Senin, 23 Mei 2011

Hidangan Hidayah Allah Terlezat

Pribadi berdzikir....
Dzikir menjadi kepribadiannya,
Allah tujuannya,
Rasullah saw teladan dalam hidupnya,
Dunia inipun mjd syurga sebelum syurga sebenarnya,
Bumi menjadi masjid baginya....
Rumah, kantor, bahkan hotel sekalipun mjd musholla baginya,
Tempat ia berpijak, meja kerja, kamar tidur hamparan sajadah baginya

Kalo Dia bicara bicaranya dakwah,
kalo dia berdiam, diamnya dzikir,
nafasnya ..tasbih,
matanya... penuh rahmat Allah.... penuh kasih sayang...
Telinganya..terjaga, Pikirannya..
baik sangka, tidak sinis, tidak pesimis...dan tidak suka memvonis..

Hatinya... subhanallah..
Diam-diam berdoa... doanya diam-diam......
Tangannya bersedekah....
Kakinya berjihad, ia tdk mau melangkah sia-sia....
Kekuatannya silaturahim......
Kerinduannya, tegaknya syariat Allah,..
kalo memang hak tujuannya maka sabar dan kasih sayang strateginya....

Asma Amaniina....
cita2nya tertinggi teragung.....syahid dijalan Allah...
Dan......
Sungguh menarik, kesibukanya ia hanya asyik memperbaiki dirinya....
Tidak tertarik mencari kekurangan apalagi aib orang lain,
Hadirilah majlis2 Dzikir.....
Raihlah kepribadian Berdzikir dgn selalu hadir menikmati hidangan hidayah Allah terlezat....
Dzikkrullah...............

Tujuh Kebiasaan Jomblo Yang Tidak Efektif ....

Satu: Negatif thinking.
-------------------------
Misalnya, kalau pas lagi jalan sendiri, lalu ada yang tanya (teman kerja
atau teman sekampus lain jurusan), "Koq sendiri?" Langsung deh reaksinya
seperti ini: "Sudah tahu sendiri, pakai tanya-tanya. Mentang-mentang gua
jomblo. Ngeye, ya."

Atau, suatu kali ngelihat ada orang lain yang ngelihatin: "Kenapa sih
lihat-lihat?! Anehnya ya, karena gua jomblo. Dasar, tamblo (tampang bloon)
luh."

Padahal, "Koq sendiri?" itu kan pertanyaan standar orang yang pengen tanya tapi nggak tahu mau tanya apa. Just basa-basi. Nggak ada maksud apa-apa. Malah kalau tanyanya "Koq berdua?" atau "Sama siapa?" jadi aneh bin konyol. Lha, sudah jelas sendiri pakai tanya "Koq berdua?" atau "Sama siapa?" segala.

Dan orang yang ngelihatin bisa saja karena rasa-rasanya koq kenal. Atau
kagum sa! ma tahi lalat di pipi kita. Dipikirnya, "Hoki bener tuh orang ada
tahi lalat di pipinya. Coba kalau tahi kebo atau tahi kucing, kanjelek!" -
Jadi, nggak ada kait-mengkait dengan kejombloan kita.

Begitulah kalau sudah dikuasai pikiran negatif. Segala sesuatu disikapi
secara negatif. Ibarat orang pakai kacamata hitam. Semua yang dilihatnya
serba hitam. Lalu bagaimana dong mengatasinya? Tidak ada cara lain, ganti
kacamatanya dengan kacamata yang lebih terang. Jangan salahkan obyek yang dilihat.


Dua: Citra diri yang negatif.
--------------------------------
"Siapalah saya ini. Tampang pas-pasan. Nggak bisa apa-apa pula. Otak belet, lha nilai kuliah saja hampir tidak pernah bergeser dari C. Dapet B tuh
untung. A, wah ajaib benar anugerah-Mu deh. Mana ada yang mau sama saya. Seandainya saya jadi orang lain pun, nggak bakalan koq saya mau punya pacar kayak diri saya begini."

Padahal gambaran kita tentang diri kita sendiri akan sangat berpengaruh
terhadap pikiran, perasaan ! dan sikap hidup kita. Ibarat makanan bagi tubuh
kita, citra diri akan sangat menentukan; apakah kita akan menjadi pribadi
yang optimistis, percaya diri, punya semangat hidup. Atau sebaliknya,
menjadi pribadi yang pesimistis, rendah diri, loyo alias nggak punya
semangat hidup.


Tiga: Rumput di halaman rumah tetangga kelihatan lebih hijau.
------------------------------------------------------------------------
"Duh, enak nian punya pacar kayak die. Kemana-mana ada yang nemenin. Ada yang perhatiin and diperhatiin. Ada shoulder to cry on. Malam minggu nggak cengo sendiri di rumah. Lonely. Bisa ngerasain dag dig dug serrr tiap nunggu doi. Kapan pun dan dimana pun ada yan g selalu bisa di-call.
Pokoknya asyik deh."

Jadi nganggepnya hidup orang lain tuh lebih enak, lebih baik, lebih nikmat,
lebih segalanya. Lalu kita berandai-andai; seandainya hidup kita kayak
hidup die, dunia kita kayak dunia die. Seolah kita nih baru bahagia kalau
kayak die. Kita jadi kurang bersyukur dengan hidup kita sendiri.

Padahal, mana ada sih orang yang hidupnya selalu senang. Seperti kata
pepatah Belanda, setiap orang tuh punya salib. Siapa pun pastilah punya
senang dan susahnya sendiri. Punya pacar pun nggak melulu enak koq. Kadang ada sebalnya. Kadang bisa bikin jengkel and stress juga.

So, jangan heran kalau yang sudah punya pacar pun bisa mikir begini: "Duh, enak nian ngejomblo. Bebase sebebas burung di udara. Asyike seasyik ikan di laut. Nikmate senikmat udang rebus Mang Engking, Yogyakarta- apalagi sambal terasinya itu loh, uihh uenakke pol deh." (apa coba hubungannya?! hehehe:)



Empat: Berselubung topeng.
--------------------------------
Nggak jujur dengan diri sendiri. Nggak apa adanya.

Contoh 1 (gaya selebritis: kemayu, dengan sikap bertutur diatur): "Aku emang belum mau pacaran koq. Suer. Masih ingin sendiri." - Yang sebenarnya: aku belum ketemu yang aku mau die mau. Adanya aku mau die nggak mau, die mau akunya nggak mau. Ada yang aku mau die mau, eh die maunya mau nabok sama aku.

Padahal apa salah! nya bilang, "Aku bukannya nggak kepengen, tapi belum
ketemu yang pas." Titik. Kalau bilangnya: belum mau pacaran, masih ingin
sendiri - besok atau lusa ternyata ketemu yang cocok. Nah, luh baru nyaho.
Malu kan mesti ngejilat ludah kuda (kalau ludah sendiri sudah biasa:).

Contoh 2 (gaya politisi: kemaki, dengan sikap bertutur nggak teratur): "Gue
naksir die?! Idihh, amit-amit. Sorry ya, dibayar goceng pun nggak bakalan
gue ambil!" - Yang sebenarnya: aku sih okelah sama die, tapi dienya cuek
banget. Benci deh aku (dengan gaya genit ala Pelawak Tessi).

Padahal apa salahnya bilang, "Dienya cuek begitu, mana berani gue." Titik.
Kalau bilangnya: amit-amit, dibayar goceng pun gua gak bakalan ambil - dan
ternyata die tuh ngesir sama kita, cuma karena die punya "kemaluan" gede
(baca: pemalu) jadinya die pasang sikap cuek bebek. Sok cool. Nah, gimana coba kalau begitu?! Masak mau ikut-ikut si selebritis: ngejilat ludah kuda.

So, tanggalkan ! topeng itu. Apa adanya sajalah. Tapi ya, jangan vulgar,
mengobral atau norak. Jujur dengan elegan gitulah.



Lima: Hanyut terbawa perasaan.
-------------------------------------
Nelangsa. Merasa kasihan pada diri sendiri. Seakan dengan ke-jomblo-an itu, dia menjadi orang yang paling malang di dunia. Makan jadi nggak enak
(apalagi sayurnya sudah basi, kurang garam pula), tidur nggak nyenyak (AC mati nggak ada listrik, banyak nyamuk lagi).

Nyanyinya pun lagu Chrisye: "Di malam yang sesunyi ini aku sendiri, tiada
yang menemani...... srot, srot (nyedot ingus). Akhirnya kini kusadari dia
telah pergi tinggalkan diriku..... pufz, pufz (buang ingus pakai lengan
baju). Nanini nananininani ninaneniii (bagian ini nggak hafal). Reff:
Mengapa terjadi pada diriku, aku tak percaya kau telah tiada.... hiks, hiks
(terisak). Haruskah ku pergi tinggalkan dunia..... hoahh, hoahh (nangis
sejadi-jadinya)."

Selanjutnya no comment deh. Bukan apa-apa, saya takut ikut-ikut sedih,
ikut-ikut nangis, ikut-ikut sedot ingus. Malah repot. Lagian, orang yang
lagi terhanyut oleh aneka rupa perasaan susah dan sedih sebetulnya kan nggak butuh kata-kata; ia lebih butuh empati dan simpati.

Saya cuma mau bilang: "You'll never walk alone, Jomblo (ngutip lagu yang
biasa dinyanyiin fans kesebelasan Inggris). Kan banyak juga yang jomblo
hehehe:)."


Enam: Memaksakan kehendak.
-----------------------------------
Cara halus:
"Hi, cowok, godain kita dong!" (ekstrim: sambil melotot, satu tangan
berkacak pinggang satu tangan lagi menggenggam batu siap ditimpukin).

Atau, "Hi, cewek, kita godain ya!" (ekstrim: sambil memiting seorang nenek
yang kebetulan lewat, dan menodongkan pistol ke keningnya).

Cara kasar:

"Apa pun yang terjadi gua harus dapetin doi; biar gunung-gunung beranjak
dan bukit-bukit bergoyang. Pokoknya harus dan kudu!" (ekstrim: bayar
segerombolan preman untuk menculik doi, lalu dengan gaya kungfu Buce Li
datang menyelamatkannya).

Atau, "! Saya nggak bisa hidup tanpa doi. Sudahlah, saya mau mati saja! Mana tali, mana tali! Saya mau gantung diri!" (ekstrim: "Bunda, hidup ini kejam. Kembalikan saja aku ke dalam rahimmu!" - segede gitu, gimana masukinnya ya?!")

Atau, "Marilah kepadaku semua yang letih, lesu dan membutuhkan kehangatan, aku akan memberikan diriku seutuhnya!" (ekstrim: ..... disensor).

Dan kalau berdoa doanya begini: "Tuhan, kalau dia jodoh saya, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodoh saya, jodohkanlah. Tapi kalau dia nggak bisa jadi jodoh saya, biarkan dia ngejomblo seumur hidup. Amin."

Padahal segala sesuatu yang dipaksakan - apalagi soal jodoh - pasti akan
lebih banyak buruknya daripada baiknya. Usaha tentunya nggak salah, punya keinginan mangga silahkan. Tapi iringilah itu dengan penyerahan diri kepada Sang Khalik: "Bukan hendakku yang jadi, melainkan kehendak-Mu!"

Dengan berusaha dan berserah, hidup akan terasa lebih ringan. Tuhan tahu
apa yang terbaik buat diri kita. ! Percaya deh.



Tujuh: Sirik.
---------------
Orang Manado bilang mangiri. Alias iri dengki. Nggak senang ngelihat orang
lain senang. Senangnya ngejelek-jelekin dan ngecil-ngecilin kebaikan orang
lain.

