahir kita di dunia, setelah itu, kita akan meninggalkan suami / istri kita seorang diri, anak kita menjadi yatim piatu, mungkin nanti malam adalah malam pertama dalam liang kubur, semua harta yg kita kumpulkan tak akan kita bawa, & menjadi hak saudara kita, wajah elok & cantik yg kita banggakan dalam sekejap akan berubah busuk.

Bagaimana kita dapat Shalat Khusyu sementara kita terlalu TAKABUR/terlalu SOMBONG & yakin jika kita masih hidup beberapa waktu setelah shalat?

2. WAJIB tahu arti setiap bacaan shalat ...

Qs.4 An-Nisaa':43. Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, SEHINGGA KAMU MENGERTI APA YANG KAMU UCAPKAN... Jelas sekali ayat ini menekankan pada arti bacaan shalat, kita dapat melatihnya secara berlahan.

Jangan sampai puluhan tahun kita hidup di dunia, hafal beratus-ratus lagu Eropa & Lagu Amerika lengkap dengan nada panjang pendek, intonasi serta artinya dan juga riwayat pembuatan lagu & riwayat hidup Artis penyanyinya tapi bacaan shalat saja tidak hafal.

MABUK dalam ayat ini boleh diartikan sebagai mabuk khamr, tapi juga mabuk dunia, mabuk harta, mabuk tahta, mabuk cinta pun termasuk pulak dalam hal yg mengganggu shalat sehingga kita lupa/silap/tak sadar bacaan shalat apa yang telah kita baca, bahkan selalu-nya kita lupa rakaat ke berapa. Lebih baik membaca surat pendek yang kita tahu arti bacaan setiap kata-kata daripada membaca surat panjang yg kita tak tahu apa artinya.

Ingat, untuk mencapai SHALAT KHUSYU dalam Ayat diatas JANGANLAH KAMU SHALAT SEDANG KAMU TIDAK MENGERTI APA YG KAMU UCAPKAN. Garis besarnya, dalam ayat ini terdapat 2 hal:

a. Jangan melamun, jangan mabuk, jangan mabuk dunia yang membuat kita tidak sadar & tidak tahu apa yang kita ucapkan

b. Arti bacaan, shalat yang harus kita pahami untuk mencapai SHALAT KHUSYU. Paham arti bacaan shalat itu SANGAT PENTING HINGGA KITA DILARANG SHALAT SEHINGGA KITA FAHAM APA YG KITA UCAPKAN ...

Jadi,,, maaf,,, untok akhi, ukhti, kakak, adik yg masih belum faham arti bacaan iftitah, alfatihah, surah/ayat, ruku, i'tidal, sujud, duduk antara 2 sujud, tahiyat awal & akhir, maka WAJIB tahu & hafal maknanya. Lebih bagus jika kata demi kata. Bagaimana mungkin kita dapat shalat Khusyu jika kita hanya seperti membaca mantra yang tidak tahu artinya?

3. Ucapkan dengan SUARA SEDANG/DI ANTARA KERAS & PELAN - Ini Penting Sekali

Qs. 17 Al-Israa':110

" dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".

Bila kita pelankan suara atau cuma di dalam hati sahaja, maka terkadang fikiran kita akan melayang tak tentu arah, tapi jika kita baca dengan suara lirih yang didengar oleh diri sendiri, maka ini akan lebih membantu konsentrasi pada bacaan shalat dan, artinya dan juga MENSUCIKAN JIWA. Karena ibadah itu semua ditujukan untuk MENSUCIKAN JIWA.

Shalat ialah Syariat, Hakikatnya ialah MENSUCIKAN JIWA, Ma'rifatnya ialah BERSYUKUR PADA PENCIPTA YANG TELAH MEMBERIKAN BANYAK KENIKMATAN YANG TAK TERHINGGA.

4. Tuma'maninah ...

Perlahan, tidak terlalu cepat, dinikmati, dihayati, yakinkah kita jika 10 detik lagi masih hidup? Tuma'maninah ini termasuk 1 dari 13 rukun shalat. Selain 4 tips itu, disarankan pula agar:

# Berdoa sebelum shalat, mohon lindungan ALLAH dari godaan syaithon
# Membunuh Egois & Sombong dalam diri
# Tiada daya & upaya melainkan milik Allah semata

Berikut Alasan Kenapa Kita Harus Khusyuk ...

Dari banyak ibadah kita kepada Allah SWT, ada satu ibadah yang merupakan kunci dari seluruh ibadah dan amal yang lain dimana kalau kita berhasil melakukannya maka akan terbuka ibadah atau amal yang lain. Kunci dari segala ibadah adalah sholat.

“Amal yang pertama kali ditanyai Allah pada seorang hamba di hari kiamat nanti adalah sholat. Bila sholatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya, dan bila sholatnya ditolak, akan tertolah seluruh amalnya.”

Pada kenyataannya, bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

“Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun pada hakikatnya mereka tidak sholat.”

Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah suatu perintah bukan suatu kebutuhan. Jadi sholat sering dianggap suatu beban dan hanya bersifat menggugurkan kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk sholat, sholat sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa tumakninah, mengakhirkan waktu sholat atau bahkan lupa berapa rakaat yang telah dilakukan.

Padahal kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa memasang strategi dalam hidup dengan memperbaiki sholat kita terlebih dahulu sehingga amalan yang lain akan mengikuti. Dan hal ini butuh suatu kesungguhan untuk mencapainya.

Tahap awal untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui kegunaan bagi diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk. Berikut adalah 13 alasan mengapa kita perlu khusuk dalam sholat:

1. Mendapatkan keberuntungan yang besar, yaitu masuk dalam surga firdaus ...

Hal ini tersebut dalam ayat “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,” (QS. Al Mukminun : 1 – 2)

2. Solusi terhadap permasalahan kita ...

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”(QS. Al Baqarah 45)

Bila ada problema hidup maka sholatlah, bila ada keiinginan sholatlah, bila akan marah sholatlah. Maka ketika akan bertemu dua kekuatan utama pada perang Badar, Rosululloh SAW sholat dan bermunajat kepada Allah SWT agar diberikan kemenangan dalam perang.

3. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45) ..

Karena sholat khusuk hanya bisa dilaksanakan dengan menghadirkan perasaan dekatnya Allah SWT, maka bila akan berbuat maksiat akan ingat akan Allah SWT.

4. Melembutkan hati ...

Terkadang hati kita menjadi keras karena kesibukan dalam bekerja atau menghadapi masalah kehidupan. Dengan sholat yang khusuk, hati menjadi lebih lunak karena kita seringnya kita berserah diri dan merendah dihadapan Allah SWT.