"Alaaa, dia sih piala bergilir. Lihat aja, bentar lagi juga dia akan pindah
ke pelukan cowok laen. Gua sih amit-amit dapetin dia!"

"Eh elu tahu nggak, dia itu kan bekas pacarnya teman sodara teman gue. Nah, kata teman gue, temen gue dari sodaranya, sodaranya dari temennya yang mantan dia itu, dia pernah terlibat narkoba tuh. Pernah digerebek polisi segala. Ortunya sampai jual rumahnya untuk bebasin dia dari penjara."

Padahal ke-sirik-an hanya akan membuat kita makin buruk di mata orang lain. Dan pasti di mata Tuhan juga. Nggak ada faedahnya. Maka, bertobatlah!

Tuk Para jomblo ... Met merenung yaacchhh...



Assalamu'alaikum warahmah.....



Adopted From Ustadz Vicky.

Takut Rejeki

Setiap muslim umumnya mengetahui dan menyadari bahwa yang memberi rezeki kepada setiap makhluk adalah Allah. Yang kurang adalah keyakinan akan adanya jaminan rezeki dari Allah. Kepada sang teman, akupun tidak ingin menasehatinya macam-macam, aku hanya berbagi pengalaman hidup dengannya. Bahwa ujian yang dialaminya juga dialami orang lain, termasuk aku dan suamiku.

Dahulu, belasan tahun yang lalu. Setelah selesai kuliah, mulailah aku melamar kerja. Pada waktu itu, wanita yang berjilbab dan mengenakan busana muslimah belum menjamur seperti sekarang. SK tentang jilbabpun belum turun. Ada 2 buah lamaran yang aku buat. Salah satunya lamaran ke sebuah bank. Aku terpanggil untuk mengikuti test. Ternyata aku lolos test, kemudian diinterview. Dari interview aku diberitahukan bahwa ketika bekerja tidak diperkenankan memakai jilbab. Dengan syarat tersebut aku memilih mundur.

Pada waktu itu, banyak pihak yang menyesalkan keputusanku. Menurut mereka, aku tidak usah terlalu fanatik, bongkar pasangkan tidak masalah. Aku sendiri berfikir, jika kita bersungguh-sungguh menolong agama Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh menolong kita. Dan Allah bukanlah Tuhan yang suka mengecewakan hambaNya. Berangkat dengan keyakinan tersebut dan prasangka baik kepada Allah, aku mantap dengan keputusanku.

Ternyata, lamaranku yang kedua, ke sebuah perusahaan properti juga diterima. Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka ketika aku di wawancara, sebelum ditanya macam-macam, akupun memberanikan diri untuk bertanya.
?Sebelumnya saya minta maaf, saya ingin bertanya, jika saya diterima diperusahaan ini, apakah saya boleh tetap memakai jilbab selama bekerja?? tanyaku
?Boleh-boleh saja, tidak masalah.? Jawab Bp.H yang pada waktu itu mewawancarai aku.
Alhamdulillah, ternyata aku di terima bekerja di perusahaan itu.

Suamipun mengalami ujian masalah rezeki. 3 bulan sebelum pernikahan kami, kontrak kerja suami (calon suami pada waktu itu) tidak diperpanjang. Padahal issue yang beredar ia akan diangkat sebagai pegawai tetap. Baik aku maupun suami tidak ?heboh? menyikapi hal tersebut. Yang heboh justru orang lain. Bayangkanlah, hendak menikah, tetapi jadi pengangguran.

Suami tidak khawatir, karena ia yakin, sekiranya sudah jatuh kewajibannya untuk menafkahi keluarga, maka Allah akan memberinya kemampuan untuk melaksanakan kewajibannya. Aku sendiri, biasa saja mendengar berita tersebut. Karena yakin, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keyakinan suamiku. Alhamdulillah, sebulan setelah menikah, suami kembali bekerja dan dalam jangka 1 bulan langsung diangkat sebagai pegawai tetap. Ini adalah bukti atas keyakinan yang utuh atas jaminan Allah. Dan prasangka baiknya bahwa Allah akan memberi ganti pada saat yang tepat, benar-benar menjadi kenyataan.

...

Rasa gelisah akan rezeki hari esok, bukan tentang sulitnya mencari pekerjaan. Bukan tentang kita hanya lulusan SMA, atau kita tidak memiliki pengalaman kerja. Inti persoalannya terletak pada masalah keyakinan dan prasangka baik kita kepada Allah.

Tidak optimis perihal rezeki sesungguhnya karena kita tidak memiliki keyakinan. Sikap inilah yang kemudian membuat kita khawatir, kekhawatiran yang pada akhirnya membuat kita tidak lagi aware terhadap halal atau haramnya penghasilan kita. Padahal, empat bulan dalam kandungan, setiap insan telah Allah tetapkan bagian rezekinya masing-masing. Padahal, Allah menjamin bahwa tidak satupun bintang yang melata, kecuali telah Allah tetapkan rezekinya. Artinya, bagian rezeki untuk kita pasti ada dan pasti sampai.



Selain yakin, bahwa Allah menjamin rezeki bagi setiap makhlukNya, hal lain yang juga sangat penting adalah Husnuzhan atau prasangka baik kepada Allah. Karena Allah senantiasa menurut prasangka hamba-hambaNya. Jika kita berprasangka, bahwa Allah akan memberi kita rezeki dan mencukupi kebutuhan kita, Insya Allah rezeki akan sampai kepada kita dan Allah akan penuhi kebutuhan kita. Yang perlu menjadi catatan adalah, rasa yakin di sini tentu saja rasa yakin yang disertai tindakan aktif. Maksudnya adalah, ibadah hati dengan rasa yakin , dan anggota badan melakukan ikhtiar maksimal.

Karenanya, ketika seorang hamba memilih untuk mengambil yang haram, setidaknya ada dua hal yang mendasari. Yang pertama adalah karena su?uzhzhan atau buruk sangka kepada Allah. Ia menganggap Allah tidak akan menganugerahinya rezeki yang baik dan halal. Yang kedua adalah ketidakmampuan untuk bersabar atas ujian Allah.

Prasangka baik dan juga keyakinan, tidak dapat tumbuh, jika hubungan kita dengan Allah tidak baik. Jadi kunci untuk dapat yakin dan senantiasa berprasangka baik terletak pada hubungan yang baik dengan Allah. Makin baik hubungan kita dengan Allah, makin yakinlah kita terhadapNya. Wallahua?lam.

=====================================

Buat temen2 yang lulus IPK kurang dari 3,00,atau lebih dari 3,00,atau kalkulus masih D belum A,
kita harus sama2 optimis, karena Allah telah mengatur rejeki untuk kita,tetap optimis dan huznuzhan kepada Allah. ;)

Selamat dan sukses buat yang sudah lulus dan segera lulus. :)

sumber: Code:

http://www.facebook.com/?ref=home#!/notes/yusuf-mansur-network/takut-rejeki/444131205209

Yakin Akan Jaminan Allah

Oleh Endang TS Amir
Seorang teman mengeluhkan kebingungannya antara terus atau berhenti bekerja. Pasalnya, ia bekerja di sebuah restaurant yang menjual makanan olahan daging babi dan juga minuman keras. Setelah aktif mengikuti kajian-kajian keagamaan dan rutin mengikuti ta’lim bulanan, ia mulai sadar akan pentingnya mendapatkan rezeki yang halal dan thoyib. Tetapi ia bingung, karena ia menjadi tulang punggung keluarga.
Sang teman merasa tidak nyaman dengan hasil yang ia dapat dari pekerjaan yang digelutinya. Tapi berhenti bekerja dalam kondisi saat ini merupakan pilihan yang sulit menurutnya, mengingat mencari kerja sungguh bukan perkara mudah, apalagi ia hanya lulusan SMA.
“Gimana dong Um, kalau aku berhenti bekerja, siapa yang mau kasih makan ibuku?” tanyanya.
“Allah.” Jawabku
“Ya udah pasti Allah, siapa-siapa juga yang ngasih makan Allah.”jawabnya sedikit sewot.
...
Setiap muslim umumnya mengetahui dan menyadari bahwa yang memberi rezeki kepada setiap makhluk adalah Allah. Yang kurang adalah keyakinan akan adanya jaminan rezeki dari Allah. Kepada sang teman, akupun tidak ingin menasehatinya macam-macam, aku hanya berbagi pengalaman hidup dengannya. Bahwa ujian yang dialaminya juga dialami orang lain, termasuk aku dan suamiku.
Dahulu, belasan tahun yang lalu. Setelah selesai kuliah, mulailah aku melamar kerja. Pada waktu itu, wanita yang berjilbab dan mengenakan busana muslimah belum menjamur seperti sekarang. SK tentang jilbabpun belum turun. Ada 2 buah lamaran yang aku buat. Salah satunya lamaran ke sebuah bank. Aku terpanggil untuk mengikuti test. Ternyata aku lolos test, kemudian diinterview. Dari interview aku diberitahukan bahwa ketika bekerja tidak diperkenankan memakai jilbab. Dengan syarat tersebut aku memilih mundur.
Pada waktu itu, banyak pihak yang menyesalkan keputusanku. Menurut mereka, aku tidak usah terlalu fanatik, bongkar pasangkan tidak masalah. Aku sendiri berfikir, jika kita bersungguh-sungguh menolong agama Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh menolong kita. Dan Allah bukanlah Tuhan yang suka mengecewakan hambaNya. Berangkat dengan keyakinan tersebut dan prasangka baik kepada Allah, aku mantap dengan keputusanku.
Ternyata, lamaranku yang kedua, ke sebuah perusahaan properti juga diterima. Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka ketika aku di wawancara, sebelum ditanya macam-macam, akupun memberanikan diri untuk bertanya.
“Sebelumnya saya minta maaf, saya ingin bertanya, jika saya diterima diperusahaan ini, apakah saya boleh tetap memakai jilbab selama bekerja?” tanyaku
“Boleh-boleh saja, tidak masalah.” Jawab Bp.H yang pada waktu itu mewawancarai aku.
Alhamdulillah, ternyata aku di terima bekerja di perusahaan itu.
Suamipun mengalami ujian masalah rezeki. 3 bulan sebelum pernikahan kami, kontrak kerja suami (calon suami pada waktu itu) tidak diperpanjang. Padahal issue yang beredar ia akan diangkat sebagai pegawai tetap. Baik aku maupun suami tidak “heboh” menyikapi hal tersebut. Yang heboh justru orang lain. Bayangkanlah, hendak menikah, tetapi jadi pengangguran.
Suami tidak khawatir, karena ia yakin, sekiranya sudah jatuh kewajibannya untuk menafkahi keluarga, maka Allah akan memberinya kemampuan untuk melaksanakan kewajibannya. Aku sendiri, biasa saja mendengar berita tersebut. Karena yakin, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keyakinan suamiku. Alhamdulillah, sebulan setelah menikah, suami kembali bekerja dan dalam jangka 1 bulan langsung diangkat sebagai pegawai tetap. Ini adalah bukti atas keyakinan yang utuh atas jaminan Allah. Dan prasangka baiknya bahwa Allah akan memberi ganti pada saat yang tepat, benar-benar menjadi kenyataan.
...
Rasa gelisah akan rezeki hari esok, bukan tentang sulitnya mencari pekerjaan. Bukan tentang kita hanya lulusan SMA, atau kita tidak memiliki pengalaman kerja. Inti persoalannya terletak pada masalah keyakinan dan prasangka baik kita kepada Allah.
Tidak optimis perihal rezeki sesungguhnya karena kita tidak memiliki keyakinan. Sikap inilah yang kemudian membuat kita khawatir, kekhawatiran yang pada akhirnya membuat kita tidak lagi aware terhadap halal atau haramnya penghasilan kita. Padahal, empat bulan dalam kandungan, setiap insan telah Allah tetapkan bagian rezekinya masing-masing. Padahal, Allah menjamin bahwa tidak satupun bintang yang melata, kecuali telah Allah tetapkan rezekinya. Artinya, bagian rezeki untuk kita pasti ada dan pasti sampai.
Selain yakin, bahwa Allah menjamin rezeki bagi setiap makhlukNya, hal lain yang juga sangat penting adalah Husnuzhan atau prasangka baik kepada Allah. Karena Allah senantiasa menurut prasangka hamba-hambaNya. Jika kita berprasangka, bahwa Allah akan memberi kita rezeki dan mencukupi kebutuhan kita, Insya Allah rezeki akan sampai kepada kita dan Allah akan penuhi kebutuhan kita. Yang perlu menjadi catatan adalah, rasa yakin di sini tentu saja rasa yakin yang disertai tindakan aktif. Maksudnya adalah, ibadah hati dengan rasa yakin , dan anggota badan melakukan ikhtiar maksimal.
Karenanya, ketika seorang hamba memilih untuk mengambil yang haram, setidaknya ada dua hal yang mendasari. Yang pertama adalah karena su’uzhzhan atau buruk sangka kepada Allah. Ia menganggap Allah tidak akan menganugerahinya rezeki yang baik dan halal. Yang kedua adalah ketidakmampuan untuk bersabar atas ujian Allah.
Prasangka baik dan juga keyakinan, tidak dapat tumbuh, jika hubungan kita dengan Allah tidak baik. Jadi kunci untuk dapat yakin dan senantiasa berprasangka baik terletak pada hubungan yang baik dengan Allah. Makin baik hubungan kita dengan Allah, makin yakinlah kita terhadapNya. Wallahua’lam.
ummuali.wordpress.com
 

Keyakinan akan Jaminan Rezeki dari Allah


Sering kita mendengar nasehat bahwa tugas manusia bukan mencari rezeki, melainkan menjemput rezeki. Istilah “mencari” adalah untuk sesuatu yang sifatnya antara ada dan tiada, sedangkan “menjemput” digunakan untuk sesuatu yang pasti ada. Nasehat tersebut benar adanya, karena rezeki untuk setiap makhluk pasti ada, karena sudah dijamin oleh Allah. Seperti yang Allah firmankan dalam Al Qur’an:

“Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya, Dia (Allah) mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. QS. Hud (11) : 6

Orang tua bukanlah pemberi rezeki, orang tua hanya sebagai jalan rezeki bagi seorang anak. Begitu juga suami bagi seorang istri dan pembeli bagi seorang pedagang. Yang memberi dan menetapkan rezeki adalah Allah. Oleh karenanya, janganlah seorang pedagang bersikap baik kepada calon pembeli dengan niatan agar dagangannya dibeli. Janganlah seseorang kuliah tinggi-tinggi dengan niatan dapat pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi. Janganlah seseorang bercita-cita menjadi dokter agar mempunyai uang yang banyak. Niatkanlah kebaikan-kebaikan itu semua agar kita mendapatkan kehidupan dunia yang berkah, yang memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain dan dapat mendekatkan diri kita kepada Allah.

Sejak kita berusia 120 hari di dalam rahim ibu, Allah telah menuliskan rezeki kita. Lantas, mengapa seringkali kita merasa sulit memperoleh rezeki seperti yang kita harapkan? Yang pertama, bisa jadi karena kita tidak tahu tempatnya sehingga kita menjemput di tempat yang salah. Atau yang kedua, bisa jadi rezeki itu sudah di depan mata tetapi kita tidak melihatnya dikeranakan terhalang oleh sesuatu, yaitu kotoran dosa-dosa kita. Oleh karena itu, jangan berhenti “bertanya” kepada Allah dan terus-menerus bertaubat, meminta ampunan atas semua dosa-dosa kita. Semoga Allah menunjukkan kepada kita di mana tempat penyimpanan rezeki kita dan menuntun kita untuk menjemput rezeki tersebut sesuai dengan cara-cara yang dikehendakiNya.

Dan tetaplah ingat bahwa rezeki yang sedikit namun mencukupi lebih baik daripada banyak namun melalaikan. Wallahu’alam

mq pagy

Optimis akan Jaminan Rezeki dari Allah

Ahmad adalah seorang bapak sederhana yang memiliki kehidupan pas-pasan. Profesi dan keahliannya adalah sebagai tukang/mandor dalam pekerjaan pembangunan/perbaikan rumah. Sudah beberapa bulan ini, Ahmad belum memiliki pekerjaan/proyek yang bisa dihandalkan. Kondisi ekonomi dunia yang memburuk, berimbas pada penurunan daya beli masyarakat termasuk daya beli untuk membeli, membangun, atau memperbaiki rumah tinggal. Karena kondisi itulah, praktis beliau kini banyak menghabiskan hari-harinya di rumah. Hanya sekali-kali Ahmad mendapatkan proyek perbaikan rumah tinggal, itu pun tidak bernilai signifikan.

Meski tidak sedang menangani pekerjaan, bukan berarti beliau tidak memiliki kesibukan. Selaku hamba yang memiliki kesadaran sosial, ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan dakwah di lingkungannya. Dalam setiap kegiatan --baik itu berkaitan dengan peringatan hari besar Islam seperti pembagian zakat atau peyembelihan hewan kurban, atau kegiatan sosial lainnya seperti santunan yatim piatu/dhuafa, bakti sosial, pengobatan gratis, penjualan sembako murah dan pakaian layak pakai--beliau sering kali berpartisipasi aktif menyukseskan kegiatan tersebut. Jiwa kerelawanan (volunteer) seakan telah melekat pada diri beliau.

Isterinya, Ibu Kutik, adalah ibu rumah tangga biasa yang hanya tamatan SD. Namun demikian, sebagaimana suaminya, beliau pun banyak berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan dakwah di lingkungannya. Bahkan beliau sering dilibatkan dalam koordinasi kegiatan bersama dengan pengurus inti organisasi selevel ranting atau cabang. Keterbatasan pendidikan tidak menjadikannya minder untuk bergabung dengan rekan sejawat yang sarjana. Jiwa kerelawanan itulah yang menjadi motor penggerak mobilitas diri beliau. Dan sesungguhnya, jiwa inilah yang dibutuhkan oleh organisasi yang menggulirkan program sosial dan dakwah di lingkungannya tersebut agar setiap program yang digulirkan bisa diapplikasikan dengan sukses.

Beberapa hari yang lalu, Ibu Kutik melahirkan anaknya yang ke-4. Cukup surprise karena baru kali itulah beliau melahirkan seorang bayi laki-laki. Tentu anugerah ini menjadikan mereka merasa sangat berbahagia. Rasa syukur begitu melimpah atas persalinan Ibu Kutik yang teramat mudah di ruang bersalin Puskesmas Pondok Gede dekat rumah tinggalnya.

Selang beberapa hari kemudian, beliau menelpon kami meminta sebuah nama untuk bayinya. Sebenarnya kami bukanlah orang yang pandai dalam merangkai sebuah nama. Namun agaknya mereka cukup menghormati kami sehingga untuk pemberian sebuah nama pun mereka meminta dari kami. Kami pun berusaha menggembirakan dengan pemberian nama yang menurut kami cukup indah dan bermakna. Untuk anak mereka sebelumnya (anak ke-3), kami memberi nama “Muti’ah” dengan harapan agar ia menjadi muslimah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk bayi laki-laki kali ini kami memberikan nama yang cukup sederhana yaitu "Mahmud Abdurrazaq". Mahmud yang berarti terpuji, adalah nama pemberian isteri saya. Sedangkan Abdurrazaq yang berarti hamba dari (Allah) Sang Maha Pemberi Rezeki, adalah nama pemberian dari saya. Harapan yang terkandung dari nama itu adalah agar ia menjadi hamba Allah yang terpuji (baik di langit dan di bumi) dan menjadi hamba/abdi dari Tuhan yang Maha Pemberi Rezeki, bukan hamba/abdi dari Tuhan selain-Nya.

Ada latar belakang yang mendasari kenapa saya memberi nama “Abdurrazaq” kepada si bayi laki-laki itu. Ingatan saya terbayang pada respon pertama dari Ibu Kutik saat mengetahui bahwa dirinya ternyata hamil. Beliau merasa tidak bergairah dan seakan-akan kehamilannya itu adalah kehamilan yang tidak beliau harapkan. Beliau khawatir tidak mampu memelihara si bayi dengan kondisi ekonomi beliau dan suami yang pas-pasan. Namun Alhamdulillah, ibu-ibu sejawatnya termasuk isteri saya, memberikan appresiasi positif dan menguatkan optimisme akan jaminan rezeki dari-Nya.

Dengan memberi nama “Abdurrazaq”, saya ingin menanamkan sebuah kesadaran bahwa bayi yang dilahirkan beliau tersebut adalah pemberian dari Sang Maha Pemberi Rezeki. Seharusnyalah beliau tiada pernah takut akan pemeliharaan dari-Nya. Allah yang berkehendak, tentulah Dia yang menjamin rezekinya. Dalam kondisi buruk sekalipun seperti krisis ekonomi global yang melanda dunia kini, sifat Allah yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki itu tidak akan berubah dan berkurang sedikitpun. Oleh karenanya, kelahiran bayi tersebut sepatutnya tidak dianggap sebagai beban. Sebaliknya, optimisme harus selalu dibangkitkan karena bersama beban yang timbul, maka Allah SWT telah menyiapkan rezeki sebagai sarana untuk memenuhi beban atau tanggung jawab tersebut.

---
Membangkitkan optimisme akan jaminan rezeki Allah SWT rasanya perlu juga saya sampaikan terhadap seorang sahabat yang juga diliputi kegamangan dan pesimisme akan jaminan rezeki. Baru-baru ini dia membulatkan tekad mengambil kredit mobil keluarga yang selama ini diidam-idamkan. Bukan untuk kemewahan, tetapi untuk memperlancar usahanya.

Ia diliputi keraguan karena beragam pendapat negatif yang muncul dipermukaan. Ada yang berpendapat bahwa sangatlah rugi jika harus membeli mobil dengan cara kredit, karena selain terkena suku bunga yang cukup tinggi, juga akan kehilangan opportunity return dari uang angsuran yang semestinya bisa diputar untuk modal usaha atau investasi.

Ada juga yang berpandangan, sangatlah tidak tepat mengambil kredit mobil di tengah kondisi krisis dan suku bunga yang masih tinggi. Besar angsuran yang harus ditanggung setiap bulan sebagai konsekuensi pengambilan kredit mobil itu, bukanlah jumlah yang kecil. Terlebih tenor waktunya 48 bulan atau 4 tahun. Dibutuhkan daya tahan yang cukup untuk bisa membayar uang cicilan itu hingga lunas.

Belum jika dikalkulasi, ternyata jumlah angsuran setiap bulannya itu lebih dari 30% total pendapatan, tidak memenuhi syarat sebagaimana direkomendasikan oleh konsultan perencana keuangan keluarga.