5. Memupuk kesabaran ...

Dengan sholat yang dilaksanakan dengan tumakninah, maka diperlukan waktu beberapa saat untuk sholat; tidak dengan tergesa-gesa. Hal ini akan memupuk rasa kesabaran kita.

6. Menghapuskan dosa ...

Didalam suatu hadits disebutkan bahwa dosa-dosa kecil kita akan dihapus diantara sholat 5 waktu. Tentu saja hal ini bila kita menghayati bacaan didalam duduk diantara dua sujud rabbighfirlidan wa’fu’anni.

7. Menyembuhkan penyakit ...

Prof. M. Sholeh dari Universitas Airlangga Surabaya telah meneliti bahwa sholat malam bisa meningkatkan imunitas tubuh kita. halat bisa mencegah naik turunnya hormon kortisol yang berperan sebagai indikator stres. Sedangkan stres merupakan salah satu faktor utama pemicu penyakit, termasuk kanker. Yang sederhana saja, bila kita sedang pening atau sakit gigi maka sholatlah dengan khusuk maka rasa sakit tersebut akan hilang. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ada pendapat bahwa sholat juga merupakan sarana terbaik untuk bermeditasi.

8. Menunggu-nunggu waktu sholat ...

Karena sholat adalah kesempatan untuk bermunajat, berdialog dan mencurahkan hati ke Yang Maha Kuasa, maka waktu sholat akan selalu ditunggu. Pekerjaan rumah, rapat atau aktifitas lain akan diberhentikan 10-15 menit sebelum waktu sholat sehingga memberi kesempatan untuk sholat berjamaah di masjid. Perasaan untuk menunggu waktu sholat adalah seperti seorang perjaka yang menunggu waktu untuk bertemu yang dicinta.

9. Mempersiapkan sholat dengan sebaiknya ...

Karena kita merasa akan bertemu dengan Yang Maha Agung, maka pakaian akan diperhatikan seperti baju koko, kopyah dan sarung digunakan yang bersih. Tidak lupa minyak wangi juga dipakai agar harum ketika bertemu dengan Yang Maha Pencipta.

10. Menangis dalam sholat ...

Kesejukan dalam sholat akan membawa hati untuk bersyukur dan mohon ampun kepada Allah SWT. Tidak terasa air mata akan mengalir bahkan ketika sholat Dhuhur di masjid kantor.

11. Merasa sedih ketika sholat akan selesai ...

Tertanam rasa ingin berlama-lama dengan Yang Maha Pengasih. Ketika tasyahud akhir rasanya tidak ingin menyelesaikan sholat.

12. Merasakan nikmatnya sholat di masjid ...

Akan terasa suasana sholat di masjid lebih indah dibandingkan sholat di rumah. Sehingga, keinginan untuk sholat berjamaah di masjid akan selalu ada. Maka tidak heran ketika sahabat Umar ra menjual kebunnya dikarenakan terlupa sholat jamaah di masjid karena sibuk mengurus kebunnnya.

13. Tetap khusyuk dalam berzikir ...

Terkadang dzikir yang kita lantunkan setelah sholat fardhu hanya mengalir sebatas di mulut saja tanpa penghayatan dalam hati kita. Setelah sholat dengan khusuk, maka kekhusukan tersebut akan berlanjut hingga kita berdzikir.

Allahumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika.

Ya Allah, bantulah aku dalam mengingatMu dan dan bersyukur kepadaMu dan perbaiki ibadahku.

Wallahu a’lam bish showab ...
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

www.facebook.com

Tafsir Surat Al ‘Ashr: Membebaskan Diri Dari Kerugian Dari artikel Tafsir Surat Al ‘Ashr: Membebaskan Diri Dari Kerugian



Allah ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).

Surat Al ‘Ashr merupakan sebuah surat dalam Al Qur’an yang banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit di antara kaum muslimin yang dapat memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ

”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, ”Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar” [Syarh Tsalatsatul Ushul].

Iman yang Dilandasi dengan Ilmu

Dalam surat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bisa bersifat mutlak, artinya seorang merugi di dunia dan di akhirat, tidak mendapatkan kenikmatan dan berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka. Bisa jadi ia hanya mengalami kerugian dari satu sisi saja. Oleh karena itu, dalam surat ini Allah mengeneralisir bahwa kerugian pasti akan dialami oleh manusia kecuali mereka yang memiliki empat kriteria dalam surat tersebut [Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934].

Kriteria pertama, yaitu beriman kepada Allah. Dan keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu, karena keimanan merupakan cabang dari ilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna jika tanpa ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama). Seorang muslim wajib (fardhu ‘ain) untuk mempelajari setiap ilmu yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf dalam berbagai permasalahan agamanya, seperti prinsip keimanan dan syari’at-syari’at Islam, ilmu tentang hal-hal yang wajib dia jauhi berupa hal-hal yang diharamkan, apa yang dia butuhkan dalam mu’amalah, dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ

”Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah nomor 224 dengan sanad shahih).

Imam Ahmad rahimahullah berkata,

يَجِبُ أَنْ يَطْلَبَ مِنَ الْعِلْمِ مَا يَقُوْمُ بِهِ دِيْنَهُ

”Seorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya mampu menegakkan agama.” [Al Furu’ 1/525].

Maka merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim untuk mempelajari berbagai hal keagamaan yang wajib dia lakukan, misalnya yang berkaitan dengan akidah, ibadah, dan muamalah. Semua itu tidak lain dikarenakan seorang pada dasarnya tidak mengetahui hakikat keimanan sehingga ia perlu meniti tangga ilmu untuk mengetahuinya. Allah ta’ala berfirman,
مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا

”Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Quran itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy Syuura: 52).

Mengamalkan Ilmu

Seorang tidaklah dikatakan menuntut ilmu kecuali jika dia berniat bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu tersebut. Maksudnya, seseorang dapat mengubah ilmu yang telah dipelajarinya tersebut menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan amalnya.
Oleh karena itu, betapa indahnya perkataan Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah

لاَ يَزَالُ الْعَالِمُ جَاهِلاً حَتىَّ يَعْمَلَ بِعِلْمِهِ فَإِذَا عَمِلَ بِهِ صَارَ عَالِمًا

”Seorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim” (Dikutip dari Hushul al-Ma’mul).

Perkataan ini mengandung makna yang dalam, karena apabila seorang memiliki ilmu akan tetapi tidak mau mengamalkannya, maka (pada hakikatnya) dia adalah orang yang bodoh, karena tidak ada perbedaan antara dia dan orang yang bodoh, sebab ia tidak mengamalkan ilmunya.