Pendapat yang menyejukkan akhirnya ia dapatkan dari seorang sahabat dan seorang anggota keluarganya. Seorang sahabat mengatakan bahwa jika memang pada akhirnya kredit mobil itu jadi diambil, maka itu adalah rezeki. Janganlah dipandang sebagai beban. Pertimbangan panjang yang berakhir pada keputusan membeli mobil (secara kredit) itu mengandung isyarat bahwa bersama dengan pengambilan kredit mobil, Insya Allah akan terbuka aliran rezeki guna menutupi beban cicilan tersebut. Allah tidak akan memberikan beban di luar kesanggupan seorang hamba.

Sedangkan seorang anggota keluarganya malah memuji keberaniannya mengambil kredit mobil itu. Ia menandaskan, yang penting niatnya bukanlah untuk gagah-gagahan. Peruntukkannya jelas seperti untuk mengembangkan usaha atau memudahkan mobilitas kegiatan. Untuk kalangan pebisnis, mengambil kredit mobil adalah hal yang lazim, karena mobil adalah sarana penunjang bisnis yang cukup bisa dihandalkan dan bisa menjadi barang investasi yang menguntungkan. Bagi yang tidak memiliki cukup uang tunai, membeli mobil secara kredit adalah pilihan yang rasional dan wajar.

Saya pun setuju dan menguatkan dengan saran-saran yang membangun optimisme tersebut. Memiliki anak baru atau mobil kredit baru, bagi sebagian orang memang dianggap sebagai beban. Namun bagi sebagian yang lain, merupakan rezeki yang harus disyukuri. Keyakinan apakah kondisi tersebut merupakan beban ataukah rezeki, sangat berkait dengan proses kemunculannya dan kondisi keimanan saat kemunculan tersebut.

Ibu Kutik sama sekali tidak menduga bahwa dirinya bakal hamil. Beliau sadar bahwa anak ketiganya masih relatif kecil dan “belum siap” memiliki adik. Sumber penghasilan suaminya pun sangat pas-pasan. Beliau telah berusaha “menjaga diri” agar tidak timbul kahamilan. Namun ternyata beliau hamil juga. Jika memang demikian adanya, tentu Allah SWT telah berkenan menyiapkan rezeki untuk sang bayi tersebut. Terbukti kemudian, sang bayi pun tersebut lahir dengan selamat dan Ahmad mampu membeli dua kambing untuk aqiqahan dari upah mengerjakan proyek sebulan terakhir ini.

Sahabat saya pun tidak menduga bakal ditawari paket kredit mobil keluarga oleh marketing executive sebuah dealer mobil. Sempat timbul niatan untuk membatalkan pemesanan setelah ia memberikan tanda jadi satu juta rupiah kepada dealer tersebut. Namun entah kenapa pada detik-detik terakhir, sahabat tersebut mengiyakan anjuran-anjuran yang dikemukakan oleh marketing executive yang terlihat jujur itu. Dia tidak ingat apa-apa selain ingat akan keluasan Allah atas rezeki yang dimiliki-Nya dan harapan agar Allah memudahkan pembayaran angsurannya ke depan sebagaimana Allah memudahkannya mendapatkan mobil itu ready stock tanpa harus meng-indent terlebih dahulu. Padahal biasanya untuk pemesanan mobil tersebut harus indent minimal tiga bulan sebelumnya. Dia berhusnudzon, boleh jadi inilah cara Allah menganugerahinya kemudahan memiliki mobil yang sudah lama diidamkan.

Ya. Dalam setiap kondisi, kita memang harus ingat bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki yang Maha Adil. Tidak sepantasnyalah kita berputus-asa, kecuali bagi orang-orang yang suka melakukan dosa. Bagi orang-orang senantiasa memohon ampun dan bertaubat, Allah SWT senantiasa memberikan karunia rezeki-Nya sebagaimana firman-Nya;

maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (QS 71: 10-13).

Dua kejadian tersebut di atas cukup memberi hikmah bahwa kita tidak perlu ragu dengan jaminan rezeki dari Allah sang Pemberi Rezeki. Bukan berarti saya menganjurkan untuk bersantai-santai dan yakin saja dengan jaminan Allah itu. Sepanjang kita telah berusaha secara optimal dan selalu mengerahkan daya untuk mencapai kondisi yang lebih baik dalam koridor ketaatan kepada-Nya, maka janganlah sekali-kali menganggap bahwa apa yang kita hadapi adalah sebagai beban. Persepsi demikian akan membangun pesimisme yang justru kontraproduktif terhadap kemudahan datangnya rezeki. Anggaplah ia sebagai rezeki. Pada satu sisi, Insya Allah ini akan berdampak pada semangat penjemputan rezeki, dan pada sisi lainnya, Allah akan memudahkan jalan untuk menggapai rezeki yang dijanjikan-Nya itu.


Wallahu’alam bishshawaab
rizqon_ak@eramuslim.com
muhammadrizqon'site

http://www.eramuslim.com/oase-iman/optimis-akan-jaminan-rezeki-dari-allah.htm

Rabu, 18 Mei 2011

Aku Mencintaimu Karena Agamamu

BismiLLAHirrahmannirrakhim

Assalamu'alaikum warahmatuLLAHi wabarakatuh.

Umumnya setiap orang yang dewasa pasti ingin menikah untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah war rahmah atau keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat. Apalagi nikah adalah satu perintah agama:

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [An Nuur:32]

Barangsiapa kawin (beristeri) maka dia telah melindungi (menguasai) separo agamanya, karena itu hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separonya lagi. (HR. Al Hakim dan Ath-Thahawi)

Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada istri-istri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau. Lalu di antara mereka ada yang mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak akan memakan daging. Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan alas. Mendengar itu, Nabi saw. memuji Allah dan bersabda: Apa yang diinginkan orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita! Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku. (Shahih Muslim No.2487)

Hadis riwayat Sa`ad bin Abu Waqqash ra., ia berkata: Rasulullah saw. melarang Usman bin Mazh`un hidup mengurung diri untuk beribadah dan menjauhi wanita (istri) dan seandainya beliau mengizinkan, niscaya kami akan mengebiri diri. (Shahih Muslim No.2488)

Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (Muttafaq Alaihi).


Nah bagaimana caranya agar kita bisa memiliki keluarga yang bahagia? Itu semua tak lepas dari usaha, doa, dan tawakkal kita kepada Allah SWT. Allah dan RasulNya sudah memberi petunjuk di Al Qur’an dan Hadits.

Melihat dan berkenalan.



Sebelum memutuskan untuk menikah, kita harus melihat dulu calon pasangan kita. Ini agar tidak seperti membeli kucing dalam karung:

Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita:
"Apakah engkau telah melihatnya?" Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: "Pergi dan lihatlah dia."


Jangan Berpacaran.



Meski kita harus ta’aruf atau mengenal, tapi pacaran dalam Islam adalah hal yang terlarang.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]


Ada orang yang berpacaran sampai bertahun-tahun lebih. Bahkan ada pula yang sampai kumpul kebo dengan alasan agar bisa mengenal calon pasangannya. Itu adalah haram. Toh begitu menikah, banyak juga yang cerai. Sebab bagaimana pun juga orang pacaran itu selalu menutupi kekurangannya dan hanya menampilkan yang baik-baik saja. Banyak ulama mengatakan, kalau pacaran itu tidak pernah kita mendengar suara kentut dari pasangan kita.. Tapi begitu menikah, sering sekali kedengaran. Jadi pacaran itu bukanlah hal yang yang tepat untuk mengenal pasangan.

Untuk mengenal pasangan anda, carilah informasi dari orang dekatnya entah itu saudara, teman, atau tetangganya. Minta juga penilaian dari orang tua dan keluarga anda. Sebab orang yang jatuh cinta itu banyak yang “buta.” Tidak dapat melihat kekurangan orang yang dia cinta.

Sulit Mencari Jodoh?



Ada juga orang yang sulit mencari jodoh. Kemungkinan orang ini terlalu pilih-pilih atau selektif. Yang penting itu sebenarnya akhlak dan agamanya. Tampang itu yang biasa-biasa saja, begitu pula yang lainnya. Selain itu seringlah bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian. Makin luas silaturrahim anda, makin mudah pula anda mencari jodoh. Jangan lupa untuk senantiasa senyum sehingga orang tidak kabur ketika melihat anda...

Jangan Melamar Wanita yang Sedang Dilamar Orang Lain



Ada pepatah Perancis: “Cherchez la Femme” Artinya, (jika ada keributan) carilah wanitanya. Ini karena sering terjadi perkelahian untuk memperebutkan wanita. Tak jarang berakhir dengan maut. Oleh karena itu, Islam melarang seseorang untuk melamar wanita lain yang sedang dilamar pria lain.

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau mengizinkannya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.


Memilih Pasangan Hidup



Pertama-tama kita harus mencari pasangan hidup yang baik menurut agama. Mungkin banyak orang mengeluh karena dia sulit mendapat jodoh. Tidak ada pria/wanita yang mendekati dirinya. Nah orang itu harus introspeksi diri.

Pertama apakah penampilannya kucel dan semrawut? Jika ya, jangan heran jika banyak orang tidak menengok dirinya. Kita harus berpenampilan bersih, rapi, dengan wajah yang ceria. Jika wajah murung atau cemberut tentu orang juga enggan mendekat. Itulah sebabnya Nabi berkata “Senyum itu sedekah”

Kemudian lihat pergaulan atau jaringan teman dan keluarga anda. Apakah anda sehari-hari hanya berkurung diri di kamar saja? Tentu saja anda tidak harus melakukan dugem di diskotik yang akhirnya paling hanya dapat pecandu narkoba/alkohol sebagai suami/istri. Tapi anda bisa mengikuti pengajian di lingkungan rumah anda. Bagaimana pun juga keluarga dan teman bisa jadi mak comblang/perantara yang ampuh untuk mencari jodoh.

Jangan pasang kriteria terlalu tinggi, misalnya harus ganteng/cantik, harus cerdas lulus S3, kaya, dan beriman. Sulit mencari orang yang sempurna. Jika pun anda bisa menemukan orang yang seperti itu, belum tentu dia mau dengan anda.. Pilihlah wanita yang beriman dan saleh untuk jadi pasangan anda:

Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)

Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu. (HR. Muslim)


Wanita yang baik akan senantiasa menjaga auratnya. Dia tidak akan menerima tamu pria yang bukan muhrimnya jika anda pergi bekerja. Sebaliknya, jangan pilih wanita yang mengumbar auratnya/sexy untuk menggoda para pria. Banyak terjadi wanita seperti ini ketika suaminya pergi, maka dia selingkuh dengan pria lain. Bahkan tidak jarang akhirnya membunuh suaminya agar bisa tetap bersama pacarnya. Semoga hal ini tidak menimpa kita semua.

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin” [An Nuur:3]


Pilih wanita yang beriman. Bukan yang musyrik/beda agama:

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” [Al Baqarah:221]


Sebelum anda jatuh cinta dengan seseorang, teliti dulu agamanya. Islam apa bukan? Jika Islam, perhatikan lagi, sholat apa tidak? Jika tidak sholat, sebaiknya tinggalkan karena sholat adalah pembeda antara orang yang beriman dengan orang kafir.

Seganteng atau secantik apa pun orang yang membuat anda jatuh hati, jika dia kafir niscaya akan dibakar dengan api neraka sehingga wujudnya akan jadi mengerikan. Jika anda pernah menyaksikan mayat yang hangus hitam terbakar, ingatlah itu. Seganteng apa pun orang itu misalnya seganteng Primus atau Keanu Reves, tapi jika dia kafir maka wajahnya akan mengerikan bukan hanya di neraka. Tapi juga di kubur. Ingatlah hal ini agar anda tidak tertarik dengan orang kafir yang ganteng atau cantik. Meski mungkin sudah banyak yang tahu, ada baiknya kita baca ayat di bawah tentang siapa yang tidak boleh kita nikahi:

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nisaa’:23]


Amati Bagaimana Amarahnya



Setiap orang pasti pernah marah. Cuma ada yang melampiaskan kemarahannya dengan perbuatan yang menyakitkan, ada juga yang sekedar mengeluarkan kata-kata kotor, ada pula yang sekedar diam saja.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terjadi akibat pasangan tidak mampu mengontrol amarahnya. Kadang bukan sekedar melukai, tapi juga bisa membunuh pasangan atau anaknya. Oleh karena itu anda harus bisa mengetahui bagaimana sifat calon pasangan anda jika marah agar tidak menyesal nantinya. Jangan sampai, terutama kaum wanita, jadi sansak hidup yang selalu dipukul oleh suaminya.

Ada wanita yang baru tahu suaminya kasar setelah menikah. Sering memukul hingga membuat dia berdarah. Sebelum menikah, katanya calon suaminya sangat baik. Oleh karena itu tak ada salahnya jika anda sekali dua kali mencoba membuat pasangan anda marah agar hal semacam itu bisa dideteksi secara dini. Jika anda terlanjur menikahi orang seperti ini, sebaiknya segera mencari perlindungan dan bercerai. Memang setelah marah mereka sangat baik dan sangat cepat menjadi baik lagi karena seluruh kemarahannya mereka keluarkan kepada anda. Tapi pasti mereka akan mengulanginya lagi.

Sebaik-baik orang adalah yang diam jika dia marah. Jika pun berkata, dia sekedar mengungkapkan hal yang dia tidak suka tanpa menyebut anda dengan sebutan yang buruk.


Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)


Selama menikah, Nabi belum pernah memukul istri atau pun anak-anaknya. Pada saat anda sudah menikah, sebaiknya hanya ada 1 pihak saja yang marah. Yang lain sebaiknya mengalah. Ketika marah, jangan sekali-kali mengucapkan kata “Cerai.” Sebab itu bukanlah kata yang bisa diucapkan secara main-main atau untuk mengancam.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tiga hal yang bila dikatakan dengan sungguh akan jadi dan bila dikatakan dengan main-main akan jadi, yaitu: nikah, talak dan rujuk (kembali ke istri lagi)." Riwayat Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim.


Jangan pula anda mengeluarkan kata-kata dari “Kebun Binatang” atau pun sebutan menyakitkan lainnya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (sesama Muslim) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat:11]


Jangan Mencintai Pasangan Anda Secara Berlebihan



Menurut pepatah Inggris: “Love me little, love me long”. Cintai aku sedikit, tapi abadi. Biasanya pasangan yang cintanya berlebihan, sehingga di depan umum pun tampil sangat mesra, dalam beberapa tahun saja pasti bercerai. Ini karena rasa cintanya terlalu diumbar sehingga dalam waktu singkat sudah “habis.” Dalam Islam, kita tidak boleh berlebihan. Kita harus mengutamakan cinta kita kepada Allah dan Rasulnya. Jika pun kita mencintai sesama atau pasangan kita, itu karena Allah.

Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)


Jika kita mencintai pasangan kita lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika pasangan kita meninggalkan kita baik karena cerai atau pun karena mati. Sebaliknya jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama dengan hambanya yang Saleh.

Menikahlah Karena Cinta



Seharusnya kita menikah karena cinta. Bukan karena paksaan. Oleh karena itu, sebetulnya kisah kawin paksa antara Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih itu bertentangan dalam Islam.

Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan oleh keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak? Beliau menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan! Lalu Aisyah berkata: Aku katakan kepada beliau, perempuan itu merasa malu. Rasulullah saw. bersabda: Itulah tanda setujunya bila ia diam. (Shahih Muslim No.2544)


Syiarkanlah Pernikahan



Dalam Islam, pernikahan itu meski itu adalah pernikahan kedua, ketiga, atau keempat (poligami) harus disiarkan ke masyarakat luas agar nanti tidak terjadi fitnah.

Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebarkanlah berita pernikahan." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Hakim.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Bahwa Nabi saw. melihat warna bekas wangian pengantin di tubuh Abdurrahman bin Auf, lalu beliau bertanya: Apakah ini? Abdurrahman menjawab: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar seharga lima dirham emas. Rasulullah saw. lalu bersabda: Semoga Allah memberkahimu dan
rayakanlah walaupun dengan seekor kambing. (Shahih Muslim No.2556)

Dari Anas Ibnu Malik ra bahwa Nabi SAW pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: "Apa ini?". Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah (resepsi) walaupun hanya dengan seekor kambing." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.


Sering orang melakukan pernikahan secara diam-diam atau nikah siri sehingga orang banyak tidak tahu apakah mereka berdua menikah atau tidak. Itu jelas tidak sesuai dengan sunnah Nabi. Jika yang dilakukan pernikahan siri adalah istri kedua sementara istri pertama dirayakan, maka itu adalah ketidak-adilan yang tidak bisa ditolerir.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda: "Barang siapa memiliki dua orang istri dan ia condong kepada salah satunya (tidak adil), ia akan datang pada hari kiamat dengan tubuh miring." Riwayat Ahmad dan Imam Empat, dan sanadnya shahih.


Jangan Bercerai



Perceraian adalah hal yang halal tapi dibenci Allah:

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Perbuatan halal yang paling dibenci Allah ialah cerai." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)


Kenapa begitu? Karena perceraian bukan hanya menyakitkan pihak yang bercerai, tapi juga anak-anaknya. Agar tidak bercerai, maka suami harus bertanggung-jawab memberi nafkah lahir dan batin pada istrinya dan keluarganya serta memperlakukan mereka dengan baik. Istri juga harus paham bahwa suami adalah pemimpin keluarga dan menghormatinya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)..” [An Nisaa’:34]


Sediakanlah makan dan minuman bagi suami dan keluarganya. Karena wanita bertanggung-jawab mengatur hal itu. Masing-masing punya tugas dan tanggung–jawab.

Jika marah, sebaiknya diam. Jangan melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Apalagi sampai main tangan. Jika ada satu yang marah, yang lain hendaknya mengalah. Sebab kalau keduanya sama-sama marah bisa berakibat “fatal.” Istri juga harus menghargai orang tua suami, begitu pula sebaliknya karena kedua orang tua tersebut seolah-olah sudah jadi orang tua mereka semua. Sering perceraian terjadi karena faktor ekonomi, misalnya suami penghasilannya kurang atau bahkan diPHK. Istri hendaknya tidak diam atau justru merongrong suaminya. Sebaliknya coba bantu suaminya mencari nafkah. Meski wanita tidak wajib mencari nafkah, toh Khadijah yang merupakan wanita yang paling utama, membantu Nabi dengan harta kekayaannya. Saya lihat juga para istri yang langgeng menikah dengan suaminya, aktif membantu suaminya mencari uang dengan membuka katering atau berdagang di rumah sehingga mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga kuliah.

WaLLAHu a'lam bishawab.

http://sembilanpustaka.blogspot.com/

Minggu, 01 Mei 2011

HAK-HAK SUAMI ATAS ISTRI

Wahai isteri yang shalihah, ini adalah hak-hak suami atasmu. Bersungguh-sungguhlah dalam menunaikan hak-hak tersebut dan lupakanlah jika suamimu kurang dapat memenuhi hak-hakmu karena sesungguhnya yang demikian itu akan dapat melanggengkan cinta dan kasih sayang di antara kalian, dapat memelihara keharmonisan rumah tangga sehingga dengannya masyarakat akan menjadi baik pula.

[1]. Wanita yang cerdas dan pandai akan mengagungkan apa yang telah diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menghormati suaminya dengan sebenar-benarnya, ia bersungguh-sungguh untuk selalu taat kepada suami karena ketaatan kepada suami termasuk salah satu di antara syarat masuk Surga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,

“Apabila seorang wanita mau menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat terhadap suaminya, maka akan dikatakan kepadanya (di akhirat), ‘Masuklah ke Surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.”  [Shahih: Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 660), Ahmad (XVI/228, no. 250)]

Maka kewajibanmu sebagai seorang isteri, wahai para wanita shalihah, adalah untuk selalu mendengar dan taat terhadap setiap perintah suami selama tidak menyelisihi syari’at. Akan tetapi berhati-hatilah, jangan sampai engkau berlebih-lebihan dalam mentaati perintah suami sehingga mau mentaatinya dalam kemaksiatan. Karena sesungguhnya jika melakukan hal tersebut, maka engkau telah berdosa.

[2]. Di antara hak suami atas isteri, seorang isteri harus menjaga kehormatan dan memelihara kemuliaannya serta mengurusi harta, anak-anak, dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Sebab itu, maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”  [QS. An-Nisaa': 34]

Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
“Dan seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”  [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (II/380 no. 893), Shahiih Muslim (III/1459 no. 1829)]

[3]. Berhias dan memperindah diri untuk suami, selalu senyum dan jangan bermuka masam di depannya. Jangan sampai menampakkan keadaan yang tidak ia sukai. Ath-Thabrani telah mengeluarkan sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik isteri ialah yang engkau senang jika melihatnya, taat jika engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.”  [Shahiih: Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 3299)]

Janganlah engkau sekali-kali menampakkan perhiasan pada orang yang tidak boleh melihatnya, karena hal itu adalah merupakan perkara yang diharamkan.

[4]. Isteri harus selalu berada di dalam rumahnya dan tidak keluar meskipun untuk pergi ke masjid kecuali atas izin suami. Allah berfirman,
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.” [QS. Al-Ahzaab: 33]

[5]. Janganlah seorang isteri memasukkan orang lain ke dalam rumah kecuali atas izinnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Hak kalian atas para isteri adalah agar mereka tidak memasukkan ke dalam kamar tidur kalian orang yang tidak kalian sukai dan agar mereka tidak mengizinkan masuk ke dalam rumah kalian bagi orang yang tidak kalian sukai.”  [Hasan: Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1501), Sunan at-Tirmidzi (II/315 no. 1173), Sunan Ibni Majah (I/594 no. 1851)]

[6]. Isteri harus menjaga harta suami dan tidak menginfaqkannya kecuali dengan izinnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang isteri menginfaqkan sesuatu pun dari harta suaminya kecuali atas izinnya.” Kemudian ada yang bertanya, “tidak juga makanan?” Beliau menjawab, “bahkan makanan adalah harta yang paling berharga.”  [Hasan : Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1859), Sunan at-Tirmidzi (III/293 no. 2203), Sunan Abi Dawud (IX/478 no. 3548), Sunan Ibni Majah (II/770 no. 2295)]

Bahkan di antara hak suami atas isteri adalah agar ia tidak menginfaqkan harta miliknya jika ia mempunyai harta kecuali jika sang suami mengizinkannya karena dalam sebuah hadist yang lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah seorang isteri menggunakan sesuatu pun dari hartanya kecuali dengan izin suaminya.”  [Dikeluarkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 775), beliau berkata, "Telah dikeluarkan oleh Tamam dalam al-Fawaa-id (II/182 no. 10) dari jalan 'Anbasah bin Sa'id dari Hammad, maula (budak yang dibebaskan). Bani Umayyah dari Janaah maula al-Walid dari Watsilah, ia berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, kemudian ia menyebutkan hadits tersebut." Beliau (al-Albani) berkata, "Sanad hadits ini lemah, akan tetapi ada beberapa riwayat penguat yang menunjukkan bahwa hadits ini adalah tsabit."]