Oleh karena itu, seorang yang berilmu tapi tidak beramal tergolong dalam kategori yang berada dalam kerugian, karena bisa jadi ilmu itu malah akan berbalik menggugatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ
,”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).

Berdakwah kepada Allah

Berdakwah, mengajak manusia kepada Allah ta’ala, adalah tugas para Rasul dan merupakan jalan orang- orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah ta’ala berfirman,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٠٨)

“Katakanlah, “inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf: 108).
Jangan anda tanya mengenai keutamaan berdakwah ke jalan Allah. Simak firman Allah ta’ala berikut,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushshilat : 33).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

Demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang dengan perantara dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah” (HR. Bukhari nomor 2783).

Oleh karena itu, dengan merenungi firman Allah dan sabda nabi di atas, seyogyanya seorang ketika telah mengetahui kebenaran, hendaklah dia berusaha menyelamatkan para saudaranya dengan mengajak mereka untuk memahami dan melaksanakan agama Allah dengan benar.

Sangat aneh, jika disana terdapat sekelompok orang yang telah mengetahui Islam yang benar, namun mereka hanya sibuk dengan urusan pribadi masing-masing dan “duduk manis” tanpa sedikit pun memikirkan kewajiban dakwah yang besar ini.
Pada hakekatnya orang yang lalai akan kewajiban berdakwah masih berada dalam kerugian meskipun ia termasuk orang yang berilmu dan mengamalkannya. Ia masih berada dalam kerugian dikarenakan ia hanya mementingkan kebaikan diri sendiri (egois) dan tidak mau memikirkan bagaimana cara untuk mengentaskan umat dari jurang kebodohan terhadap agamanya. Ia tidak mau memikirkan bagaimana cara agar orang lain bisa memahami dan melaksanakan ajaran Islam yang benar seperti dirinya. Sehingga orang yang tidak peduli akan dakwah adalah orang yang tidak mampu mengambil pelajaran dari sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

”Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari nomor 13).
Jika anda merasa senang dengan hidayah yang Allah berikan berupa kenikmatan mengenal Islam yang benar, maka salah satu ciri kesempurnaan Islam yang anda miliki adalah anda berpartisipasi aktif dalam kegiatan dakwah seberapapun kecilnya sumbangsih yang anda berikan.

Bersabar dalam Dakwah

Kriteria keempat adalah bersabar atas gangguan yang dihadapi ketika menyeru ke jalan Allah ta’ala. Seorang da’i (penyeru) ke jalan Allah mesti menemui rintangan dalam perjalanan dakwah yang ia lakoni. Hal ini dikarenakan para dai’ menyeru manusia untuk mengekang diri dari hawa nafsu (syahwat), kesenangan dan adat istiadat masyarakat yang menyelisihi syari’at [Hushulul ma’mul hal. 20].

Hendaklah seorang da’i mengingat firman Allah ta’ala berikut sebagai pelipur lara ketika berjumpa dengan rintangan. Allah ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (٣٤)

”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka” (QS. Al-An’am : 34).
Seorang da’i wajib bersabar dalam berdakwah dan tidak menghentikan dakwahnya. Dia harus bersabar atas segala penghalang dakwahnya dan bersabar terhadap gangguan yang ia temui. Allah ta’ala menyebutkan wasiat Luqman Al-Hakim kepada anaknya (yang artinya),

”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman :17).

Pada akhir tafsir surat Al ‘Ashr ini, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
فَبِالِأَمْرَيْنِ اْلأَوَّلِيْنَ، يُكَمِّلُ اْلإِنْسَانُ نَفْسَهُ، وَبِالْأَمْرَيْنِ اْلأَخِيْرِيْنَ يُكَمِّلُ غَيْرَهُ، وَبِتَكْمِيْلِ اْلأُمُوْرِ اْلأَرْبَعَةِ، يَكُوْنُ اْلإِنْسَانُ قَدْ سَلِمَ تعل مِنَ الْخُسَارِ، وَفَازَ بِالْرِبْحِ [الْعَظِيْمِ]

”Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar” [Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934].

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menyempurnakan keempat hal ini, sehingga kita dapat memperoleh keuntungan yang besar di dunia ini, dan lebih-lebih di akhirat kelak. Amiin.

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel www.muslim.or.id


Dari artikel Tafsir Surat Al ‘Ashr: Membebaskan Diri Dari Kerugian — Muslim.Or.Id by null

Kamis, 15 November 2012

"Ketika Allah tidak mengabulkan doa"

Ya Allah ambillah kesombonganku dariku
Allah berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya."

(artinya secara sadar kita harus menjauhkan diri kepada hal-hal yang berbau kesombongan.Anda punya uang, jabatan dan kekuasaan. Anda punya kecerdasan, kepintaran dan kecerdikan. Maka pahamkanlah itu semua pemberian Tuhan. Yang berhak untuk "Sombong" hanyalah Allah semata)

Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat
Allah berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

(Jangan merasa diri tidak sempurna karena penciptaan jiwa telah sampai pada tahap kesempurnaan. Tugas kita adalah mau apa tidak memanfaatkan kesempurnaan kita sebagai manusia mahluk dengan ciptaan terbaik)

Ya Allah beri aku kesabaran
Allah berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."

(Sabar hanya bisa diraih ketika kita mendapatkan berbagai cobaan hidup dan menjalaninya dengan tabah karena yakin itu semua sudah takdir)

Ya Allah beri aku kebahagiaan
Allah berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu."

Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan
Allah berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat
Allah berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku
Allah berkata... "Akhirnya kau mengerti !"

Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali -- orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.
Sumber inspirasi http://www.dudung.net

---Undanglah Keberuntungan Salah Satunya Dengan BERPRASANGKA BAIK ... ---

Berdasarkan pengalaman, pengamalan dan pengamatan, saya berpendapat ada 4 sikap yang akan mengundang keberuntungan dalam hidup: (1) Selftalk positif dan doa, (2) proaktif, (3) terus belajar, dan (4) BERPRASANGKA BAIK.

Jadi, untuk memulai sikap yang benar setiap hari awalilah hari dengan selftalk positif dan berdoa. Misaln
ya, “Ya Allah semakin hari hidup saya semakin indah dan nikmat. Duhai yang Maha Mendengar saksikanlah saya adalah Hamba-Mu yang berjuang keras membahagiakan kedua orangtuaku. Saya adalah karyawan yang bisa diandalkan. Saya adalah pengusaha yang selalu bertumbuh dan tak pernah menyerah.” Silakan cari kata-kata yang cocok dan tepat buat Anda dan ucapkanlah itu setiap pagi..