[7]. Janganlah seorang isteri melakukan puasa sunnah sedangkan suami berada di rumah kecuali dengan izinnya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi,  
“Tidak boleh bagi isteri melakukan puasa (sunnah) sedangkan suaminya ada kecuali dengan izinnya.” [Mutaffaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/295 no. 5195), Shahiih Muslim (no. 1026)]

[8]. Janganlah seorang isteri mengungkit-ungkit apa yang pernah ia berikan dari hartanya untuk suami maupun keluarga karena menyebut-nyebut pemberian akan dapat membatalkan pahala. Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan (si penerima).” [QS. Al-Baqarah: 264]

[9]. Isteri harus ridha dan menerima apa adanya, janganlah ia membebani suami dengan sesuatu yang ia tidak mampu. Allah Ta’ala berfirman,
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”  [QS. Ath-Thalaq: 7]

[10]. Isteri harus bersungguh-sungguh mendidik anak-anaknya dengan kesabaran. Janganlah ia marah kepada mereka di depan suami dan jangan memanggil mereka dengan kejelekan maupun mencaci-maki mereka karena yang demikian itu akan dapat menyakiti hati suami.

[11]. Isteri harus dapat berbuat baik kepada kedua orang tua dan kerabat suami karena sesungguhnya isteri tidak dianggap berbuat baik kepada suami jika ia memperlakukan orang tua dan kerabatnya dengan kejelekan.

[12] Janganlah isteri menolak jika suami mengajaknya melakukan hubungan intim karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur, tapi ia menolak untuk datang lalu sang suami marah sepanjang malam maka para Malaikat melaknatnya (sang isteri) hingga datang waktu pagi.”  [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/294 no. 5194), Shahiih Muslim (II/1060 no. 1436), Sunan Abu Dawud (VI/179 no. 2127)]

Dan di dalam hadits yang lain beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak isterinya untuk berhubungan intim, maka hendaknya sang isteri melayaninya meskipun ia sedang berada di atas unta.”  [Shahih: Shahiih al-Jaami' as-Shaghiir 534, Sunan at-Tirmidzi (II/314 no. 1160)]

[13]. Isteri harus dapat menjaga rahasia suami dan rahasia rumah tangga, janganlah sekali-kali ia menyebarluaskannya. Dan di antara rahasia yang paling yang sering diremehkan oleh para isteri sehingga ia menyebarluaskannya kepada orang lain, yaitu rahasia yang terjadi di ranjang suami isteri. Sungguh Rasulullah shalallahu ‘alaihi telah melarang hal demikian.

[14]. Isteri harus selalu bersungguh-sungguh dalam menjaga keberlangsungan kehidupan rumah tangga bersama suaminya, janganlah ia meminta cerai tanpa ada alasan yang disyari’atkan. Dari Tsauban radhiyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Isteri mana saja yang minta cerai dari suaminya tanpa adanya alasan, maka ia tidak akan mencium bau wanginya Surga.”  [Shahih: Irwaa-ul Ghaliil (no. 2035), Sunan at-Tirmidzi (II/329 no. 1199), Sunan Abi Dawud (VI/308 no. 2209), Sunan Ibni Majah (I/662 no. 2055)]

Dan dalam hadits yang lain beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  
“Para isteri yang minta cerai adalah orang-orang yang munafik.”  [Shahih: Shahiih al-Jaamii'ish Shaghiir (no. 6681), Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 632), Sunan Tirmidzi (II/329 no. 1198)]


www.shalihah.com Sumber: ‘Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz’ edisi Bahasa Indonesia ‘Panduan Fiqih Lengkap Jilid 2′ karya ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Pustaka Ibnu Katsir

Sumber : http://www.humairoh.inef.web.id/2010/09/hak-hak-suami-atas-isteri.html


HAK-HAK ISTRI ATAS SUAMI
Berikut ini adalah beberapa hak-hak isteri atas suami. Namun ketahuilah wahai para isteri yang shalihah, hendaknya engkau melupakan kekurangan suami dalam hal memenuhi hak-hak mereka. Kemudian hendaklah menutupi kekurangan suami tersebut dengan bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri untuk suami karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi.
"Karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi."

Dan hak-hak istri atas suaminya adalah:
[1]. Suami harus memperlakukan istri dengan cara yang ma’ruf karena Allah Ta’ala telah berfirman,  
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.”  [QS. An-Nisaa': 19]

Yaitu, dengan memberinya makan apabila ia juga makan dan memberinya pakaian apabila ia berpakaian. Mendidiknya jika takut ia akan durhaka dengan cara yang telah diperintahkan oleh Allah dalam mendidik istri, yaitu dengan cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya. Apabila ia (istri) telah kembali taat, maka berhentilah, namun jika tidak, maka pisahlah ia di tempat tidur. Apabila ia masih tetap pada kedurhakaannya, maka pukullah ia pada selain muka dengan pukulan yang tidak melukai sebagaimana firman Allah:
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”  [QS. An-Nisaa': 34]

Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala ditanya apakah hak isteri atas suaminya? Beliau menjawab,
“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.” [Shahih: Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1500), Sunan Abi Dawud (VI/180, no. 2128, Sunan Ibni Majah (I/593 no. 1850)]

Sesungguhnya sikap lemah lembut terhadap istri merupakan indikasi sempurnanya akhlak dan bertambahnya keimanan seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” [Hasan Shahih: Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 928), Sunan at-Tirmidzi (II/315 no. 1172)]

[2]. Suami harus bersabar dari celaan isteri serta mau memaafkan kekhilafan yang dilakukannya karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai.[Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/253 no. 5186), Shahiih Muslim (II/ 1091 no. 1468 (60)]

Sebagian ulama Salaf mengatakan, “Ketahuilah bahwasanya tidak disebut akhlak yang baik terhadap isteri hanya dengan menahan diri dari menyakitinya namun dengan bersabar dari celaan dan kemarahannya.”

[3]. Suami harus menjaga dan memelihara isteri dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarkan kehormatannya, yaitu dengan melarangnya dari bepergian jauh (kecuali dengan suami atau mahramnya). Melarangnya berhias (kecuali untuk suami) serta mencegahnya agar tidak berikhtilath (bercampur baur) dengan para lelaki yang bukan mahram.

Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya dengan sepenuh hati. Ia tidak boleh membiarkan akhlak dan agama isteri rusak. Ia tidak boleh memberi kesempatan baginya untuk meninggalkan perintah-perintah Allah ataupun bermaksiat kepada-Nya karena ia adalah seorang pemimpin (dalam keluarga) yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang isterinya, Ia adalah orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan memeliharanya.

[4]. Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk menghadiri majelis-majelis taklim. Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan kepadanya.

[5]. Suami harus memerintahkan isterinya untuk mendirikan agamanya serta menjaga shalatnya, berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”   [QS. Thahaa: 132]

[6]. Suami mau mengizinkan isterinya keluar rumah untuk keperluannya, seperti jika ia ingin shalat berjama’ah di masjid atau ingin mengunjungi keluarga, namun dengan syarat menyuruhnya tetap memakai hijab busana muslimah dan melarangnya untuk tidak bertabarruj atau sufur. Sebagaimana ia juga harus melarang isteri agar tidak memakai wangi-wangian serta memperingatkannya agar tidak ikhtilath dan bersalam-salaman dengan laki-laki yang bukan mahram, melarangnya menonton telivisi dan mendengarkan musik serta nyanyian-nyanyian yang diharamkan.

[7]. Suami isteri tidak boleh menyebarkan rahasia dan menyebutkan kejelekan-kejelekan isteri di depan orang lain. Karena suami adalah orang yang dipercaya untuk menjaga isterinya dan dituntut untuk dapat memeliharanya. Di antara rahasia suami isteri adalah rahasia yang mereka lakukan di atas ranjang. Rasulullah shalalallahu ‘alaihi wasallam melarang keras agar tidak mengumbar rahasia tersebut di depan umum.

[8]. Suami mau bermusyawarah dengan isteri dalam setiap permasalahan, terlebih lagi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan mereka berdua, anak-anak, sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau selalu bermusyawarah dengan para isterinya dan mau mengambil pendapat mereka.

[9]. Suami harus segera pulang ke ruamh isteri setelah shalat ‘Isya. Janganlah ia begadang di luar rumah sampai larut malam. Karena hal itu akan membuat hati isteri menjadi gelisah. Apabila hal itu berlangsung lama dan sering berlang-ulang, maka akan terlintas dalam benak isteri rasa waswas dan keraguan. Bahkan di antara hak isteri atas suami adalah untuk tidak begadang malam di dalam rumah namun jauh dari isteri walaupun untuk melakukan shalat sebelum dia menunaikan hak isterinya.

[10]. Suami harus dapat berlaku adil terhadap para isterinya jika ia mempunyai lebih dari satu isteri. Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, dan pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah Ta’ala melarang yang demikian.

Sumber: ‘Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz’ edisi Bahasa Indonesia ‘Panduan Fiqih Lengkap Jilid 2′ karya ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Pustaka Ibnu Katsir
http://www.shalihah.com/

Sumber : http://www.humairoh.inef.web.id/2010/09/hak-hak-istri-atas-suami.html

pasanganku-superman

oleh: Ummu Atiqah

Mencari Si Superman Baiti jannati yang dipenuhi sakinah, mawaddah dan rahmah selamanya menjadi impian setiap insan apatah lagi para aktivis dakwah. Mengimpikan pasangan hidup ideal, bersama anak-anak penyejuk mata, dan jika boleh, alangkah bahagianya jika setiap saat diisi dengan watak hanya kita sekeluarga. Jika boleh, kita mengimpikan kebersamaan keluarga sentiasa menjadi aktiviti rutin yang mengambil paling banyak masa-masa yang ada. Jika boleh, biar ungkapan cinta dari pasangan dan anak-anak sentiasa menjadi ungkapan keramat yang mengisi paling banyak kehidupan kita. Semua ini antara bukti bagi mengungkapkan rasa cinta yang hebat buat keluarga kita, sedari lafaz nikah diungkapkan dan harapannya agar cinta suci ini kekal selama-lamanya, hingga ke syurga.

Impian inilah yang membuatkan kita termotivasi untuk menjadi pasangan ‘ideal’, melebihi standard ‘terbaik’ dalam menuju penyempurnaan impian yang kita bina. Memiliki pasangan yang soleh, romantik, sedap mata memandang, kerjaya yang hebat, dan banyak lagi spesifikasi lain bagi menggambarkan impian pasangan yang akan men emani kita sepanjang hayat, apatah lagi kehidupan impian kita sampai ke syurga. Sesekali, impian itu umpama mengharapkan seorang superman (atau superwoman) sebagai pasangan kita. Dengan wajah sesedap mata memandang, lengkap dengan pakej sempurna. Memiliki sekeping hati yang ikhlas untuk menyelamatkan semua manusia, yang mana sememangnya dicipta dengan kelebihannya yang luar biasa. Meskipun punya kelemahan, tidaklah ia menjadi perkara besar kerana kelemahan itu menunjukkan seorang superman masih ada sisi ‘manusiawi’nya, malah kelebihan atau keistimewaannya yang terlalu banyak dan super hebat mampu me‘lupa’kan kita pada kelemahannya yang ada.

Kebaikan hatinya menjadikan cinta ini sentiasa buat dirinya..

Kesetiaan jiwanya menjadikan cinta ini selamanya hanya untuknya (moga ia hingga ke syurga)..

Semangat menyelamat manusia (da’i ilalLah) menjadikan dirinya ‘anugerah’ serba bisa dan pahlawan dunia..