Saat beraktivitas, milikilah sikap proaktif. Saat ada masalah atau hal negatif mendekati Anda, hadapilah dan tuntaskan. Bukan membiarkan atau bahkan menghindar. Sesuai katanya pro-aktif berarti Anda aktif bukan pasif. Bergerak bukan menunggu!

Sikap yang ketiga yang harus mendarah daging dalam diri Anda adalah terus belajar. Bacalah buku-buku berkelas. Temuilah orang-orang yang berilmu. Ikutilah seminar atau training bermutu. Bergaulah dengan orang-orang yang ingin terus bertumbuh. Jangan berpuas diri dengan ilmu yang Anda miliki saat ini.

Keberuntungan juga mendekat kepada orang-orang yang berprasangka baik. Saat bertemu dengan orang kaya Anda berprasangka baik, “Dia calon investor saya.” Saat bertemu dengan pemilik perusahaan, “Dia calon mitra kerja saya.” Begitupun saat jumpa dengan orang yang nasibnya kurang beruntung Anda berprasangka baik, “Melalui doa dialah permohonan saya dikabulkan.”

Bila 4 sikap ini terus menjadi kebiasaan Anda, bersiaplah Anda kebanjiran banyak tamu. Mereka sukarela menginap lama di tempat Anda karena Anda sudah mengundangnya untuk datang dan datang lagi. Tamu itu bernama keberuntungan…

(repost from:Jamil Azzaini

Ganti yang lebih baik setiap perbuatan yang ditujukan karena-Nya

KUPECAT KANTORKU

“Neng, tumben ada di rumah, gak kerja?”
“Gak.” Jawabnya singkat.
“Sudah habis kontraknya.” Tiba-tiba mama berkata dari kamarnya.

Aku hanya manggut-manggut saja mendengar berita itu. Ada rasa iba terhadap adik perempuan yang paling dekat denganku itu.
Ba’da dzuhur aku pamit pulang karena istriku tinggal sendirian di rumah ditambah lagi sudah waktunya makan siang dan aku janji un
tuk membelikannya makan siang. Sengaja aku tidak menyuruhnya memasak mengingat begitu banyak pekerjaan rumah yang dia kerjakan dari pagi hari.

Sampai malam aku masih memikirkan keadaan Neng. Aku harus memberikan semangat kepadanya agar dia tidak berputus asa menghadapi ujian ini. Lalu aku ambil HP-ku dan mengirimkan SMS kepada Neng.

Yang semangat yang Neng.

Rezeki Allah itu luas. Insya Allah, Neng akan diberikan pengganti Yang lebih baik. AA selalu mendoakan Neng di setiap sujud AA. I love u, Sister.

Tidak beberapa lama SMS-ku itu dibalas olehnya.

Terima kasih A. Sebenarnya kontrak kerja Neng diperpanjang. Namun karena sebuah alasan Neng tidak mau melanjutkan pekerjaan itu. Sebenarnya Neng merasa kehilanagan AA setelah Neng hidup bareng AA selama 25 tahun. Tapi Neng ikut bahagia Jika sekarang AA hidup bahagia sama istri AA. I love u too, Bro.


Terharu aku membaca SMS Neng. Ada kalimat yang menjadi bahan pikiran aku. Sebuah alasan mengapa Neng tidak mau melanjutkan ontrak kerjanya di salah satu bank konvensional itu. Padahal penghasilan bulanannya lumayan besar.
Kemudian aku teringat curhatan Neng mengenai pekerjaannya itu. Neng pernah cerita bahwa dia setengah hati menjalankan pekerjaannya. Sebagai salah seorang telemarketing untuk kartu kredit di bank tersebut Neng merasa berdosa. Setiap hari dia harus mencari nasabah dan menawarkan kartu kredit kepada mereka, dan itu ditarget.

Dia mengerti bahwa pekerjaannya itu berbau riba dan itu yang menjadi ganjalan di hatinya. Dia pernah bercerita bahwa gaji bulanannya itu sering habis tidak karuan. Mungkin karena gaji yang diterimanya ini dari hasil praktik riba yang dia kerjakan pada bank tersebut. Dia merasa berdosa karena setiap hari mengajak orang untuk melakukan praktik riba.
Dugaannku ternyata benar. Neng tidak mau memperpanjang kontrak karena tidak mau lagi terlibat dalam praktek riba apapun alasannya. Dia sengaja memutuskan kontrak kerja dan mencari pekerjaan lain yang jauh lebih halal tentunya. Terharu dan sekaligus kagum aku dibuatnya dengan keputusannya itu.

Subhanallah, sungguh Allah akan membalas dan mengganti dengan yang labih baik untuk setiap perbuatan yang ditujukan karena-Nya. Engkau meninggalkan pekerjaan yang berbau riba itu karena takut kepada Allah dimana Dia mengharamkan segala macam praktik riba meski dikemas dengan keindahan rupiah.

Aku pun berkeyakinan bahwa Allah mempunyai banyak jalan untuk melapangkan rezeki kepada setiap hamba yang dikehendaki-Nya. Secara logika dengan putusnya kontrak kerja tersebut maka terhentilah penghasilanmu. Tetapi logika tersebut tidak berlaku dengan kekuasaan Allah. Allah adalah Ar Razaq, dan semoga Allah membalas keputusanmu itu dengan limpahan rezeki yang berlimpah dan yang paling penting adalah berkah.

Hukum Riba, hukumnya berdasar Kitabullah, sunnah Rasul-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kami tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah: 278-279).

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS Al-Baqarah: 275).

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.” (QS Al-Baqarah: 276).

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apa itu, ya Rasulullah?” Jawab Beliau, “(Pertama) melakukan kemusyrikan kepada Allah, (kedua) sihir, (ketiga) membunuh jiwa yang telah haramkan kecuali dengan cara yang haq, (keempat) makan riba, (kelima) makan harta anak yatim, (keenam) melarikan diri pada hari pertemuan dua pasukan, dan (ketujuh) menuduh berzina perempuan baik-baik yang tidak tahu menahu tentang urusan ini dan beriman kepada Allah.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari V: 393 no: 2766, Muslim I: 92 no: 89, ‘Aunul Ma’bud VIII: 77 no: 2857 dan Nasa’i VI: 257).

Dari Jabir ra, ia berkata. “Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (Shahih: Mukhtasar Muslim no: 955, Shahihul Jami’us Shaghir no: 5090 dan Muslim III: 1219 no: 1598).

Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3539 dan Mustadrak Hakim II: 37).

Dari Abdullah bin Hanzhalah ra dari Nabi saw bersabda, “Satu Dirham yang riba dimakan seseorang padahal ia tahu, adalah lebih berat daripada tiga puluh enam pelacur.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3375 dan al-Fathur Rabbani XV: 69 no: 230).

Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Tak seorang pun memperbanyak (harta kekayaannya) dari hasil riba, melainkan pasti akibat akhirnya ia jatuh miskin.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5518 dan Ibnu Majah II: 765 no: 2279).

Sumber page FB : Yusuf Mansyur Network

...Hikayat orang yg dicabut nyawanya ...

Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi Sulaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang masuk tadi ?"

Nabi Sulaman menjawab, "Malaikat Maut".
Laki-laki itu berkata, "Aku takut Malaikat
maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya."

Nabi Sulaiman berkata, "Bagaimana caramu menghindar darinya ?"

Laki-laki itu menjawab, "Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku. "

Nabi Sulaiman menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Mlaikat Maut kembali dan menemui Nabi Sulaiman.
Kemudian Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat Maut, "Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?"

Malaikat Maut berkata, "Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana.
ITULAH TAKDIR ALLAH

Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi muhammad shallalahu alaihi wassalam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)

mutiara air mata muslimah.facebook,com

BUKTI KEADILAN ALLAH DI DUNIA

Nabi Musa as bermunajat kepada ALLAH di bukit Tursina. Dia berkata dalam munajatnya, “Ya ALLAH perlihatkanlah kepadaku keadilan-MU”.
ALLAH SWT berfirman, “Engkau adalah orang yang suka tergesa-gesa, cepat marah, berani, dan tidak mampu untuk bersabar”.
Musa berkata, “Aku mampu bersabar dengan taufik-MU”
ALLAH berfirman, “Pergilah ke mata air fulaniyah, bersembunyilah
didekat mata air itu, dan lihatlah kekuasaan dan ilmu-KU dalam hal-hal gaib”

Kemudian Musa naik ke bukit yang dekat dengan mata air itu dan bersembunyi. Kemudian dating seorang penunggang kuda ke mata air itu. Dia turun dari kudanya, berwudhu, dan meminum airnya. DIa mengambil kantong yang berisi uang seribu dinar. Dia letakkan disampingnya, kemudian shalat. Setelah itu, dia pergi dan lupa akan kantongnya. Datanglah anak kecil. Dia minum dari mata air itu dan mengambil kantong tersebut. Setelah itu, dating seorang kakek-kakek buta. Dia minum dari mata air itu, berwudhu, dan berdiri untuk sholat. Penunggang kuda yang tadi teringat akan kantongnya. Dia kembali ke mata air tersebut. Dia menemukan kakek-kakek itu dan berkata kepadanya, “Aku lupa meninggalkan kantongku yang berisi uang seribu dinar di tempat ini. Pada saat ini, hanya engkau yang ada ditempat ini”.

Orang buta itu berkata, “Ketauhilah, aku ini orang buta. Bagaimana mungkin aku dapat mengambil kantongmu?”
Penunggang kuda itu marah. DIa mencabut pedangnya dan membunuh kakek buta itu dengan pedang tersebut. Kemudian dia mencari-cari kantongnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya ia pergi dan meninggalkan mayat kakek buta itu. Pada waktu itu, Musa berkata, “Tuhanku, kesabaranku telah habis, sedangkan ENGKAU Mahaadil. Oleh karena itu, beritahulah aku bagaimana hal ini bias terjadi”.

Lalu turun Malaikat Jibril as dan berkata, “ALLAH telah berfirman : “AKU Mahatahu atas hal-hal yang tersembunyi. AKU mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui. ANak kecil yang mengambil kantong itu, dia mengambil hak miliknya. Ayah anak itu adalah orang yang bekerja pada si penunggang kuda. Ayahnya telah mengumpulkan hasil sebanyak uang yang ada dalam kantong tadi. Dengan demikian, anak itu mengambil haknya. Sementara itu, kakek buta tersebut, sebelum buta dia telah membunuh ayah anak kecil tadi. AKU telah menceritakan kejadian itu. Dan setiap orang telah mendapatkan haknya. Keadilan-Ku sangat akurat””.
Ketika mendengar penjelas itu, Musa merasa malu dan beristighfar (mohon ampun kepada ALLAH). (Al-Ghazali)

www.facebook.com

Kiat-Kiat Agar Selalu Berlapang Dada


Sesungguhnya kesempitan dada dan apa yang menimpa seorang muslim berupa kebimbangan dan kebingungan serta kesedihan adalah perkara yang tidak seor
angpun bisa menghindarinya.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Aku berfikir tentang usaha para cendikiawan, maka aku melihat bahwa usaha mereka mengarah pada satu hal, sekalipun jalan dan cara mendapatkannya berbeda-beda, aku melihat mereka semua berusaha untuk menghilangkan rasa bimbang dan kebimbangan dari diri mereka. Ada orang yang menghilangkanya dengan cara makan dan minum, dan yang lain dengan cara berdagang dan berusaha, sementara yang lain dengan menikah, atau terkadang orang mengejarnya dengan bermain-main dan bersenda gurau dan lain-lain. Akan tetapi aku tidak melihat salah satu dari jalan-jalan di atas yang bisa mengantarkan seseorang kepadanya, bahkan bisa jadi realitanya justru kebanyakan dari jalan-jalan di atas, mengarahkan kepada titik yang berlawanan. Hanya dengan kembali kepada Allah SWT semata dan mengutamakan keridhaan -Nya maka dialah jalan yang menghilangkan kebimbangan. Tidak ada jalan yang lebih bermanfaat bagi hamba selain jalan ini, dan lebih pasti dalam menghantarkan seorang muslim kepada kenikmatan hidup dan kebahagiaan”.[1]

Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menyebutkan beberapa kiat agar dada menjadi lapang:

Pertama: Tauhid, kesempurnaan tauhid pada seseorang akan menentukan sejauhmana ia akan merasakan kelapangan dalam dadanya. Allah SWT berfirman:

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Zumar: 22)

Allah swt berfirman:

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit”. (QS. Al-An’am: 125.)

Maka hidayah dan tauhid adalah sebab utama yang paling agung yang membawa kepada kelapangan dalam dada, sementara kesyirikan dan kesesatan adalah sebab utama terjadinya kesempitan dan kesesakan dada.

Kedua: Cahaya yang dihunjamkan oleh Allah SWT di dalam hati seorang hamba, yaitu berupa cahaya iman, sungguh dia bisa membuat dada menjadi lapang, melegakan jiwa dan membahagiakan hati. Namun jika cahaya ini hilang dari dada seorang hamba maka dia akan menjadi sempit dan sesak, se

hingga dia terperosok ke dalam penjara yang paling sempit dan sulit. Maka ukuran bagian seseorang dari rasa kelapangan dada ini setingkat dengan bagian yang didapatkannya dari cahaya hidayah dan iman ini. Allah SWT berfirman:

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS, Al-An’am: 122)

Ketiga: Ilmu. Sungguh, ilmu itu bisa melapangkan dada, dan melegakannya sehingga dia lebih luas dari dunia, semantara kebodohan akan mengakibatkan kesempitan, kesesakkan dan terpenjara. Semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang maka semakin luas dan lapang dadanya. Namun hal ini bukan untuk setiap ilmu, akan tetapi maksudnya adalah ilmu yang diwariskan dari Nabi Muhammad SAW, ilmu yang bermanfaat. Pemilik ilmu ini adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaknya serta paling bagus kehidupan yang dirasakannya.

Keempat: Kembali kepada Allah SWT dan mencintainya dengan sepenuh hati, mendekat kepada Allah SWT, merasa nikmat dengan beribadah kepada -Nya, maka tidak ada yang lebih lapang bagi dada seorang hamba selain hal itu. Allah SWT berfirman:

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Nahl: 97)

Sehingga dia terkadang berkata; Seandainya aku hidup di dalam surga dengan keadaan seperti ini maka sungguh ini adalah kehidupan yang sangat baik. Cinta kepada Allah SWT memiliki dampak yang sangat mengagumkan dalam menciptakan lapangnya dada, nikmatnya hati, dan dia tidak akan pernah dirasakan kecuali oleh orang yang kembali kepada Allah SWT, dan setiap kali rasa cinta itu lebih kuat dan meningkat maka dada akan lebih lapang dan lega.

Dan di antara sebab yang menjadikan hati ini sempit adalah berpaling dari Allah Azza Wa Jalla dan hati bergantung kepada selain Allah SWT, lalai dalam berzikir kepada Allah SWT dan justru mencintai selain Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkankannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 124)

Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu selain Allah SWT maka dia tersiksa dan hatinya terpenjara oleh kecintaannya terhadap hal tersebut.

Kelima: Senantiasa berzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan dan tempat. Kelalaian memiliki dampak yang sangat mencengangkan dalam menciptakan kesempitan dada, perasaan terpenjara dan tersiksa. Allah SWT berfirman:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Al-Ra’du: 28)

Keenam: Berbuat baik kepada orang lain, memberikan bantuan kepadanya dengan harta, kekuasaan, jasa dan kerja badan serta berbagai kebaikan lainnya. Sesungguhnya, orang mulia yang baik adalah orang yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya, paling nikmat perasaan hatinya, sementara orang yang bakhil, yaitu orang yang tidak mau berbuat baik kepada orang lain, dan dia adalah orang yang paling sempit hidupnya dan paling keruh kehidupannya. Disebutkan di dalam Ashahihaini dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang pelit dan orang yang dermawan adalah seperti seorang lelaki yang memakai baju dari besi, mereka berdua terpaksa harus mengulurkan tangan mereka ke tulang selangka mereka, maka setiap kali orang yang suka bersedekah itu ingin mengeluarkan shadaqahnya, maka dia semakin meluas sehingga bekas-bekasnyapun menghilang, dan setiap kali orang yang kikir ingin mengeluarkan shadaqahnya maka setiap lubang baju besi itu menyempit sehingga mengerut pada tubuhnya akhirnya membelenggu kedua tangannya kepada tulang selangkanya, dan didengar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Lalu dia berusaha memperluasnya namun baju itu tidak bisa melebar”.[2]

Ketujuh: Keberanian. Seorang yang pemberani pasti berlapang dada, berhati lega, sementara orang yang pengecut adalah orang yang paling sempit dadanya dan paling sesak hatinya, tidak merasakan kesenangan dan kebahagiaan, tidak ada kenikmatan baginya kecuali jika dia termasuk hewan yang hanya memiliki instink kehewanan. Maka kegembiraan, kesenangan, kenikmatan dan keindahan diharamkan bagi orang yang bersikap pengecut sebagaimana dia diharamkan atas orang yang pelit.

Kedelapan: Mendendam termasuk sifat yang tercela yang membuat hati menjadi sempit dan tersiksa, sehingga mengahalanginya mendapatkan kesembuhan. Sesungguhnya seorang hamba jika dia telah melakukan segala kiat untuk mendapatkan kelapangan dada namun dia tidak membersihkan dirinya dari sifat-sifat hati yang buruk, maka dia tidak akan merasakan kelapangan dalam dadanya walau sedikit.

Kesembilan: Meninggalkan penglihatan dan pembicaraan yang berlebihan, atau pendengaran dan bergaul yang sia-sia, begitu juga berlebihan dalam urusan tidur dan makan dan lain-lain. Sebab sikap yang sia-sia ini memancing munculnya rasa sakit, bimbang dan kebingungan di dalam hati, dia mempersempit hati, membelenggunya dan membuatnya tersesak. La Ilaaha Illa Allah, alangakah sempitnya dada orang yang tidak maenjaga anggota badannya dari perbuatan maksiat, alangkah keruhnya kehidupan yang diarunginya, dan La Ilaaha Illa Allah, alangkah nikmatnya orang yang mendapat bagian dari sifat-sifat terpuji ini, cita-citanya hanya tertuju padanya. Dia mendapat bagian dari firman Allah swt:

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, (QS. Al-Infithar: 13,)

sementara bagi kelompok yang lain mendapat bagian dari firman Allah SWT:

“dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”. (QS. Al-Infithar: 14)

Maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pribadi yang paling sempurna dalam memperoleh sebab-sebab lapangnya dada, dan keluasan hati. Dan makhluk yang paling banyak mengikuti beliau maka dia adalah orang yang sempurna dalam merasakan kelapangan, kelezatan, ketentraman hati. Maka apabila seseorang mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam hal tersebut diatas maka dia akan mendapat tingkat yang sama dalam kelapangan dada dan ketentraman hati serta kelezatan hidup.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

By: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

[1] Al-Jawabul Kafi, halaman:171-172 dan telah diringkas oleh Ibnul Qoyyi rahimahullah.
[2] Al-Bukhari: no: 2917 dan Muslim: 1021

... NIKMATILAH GELAS REZEKI-MU PERLAHAN-LAHAN ...