Kesungguhannya melawan kebatilan menjadikan dirinya dipuja sebagai perwira..

Rendah dirinya (tidak ingin dikenali kerana berjasa)menjadikan dirinya sangat mulia..

Kesabaran dan ketabahannya nyata menjadikan dirinya yang teristimewa ..


Jodohku dengan superman?

Indahnya jika benar pasangan kita adalah memang superman. Nyatanya, insan sesempurna superman agak sukar dicari. Kalau ada pun di dunia ini, besar kemungkinan ‘superman’ itu bukan ditakdirkan sebagai pasangan kita. Kerana itu, marilah kita berpijak di bumi nyata. Usah terpengaruh dengan hebatnya cerita superman. Tidak salah mempunyai impian, namun jangan di‘paksa’ pasangan kita untuk menjadi superman. Terimalah dia seadanya. Dialah pasangan kita yang punya kelebihan dan terlalu banyak kelemahan. Sehingga senarai kelemahan kekadang lebih banyak dari kelebihan sekiranya kelemahan dirinya yang ingin kita tonjolkan. Betapa dia sering melakukan salah dan silap, kerana sesungguhnya dia bukanlah seorang superman. Sekali lagi terimalah dia seadanya, dia bukannya superman.

Kita manusia biasa, sesungguhnya terlalu banyak khilafnya. Berbicara tentang kelemahan, kekurangan dan seringnya melakukan kekhilafan bukanlah ruang untuk penerimaan seadanya tanpa kesungguhan usaha untuk memperbaikinya. Terima seadanya adalah menerima kelemahan ‘manusia melakukan kesalahan’ bagi memberikan peluang untuk kita menjadi terbaik dan lebih baik. Kerana kita mempunyai sisi kelemahan, marilah kita berusaha memperbaikinya. Sebenarnya ‘kesempurnaan’ adalah perasaan yang ‘hebat’ namun kesempurnaan mungkin menjadi satu-satunya kekurangan seseorang manusia biasa. Justeru kita adalah seorang manusia biasa, maka melakukan kesalahan adalah suatu perkara yang boleh diterima. Namun apa yang penting dari sekadar penerimaan adalah bagaimana kita berusaha memperbaikinya.

Profil ‘Superman’ kita

Dengan adanya sisa-sisa impian juga banyaknya kelemahan, marilah kita berusaha mengurangkan jurang antara keduanya. Kesungguhan kita memperbaiki diri inilah antara bekal amal soleh kita. Sampai masanya, nafas kita akan terhenti. Segala janji Allah menjadi suatu hakikat yang pasti. Kita memang bukan superman di dunia ini. Namun kita mengharapkan kita mampu menjadi ‘superman’ di akhirat sana. Terbang menuju syurga yang tertinggi bersama Rasulullah dan mereka yang ikhlas mengikut jejak langkah perjuangan baginda.

Cukuplah syurga menjadi motivasi untuk kita menjadi pasangan yang hebat buat pasangan kita. Meskipun terlalu banyak cabaran dan ujian dalam kehidupan, kita cuba melaksanakan apa yang terbaik dan semampu kita untuk kebahagiaan keluarga yang kita cinta dalam skala lingkungan terdekat kita, dan untuk kemenangan islam dalam skala kerja dakwah untuk ummat manusia. Semoga usaha optima kita yang mana mungkin tidaklah sehebat mana pada orang lain mampu menjadi bekal berharga untuk kita lulus ‘periksa’ pada hari akhirat. Sesungguhnya ‘superman’ pada kita adalah orang yang berjaya melepasi ujian kehidupan dunia dan akhirnya mampu terbang laju menuju syurga.

“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “

Bismillahir-Rahmanir-Rahim...
“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “

 Bertanya Mentari pada selembar kertas yang masih terlipat rapi di hadapannya. Pagi tadi Ummi Farah memberikan kertas itu padanya. Hampir empat tahun setelah Mentari ditanya Ummi Farah tentang kesiapannya menggenapkan separuh dien. Kini selembar biodata yang dinanti-nanti, benar-benar berada di hadapannya. Matanya menerawang dalam diam. Menemani lintasan kenangan yang berkecamuk dalam pikirannya …..ia belum berani membuka kertas itu …

Alun-alun kota Solo, menjelang Dhuhur..empat tahun yang lampau....

Beberapa saat yang lalu, serombongan besar wanita muda berjilbab berdemo mengusung tema besar anti pornografi.  Mentari bersama dua sahabatnya, Wida dan Nana, berjalan menuju halte di jalan Slamet Riyadi.

" Tari, Wida.. ana duluan ya… tuh kak Fauzi udah nunggu di depan telpon umum ". Nana pamit sambil menunjuk ke arah seorang pemuda tegap  berbaju rapi ala kantoran.

" Aduh… pengantin baru, nggak sabar nih cepet sampai rumah…", goda Wida sambil melempar senyum simpulya.

"Iya, udah lupa ya sama asrama "Pondok Putri" tempat kita tumbuh dan berkembang  " Tari menimpali.

" Maaf deh saudari-saudariku, makanya pada cepet punya suami..biar nggak ditagih ibu kos lagi tiap bulan…". " Wuuuu…lagaknya !! "

Nana tersenyum penuh kemenangan. Sebentar kemudian ia telah meninggalkan Mentari dan Wida. Panas kota solo di pertengahan tahun memang cukup merepotkan, meski tidak sepanas kota jakarta. Orang-orang malas untuk terus-terusan berdiri mematung dipinggiran jalan. Setiap bus kota yang datang disambut dengan kejar-kejaran dan desak-desakan antar penumpang. Tentu saja Mentari dan Wida selalu ketinggalan. Mereka tak bisa sembarangan melompat dan bergantungan. Bisa-bisa jilbab dan gamis panjang mereka akan jadi korban.

Satu jam berlalu, tak ada kemajuan. Mereka masih setia menunggu Bus antar kota yang akan membawanya ke kawasan Plasa Ambarukmo Jogyakarta. Namun langit berganti warna, panas berlalu tanpa sisa.  Hujan pun mulai turun.  Mentari dan Wida masih terjebak di halte.  Dalam lelah yang berkepanjangan. Mendadak….datang dua orang pemuda. Satu berambut gondrong. Satu lainnya beranting. Keduanya memakai baju khas orang kuliahan. Ada hasrat buruk tergambar dari kilatan mata mereka.

" Halo ceweek .. godain kita doong, dari kampus mana nih ? ", seorang dari mereka mulai menyapa dengan kedipan mata yang genit.

" Eh.. elo yang tadi orasi ya ? yang katanya nolak pornogafi ya ", tambah seorang lagi sambil menunjuk ke arah Mentari.

Mentari dan Wida merasa terancam, mereka bergerak menjauh. Tapi dua pemuda itu masih berhasrat mendekat.

" Hei cewek, jangan munafik loo.. gue tahu loe punya pacar dan rutin kencan kan tiap malam minggu di kos-kosan.."
Muka Wida memerah dahsyat mendengar ocehan sang berandal. Jiwa petarungnya sebagai mantan atlit karate tak bisa membiarkan ini terjadi.

" Jangan sembarangan kalau bicara, kalian belum tahu berhadapan dengan siapa." Namun gertakan Wida berlalu begitu saja. Mereka malahan tambah nekat.

" Iya, apa gunanya pake jilbab kalau sudah tidak perawan lagi. Mending jilbabnya di copot saja …., sini biar gue yang copot kalau tidak mau " .

Sreeet !!! Jilbab Mentari menjadi sasaran ! Mereka menariknya dengan paksa. Mentari berusaha mempertahankannya.. " Tolooooong ! Rampook ! " Mentari berteriak meminta pertolongan. Tapi derasnya hujan meredam suaranya. Beberapa orang yang melihat dari jauh diam tak bergerak. Ketakutan.

Buuk ! Tendangan samping Wida tepat mengenai punggung seorang pemuda berandal. Ia sempat terhuyung beberapa saat. Seorang lagi masih menarik kuat jilbab yang dipakai Tari. Buuk ! Sreeet !.Terdengar dua  teriakan yang berbeda sumbernya. Satu teriakan dari pemuda berandal yang menarik jilbab tari. Ia terkena tendangan Wida tepat di titik kelemahannya. Satu teriakan lagi keluar dari mulut dan nurani Tari. Jilbab yang dikenakannya terlepas. Tetesan hujan membasahi rambutnya yang panjang.

" Tolooong …… !!! ", Mentari panik. Ia mendapati dirinya sangat asing dengan rambut yang terurai tanpa penutup. Ia merasa bagai terjebak di sarang penyamun yang haus tubuh wanita.  Wida segera menarik Tari menjauh dari halte itu. Kedua berandal masih sempat mengancam dalam kesakitannya. Beruntung, sebuah Taksi tepat berhenti di depan Tari dan Wida, memberikan tumpangan.

Malam pun menjelang dengan membawa seribu kesan menyakitkan dalam diri Tari. Hari itu begitu berat bagi seorang Tari. Demonstrasi yang melelahkan ditambah kejadian mengerikan di halte siang tadi. Mendadak Tari ingat Nana, sahabatnya yang juga ikut demonstrasi siang tadi. Mentari merenung dalam kesendirian di kamar kosnya …Ah, betapa beruntungnya kau Nana, ada yang menjaga dan memperhatikanmu karena engkau sudah bersuami.… Ucapnya dalam hati " Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang yang Kau janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku.." Mentari pun tenggelam dalam doa-doa yang tak pernah bosan ia panjatkan.

--------------------------------------------------------------------------------
Asrama Pondok Putri. Pagi hari, tiga tahun yang lalu.

Pintu kamar Mentari di ketuk tiga kali. Sahabatnya, Wida, masuk memberi salam, keduanya berpelukan seolah lama tak bertemu.

 "  Subhanallah, my lovely Wida… bumi bagian mana yang tega menelanmu selepas wisuda Februari, tiga bulan yang lalu.. tak ada kabar, telpon atau surat ? ".

" Afwan Tari, aku pulang ke Bandung. Di sana ternyata banyak proyek yang harus kugarap. Tahu sendiri kan ? Papa memang dari dulu sudah nunggu lama kelulusanku. Beliau ingin aku menjadi manajer akuntan di perusahaannya. "

" its OK ukhti, tapi janji ya kamu nginep lama di sini… ada banyak cerita baru lho di kampus kita ".

" Justru itu Tari.. aku ke sini memang khusus untuk menemuimu. Aku ingin kau mengetahuinya langsung dariku, meski sebenarnya bisa saja kalau aku poskan  undangan ini dari Bandung.. ".

" Undangan ? Walimah maksudnya ? Subhanallah… akhirnya kau menikah juga Wida.Tadinya aku kira aku yang duluan.. selamat ya… mana undangannya  ? " Wida mengulurkan sebuah undangan berwarna merah muda. Indah dan berkesan bagi penerimanya.

Keduanya kembali berpelukan. Isak tangis mulai terdengar pelan. Bahagia dalam haru. " Maaf Tari… aku harus menikah terlebih dahulu. Aku takut jika terlalu larut dalam perusahaan nanti…aku bisa sibuk dan lupa nikah. Lucu ya kedengarannya ? tapi memang begitu kemarin nasehat orangtuaku di rumah. Nah, kamu sendiri gimana kuliahnya ? "

Wajah mentari mendadak berubah muram.

" Yaah.. kamu tahu sendiri kan dengan Mr. Kosmo ( julukan untuk dosen paling killer dikampus ) ? Beliau tuh sangat teliti kalo pas ngoreksi. Tapi apapun, aku usahakan September ini aku udah angkat kaki dari kampus ini. Eh… tapi jangan lupa doain ya Wid..! ".