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Aku sengaja mengajak istriku duduk di kursi tunggu klinik anak karena ingin melepas kangen kami yang belum juga dikaruniai seorang anak.

Istriku paling suka duduk di sudut ruang tunggu itu, dengan begitu ia bisa bebas memperhatikan sekelompok anak yang meskipun sakit tetap bersemangat bermain di tempat permainan k
ecil yang disediakan pihak rumah sakit.

Hari ini tak seperti biasanya, kami datang bukanlah untuk memeriksakan kesehatan atau karena kami ada yang sedang sakit. Hari ini aku mengajak istriku ke dokter kandungan, aku ingin sekali memastikan bahwa kami masih memiliki harapan untuk mendapatkan seorang anak. Kalaupun tidak mungkin, aku ingin tahu siapa di antara kami yang membuat impian itu terhambat. Apakah aku atau istriku yang kurang subur?

Sebenarnya ini merupakan pertarungan tersendiri di hatiku selama beberapa minggu terakhir ini. Aku yakin, aku tak mengalami masalah apapun. Apalagi istriku. Kami sama-sama berasal dari keluarga yang memiliki anak yang banyak. Maka itu aku benar-benar heran, kenapa setelah lebih dari empat tahun menikah, istriku tak juga mengandung?

“Bruk!” Seorang anak kecil menabrakku. Kepalaku langsung menunduk, menatap wajah mungil seorang anak perempuan yang berbintik-bintik merah itu kaget. Anak itu juga menatapku, tersenyum.

“Aduuh, maaf ya Pak! Maaf banget,” kata Ibunya yang nampak ngos-ngosan mengejar si anak itu. Kali ini ia langsung menggendongnya meski si kecil terus meronta minta diturunkan.

Ibu itu duduk di sebelahku. “Tidak bisa! Kali ini Tiara harus diam ya. Nanti keringatmu bertambah, cacarmu tambah banyak. Ayo diam! Nanti kalau Tia diam, Mama belikan donat di depan.” Dan ajaib, anak itu berhenti meronta dan duduk manis di pangkuan Ibunya. Mau tak mau aku tersenyum sendiri.

“Kena cacar bu?” tanyaku mengakrabkan diri.

Ibu itu mengangguk. “Iya nih, pak! Lagi musim. Di rumah, ini anak saya yang terakhir terkena setelah dua kakaknya. Mana dia yang paling aktif jadi agak susah menyuruhnya istirahat.” Lalu Ibu itu mengedarkan pandangan ke sekitarku. “Anak bapak sakit apa?” tanyanya balik.

Aku terhenyak. Meski sudah sering ditanya orang, tapi tetap saja aku masih suka bingung menjawabnya.

“Saya belum berputra, bu,” kataku menjawab pertanyaannya pelan.

“Oh! Maaf, maaf Pak. Saya kira Bapak lagi nganterin anak berobat.”

“Gak papa bu. Saya juga yang salah duduk di sini,” jawabku. Lalu menoleh pada istriku yang sedang duduk di sampingku. “Istri saya senang melihat anak-anak main di sini, bu. Jadi saya ajak duduk di sini sambil menunggu giliran kami. Kami mau ke dokter kandungan di sebelah. Giliran kami masih lama.”

“Memangnya sudah berapa lama menikah, pak?” selidik ibu itu.

“Sudah empat tahun lebih,” kembali kujawab pertanyaan ibu itu.

Ibu itu mengangguk-angguk. Tangan mengusap-usap kepala anaknya yang sepertinya mulai mengantuk. “Baru empat tahun ya? Mmm…” ia mengulangi jawabanku dengan senyum membayang di wajahnya.

Aku penasaran melihat respon ibu itu saat mendengar jawabanku. Tapi dia terdiam sejenak, memindahkan posisi anaknya agar nyaman dan bersenandung kecil menidurkannya. Aku juga memilih diam, kembali memandangi anak-anak yang berlarian, bermain perosotan dan para orangtua yang sibuk berlalu lalang bergantian masuk di ruang praktek dokter.

“Kakak saya sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, tapi dia santai-santai saja meski belum punya anak. Saya sendiri menunggu lebih dari lima tahun untuk punya anak. Di kantor suami saya ada banyak teman-temannya yang menikah lebih lama dari pernikahan saya, juga tak pernah memusingkan anak yang tak pernah hadir.”

Kembali aku menoleh, menatap ibu itu yang berbicara seakan-akan berbicara pada dirinya sendiri.

“Rezeki itu seperti air. Ibarat mengisi air dalam sebuah gelas kosong. Tapi ada yang mengisinya terus menerus tanpa pernah sadar air dalam gelas itu telah luber ke mana-mana.

Sementara ada pula yang mengisinya pelan-pelan dan menikmati tiap tetesnya. Sama seperti mengisi gelas hingga penuh dan air luber ke mana-mana, keinginan dan kebutuhan manusia untuk memiliki itu takkan pernah selesai.

Sekarang inginnya punya anak, besok sudah punya anak pengennya anak cepat besar, setelah anak besar pengen dia sekolah dan berprestasi sebaik mungkin, terus begitu sampai lupa untuk menikmatinya.

Bagaimana mau diberi nikmat yang lebih baik, rezeki yang lebih besar kalau semua yang diberikan sekarang saja tidak dinikmati dengan baik? Ketika kita lupa cara untuk menikmati setiap rezeki yang diberikan, maka yang ada hanyalah kehausan untuk terus menerus mengisi gelas namun lupa untuk meminumnya sedikit demi sedikit untuk melepas dahaga.”

Ibu itu juga menatap padaku sejenak, tersenyum dan lalu kembali menatap putrinya yang kini telah benar-benar tertidur. Aku memilih diam, meresapi kata-katanya yang pelan namun benar-benar mengena itu.

“Minumlah sedikit dari nikmat yang ada di gelas anda sekarang. Seperti … “ dia terdiam, menatap penuh arti pada istriku yang masih melamun di sampingku. “menunjukkan kasih sayang pada istri Bapak misalnya. Daripada mengharap dan malah mencari kesalahan, lebih baik anda berdua sama-sama mencurahkan kasih sayang, memanfaatkan rezeki cinta yang diberikan Allah.

Anggap saja besok atau besoknya lagi anda mungkin takkan mendapat nikmat yang sama, jadi mumpung masih diberi kesempatan ya nikmati saja dulu dengan rasa syukur, rasa terima kasih karena masih bisa menikmati rezeki yang Allah berikan. Insya Allah, akan ada tambahan rezeki yang lain yang akan masuk ke dalam gelas anda karena Allah selalu menjanjikan limpahan rezeki untuk hambaNya yang bersyukur.”

Angka antrian di dekat pintu ruang dokter bertambah. Rupanya angka itu adalah angka giliran Ibu di sampingku, dia berdiri tergesa-gesa setengah kerepotan mengambil tas sekaligus menggendong anaknya yang masih tidur namun sebelum pergi dia kembali menegurku. “Saya masuk dulu ya, pak!” dan ibu itu menghilang di balik pintu ruang dokter bersama putrinya.

“Siapa itu, mas?” tanya istriku ingin tahu. Akhirnya dia sadar juga siapa yang tadi duduk di sampingku.

Aku tersenyum padanya. “Itu malaikat. Malaikat cinta,” bisikku sembari menyenggol pundak istriku.

Mata istriku membulat. Tawanya pecah seketika mendengar kata-kataku. Namun saat melihat tawa istriku, barulah kusadari ini pertama kali setelah beberapa hari aku melihat istriku tertawa begitu lepas. Ibu itu benar, inilah rezeki yang seharusnya kunikmati. Dibanding mengharapkan rezeki lain, seharusnya aku menikmati apa yang kumiliki sekarang.

Setelah itu, tanpa keraguan sedikitpun kuajak istriku pulang meskipun kami belum bertemu dokter. Kehadiran anak bukannya tak penting bagiku lagi. Aku akan tetap berusaha, bersama istriku tercinta. Namun yang lebih penting, aku ingin kami lebih menikmati apa yang kami miliki sekarang.

Aku tak ingin mengisi gelasku hingga meluap ke mana-mana, aku ingin mengisi gelas itu pelan-pelan lalu menikmatinya perlahan-lahan. Semoga dengan mensyukuri setiap rezeki yang kudapatkan, maka Allah akan memberiku nikmat yang lebih besar. Semoga.

*****
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..
www.facebook.com

Niatkanlah Kebaikan

...Bertemu Almarhum Suami, Saat Beribadah Haji...

Dengan mata berkaca-kaca, ibu itu bercerita pada saya tentang pertemuan dirinya dengan sang suami yang telah meninggal 3 tahun yang lalu. Pertemuan pertama saat dia berzikir di sebuah masjid, dan pertemuan kedua saat dirinya menjalankan ritual lempar jumroh.

Saat melihat suaminya, ibu itu tidak kuasa menahan tangis. Dia hanya mampu tertegun dan m
enangis bahagia ketika suaminya berjalan di depannya saat di masjid, dan melihat suaminya berada persis di depannya saat melempar jumroh bersama ribuan jemaah lainnya. Saat itu untuk memanggil suaminya, ibu itu tak kuasa sampai sang suami hilang dari pandangan mata.

Ibu itu melihat wujud suaminya dalam fisik yang nyata. Bukan halusinasi atau bayangan belaka. Dia sangat yakin 100% itulah suaminya. Inilah yang membuat Ibu itu sangat terharu, karena dia tahu suaminya turut hadir menemaninya saat menjalankan ibadah haji kemarin.

Tahukah anda? Ibu ini dan sang suami telah menabung selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan biaya agar bisa berangkat haji. Tapi menjelang tabungan haji mereka cukup untuk berangkat, sang suami lebih dahulu meninggal. Inilah yang membuat sedih ibu tersebut, tapi kesedihan itu akhirnya terobati setelah tahu sang suami turut bersamanya saat menjalankan ibadah haji kemarin.

Saudaraku, dari kisah ini bisa kita tarik sebuah fakta, bahwa saat kita punya sebuah niat sebenarnya Allah sudah mencatatnya. Dan saat kita berhalangan menjalankan niat tersebut, Allah punya cara sendiri untuk mewujudkannya buat kita.

Kisah ini hampir sama dengan kisah nyata yang pernah ditayangkan di sebuah televisi nasional. Seorang ibu bertemu anaknya yang telah meninggal saat dirinya menjalankan ibadah haji. Mengapa bisa terjadi? Ternyata selama hidup, anaknya punya cita-cita ingin menunaikan ibadah haji bersama ibunya. Tapi takdir berkehendak lain, sang anak meninggal lebih dahulu karena sebuah bencana alam.

Semoga kisah ini bermanfaat buat anda. Yuk mulai sekarang kita niatkan kebaikan dalam hidup kita, karena niat yang kuat sudah diperhitungkan sebagai pahala buat kita. Dan saat kita ada halangan untuk mewujudkan niat baik tersebut, Allah punya cara untuk mewujudkannya buat kita.

www.facebook.com

___Mintalah Pendapat Pada Hatimu_____

Setiap orang memiliki cermin di dalam diri, itulah hati nurani. Perkataan hati nurani adalah kejujuran. Anjurannya adalah kebaikan. Kecenderungannya adalah pada kebenaran, sifatnya adalah kasih sayang. Ia akan tenang bila kita berbuat baik dan gelisah bila kita berbuat dosa. Bila ia bersih dan sehat maka ia akan menjadi juru bicara Allah di dalam diri kita.

Bila ia bening dan berkilat maka ia akan menangkap Cahaya Kebenaran. Hanya sayangnya kita sering mencampakkan nurani kita sendiri bahkan membunuhnya dengan perilaku-perilaku kita. Curang hanya demi serupiah keuntungan, bohong hanya untuk kesenangan sesaat, kikir padahal harta melimpah, dengki terhadap kebahagian orang lain, menolak kebenaran karena sebuah gengsi. Akibatnya nurani kita tertutup dan mati sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Seorang sahabat Nabi Shallalahu alaihi wassalam yang bernama Wabishah ra datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa

Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Nabi Shallalahu alaihi wassalam telah menangkap isi hatinya. ” Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?” Wabishah menjawab,” Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda,” Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.” Beliau Shallalahu alaihi wassalam merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda

“Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.al-Darimi dari Wabishah ra )

Sekarang ini cobalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang merasa ”tidak nyaman” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau kita tidak merasakan ketidaknyamanan itu lagi? Kalau iya, kita masih merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan ketika kita mau melakukan suatu perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu berarti hati nurani kita masih hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketakwaan, keimanan dan kedekatan kita kepada Allah. Namun jika ternyata kita temukan diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat kita mau dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertobatlah, karena jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa kecil, misalnya berdusta? Tanyakan dengan jujur pada diri kita masing-masing, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku untuk senantiasa berpegang pada agama-Mu. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

www.facebook.com