" Jelas dong… mau didoakan cepet wisuda atau cepet nikah ? " .

" Cepet Nikah dong !!! eh…  maksudku kalo bisa dua-duanya dapet gituu.. " .

" Iya non.. aku juga tak tega membiarkanmu menjadi bidadari ketinggalan kereta ! "

Buuk ! Serasa ucapan Wida yang terakhir bagai tendangan karatenya yang tepat mengenai ulu hati Mentari. Sakit memang, tapi Tari sadar sahabatnya itu hanya ingin memberikan motivasi padanya untuk tetap tegar ! Selepas kepergian Wida, Tari kembali merenung dalam kamar. Tangannya asyik membolak-balik undangan Wida. Ah..ini bukan yang pertama bagi Mentari. Bukan yang pertama kali Mentari ketinggalan kereta, seperti kata Wida. Seminggu yang lalu Dina, teman seangkatannya nikah dapat anak Medan.

  Bahkan sebulan yang lalu malahan si centil Tasya, adik kelasnya dua tingkat, sukses di lamar teman satu jurusannya ! Tari menghidupkan PC-nya yang setia menemani hari-hari kuliahnya selama lima tahun terakhir ini. Dibukanya sebuah file di program Corel Draw. Nampak di layar sebuah desain undangan pernikahan  yang anggun dan manis. Tertulis di dalamnya…

Menikah : MENTARI CANDRASARI bin H. RAHMAT  dengan .. MR. MOST WANTED !!! ! Mentari termenung berkaca-kaca. File itu sudah setahun lebih dibuka dan diedit, tanpa tahu kapan  akan diprint dan digunakan.

*******************
Rumah Mentari yang anggun , di sisi utara pulau jawa, dua tahun yang lampau.

Matahari pagi yang cerah menemani keluarga Mentari. Kemarin sore Tari, putri satu-satunya keluarga Haji Rahmat, baru saja datang dari Jakarta. Mereka berkumpul hangat di ruang keluarga.

Hari itu terasa istimewa bagi pak Rahmat, ayah Mentari, dan juga bagi ibunya. Tapi tidak bagi Mentari. ..ada seorang dari masa lalu yang tiba-tiba dibicarakan oleh bapak ibunya. Andri, teman sekolahnyanya saat SMU dulu, sepekan yang lalu menelpon Haji Rahmat. Tari penasaran meski ia tak merasa punya alasan untuk penasaran.

“Bapak kenal Andri juga ya Pak ? “.

“ Oo.. bukan kenal lagi Tari, Bapaknya itu kan pak Joko toh ? Beliau dulu kawan Bapak semasa masih muda merantau di Jakarta. Kami sama-sama ngontrak rumah di Tanah Abang, sebelum akhirnya Bapak dipanggil kakekmu untuk nikah sama ibumu ini.. “ .

“ Lalu ? apa maksudnya seminggu yang lalu ia menelpon Bapak ?“.

“ Jadi begini… Nak Andri sudah mengutarakan niat baiknya untuk melamarmu. Dan pak Joko juga secara khusus sempat menyinggung masalah ini kemarin saat telepon.. Besok pagi Andri mau ke sini khusus untuk bertemu kamu… “

Wajah Tari berubah. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.

“ Tapi Pak ? Tari kan belum tentu menerima…… “ .

“ Huss ! jangan membantah dulu… yang penting besok kau temui dia. Siapa tahu cocok…Bapak dan Ibu sebenarnya terserah kamu, tapi inget Tari.. usiamu sudah tidak muda lagi..Ibumu kemarin nangis karena ada tetangga yang ngomongin kamu calon perawan tua ! “.

Mentari diam. Mencoba untuk teguh meski hatinya tergugu. Dia tahu persis siapa Andri yang dulu. Meski lima tahun ia tidak ketemu, Mentari tidak yakin Andri berubah seperti yang diinginkannya.

Pagi menjelang dengan cahaya yang riang. Mencoba menyinari hati Tari yang masih bimbang. Di ruang depan, bapaknya masih sibuk dengan seorang tamu muda. Andri namanya. Pakaiannya perlente, khas eksekutif. Tumpangannya jauh dari yang Tari perkirakan. Kalau dulu saat sekolah, Andri hobby ganti-ganti motor sport yg bunyinya knalpotnya saja bisa membangunkan orang satu RT. Tapi kini sebuah sedan metalik dengan anggun parkir di depan rumah Tari. Mobil Andri kah ? atau mobil orangtuanya ? Ah.. bagi Tari itu sama sekali tidak penting.

Hati Tari bergetar hebat, apalagi saat ayahnya memanggil, menyuruhnya bergabung di ruang tamu. Tari melangkah pelan. Dengan malu-malu ia tundukkan pandangan dan menuju keruang tamu. Ia merasa sorot mata Andri terarah lurus ke arahnya. Mencoba menelanjangai jilbab lebar dan jubah rapi yang dikenakannya.  Mendadak Tari merasa risih..…

“ Ini Tari ? waah.. sekarang pakai busana muslim ya ? Kapan pergi hajinya Tari ? bareng pak Rahmat ya ? “.
Pergi haji ? Apa hubungannya dengan kewajiban memakai jilbab ? Tapi Tari tidak merasa bingung. Andri masih seperti dulu. Tidak mengenal dan memahami Islam sama sekali.. Tari tambah risih saat Bapak minta ijin keluar sebentar, meninggalkan Tari dalam kungkungan rasa yang menakutkan. Ini khalwat ! bisiknya dalam hati. Yang ketiga adalah setan!

“ Ada perlu apa Andri ? Ada yang bisa di bantu ? “, sapa Tari dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Pandangannya masih tertunduk. Tegas, tapi tidak ketus.

“  Hah ! Bapak dan Ibu tidak bilang sama kamu sebelumnya ? Aku datang untuk menyampaikan niat baik melamarmu Tari… kalau kamu berkenan, seminggu lagi keluargaku akan datang melamarmu.. bagaimana Tari, kau setuju kan ? kita akan menyambung kembali cerita dan kenangan cinta kita saat SMU dulu.. “.

Tari merasa terusik dengan kalimat terakhir Andri. Kali ini ia benar-benar muak. Kenangan masa lalu yang sedemikian lama telah terhapus, mencoba menghujam masuk kembali dalam diri Tari. Sejak tamat SMA Tari sudah bertekad mendalami islam secara kaffah. Tidak ada istilah pacaran dalam kamus hidup Tari semenjak itu.

“ Maaf Andri, aku bukan Tari yang dulu…kau salah datang kepadaku ..” Mata Andri melebar. Ia seperti tidak percaya Tari mengatakan hal seperti itu. Tari yang dulu selalu setia menemani hari-hari indahnya saat SMU. Kini dihadapannya bagai sosok asing yang tak pernah dikenalnya.

“ Tari !! aku datang kembali untukmu… lima tahun aku memendam cinta ini Tari…, ingatkah kau saat-saat indah kita dulu Tari…, Tari… bukankah dulu kita pernah berjanji sehidup semati, Tari, lupakah kau dengan semua itu… Tari…. “

“ Tidaaaaaaaaaak ! Kau tidak berubah Andri !Maaf, mungkin  kita tidak jodoh. Titik !! “ Tari bergegas masuk kembali ke ruang dalam. Meninggalkan Andri dalam keheranan yang panjang. Sementara Bapak ibu Tari saling berpandangan heran. Mereka berdua masih menyimpan beban. Kapan putri satu-satunya akan ke pelaminan ?

Tari menangis dalam kamar. Ia menangis bukan karena Andri. Ia sama sekali sudah melupakan masa lalunya yang kelam bersama Andri. Ia menangis, karena baru kali ini ada seorang yang datang untuk melamarnya. Baru kali ini. Tapi mengapa yang datang Andri ? Pacarnya di masa lalu. Seorang lelaki yang sama sekali tidak diharapkan dan tidak disangka-sangkanya.

 Mengapa bukan ustad Agus, Akhi Budi, Mas Hanafi, Pak Irvan, Fajar, Wisnu atau teman-teman lain yang aktif di kegiatan masjid ?.Mengapa bukan mereka-mereka yang hanif dan sholih yang datang? Sehingga Tari bisa semakin teguh mengarungi hidup ini ? Kemana mereka semua ? Kemanaaa ?  Tari berteriak dalam hati, menanti sebuah jawaban.
“ Yaa Allah, kemana hamba2MU yang lainnya yg sholeh ? Andri kah yang Engkau takdirkan menjadi jodoh hamba ? Hamba belum bisa menggali hikmah dibalik takdirMu ini yaa Raab, beri hamba kekuatan..” Rintih Tari dalam munajatnya.

***************************
“ Benarkah engkau jodoh yang telah di janjikan Allah kepadaku ? “ Kembali Mentari bertanya pada kertas bisu dihadapannya.  Dengan hati-hati dibukanya kertas itu pelan-pelan. Seolah didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga. Mentari mendapati sebuah nama yang tidak asing baginya…. Agus Budiman. “ Ustad Agus ??? Benarkah ?? Subhanallah … “,

Tari memang harus terkejut. Tentu ia tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima Ustad Agus. Ia seorang yang mempunyai pemahaman Islam yang sangat baik. Ia seorang ustad yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya di kampus. Buah keikhlasannya dalam membina telah melahirkan banyak kader dakwah dari masjid kampusnya.  Sungguh !
Tari tak mempunyai alasan untuk menolaknya. Apalagi jika mengingat usianya yang sudah dua tahun melewati seperempat abad ! Juga tangisan ibunya terkasih yang selalu memintanya untuk segera bersanding di pelaminan..

Tapi…. Mendadak Tari tertegun. Ingatannya kembali menerawanag. Beberapa bayang wajah anggun mengitari benaknya. Ia mengingat beberapa seniornya di kampus yang belum menikah ; Mbak Rahma, Mbak Santi…dan juga Mbak Zaenab.  Mbak Rahma, pembimbing mentoringnya saat Tari belum berjilbab di tingkat satu. Usianya kini menjelang kepala tiga. Sudah dua tahun ini ia tidak banyak kelihatan. Sakit organ dalam membuatnya harus banyak beristirahat di rumah.
Lain lagi dengan Mbak Santi, dua tingkat di atasnya dulu di kampus. Sekarang sibuk bekerja di perusahaan konveksi, dari pagi sampai sore.

 Sesekali saat libur, masih sempat untuk diminta mengisi kajian muslimah di kampus. Mbak Santi memang harus kerja keras mencari nafkah. Ia anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya sudah tiada sementara ibunya sudah cukup renta untuk bekerja. Mbak Santi adalah tulang punggung di keluarganya.

Cerita tentang Mbak Zaenab lebih memilukan. Suaminya, almarhum ustad Ahmad, meninggal tertembak saat dikirim untuk berdakwah di daerah konflik Ambon.  Ia meninggalkan dua putri yang masih sangat lucu-lucu, Hana dan Aisyah.

Aktifitasnya sekarang menjadi pengajar SD Inpres, untuk mencukupi kebutuhan hidup dua putri kecilnya.

Perlahan-lahan mata Tari berkaca-kaca. Air matanya mengambang tenang. Bayang-bayang wajah ketiga seniornya menari-nari dihadapannya. Mengapa bukan mereka yang dilamar ustad Agus ? Mengapaa ? Mereka jauh lebih berhak dan membutuhkan daripada aku … Tililliiiiiit…..Tililiiiiit .. deringan HP memecah kesunyian lamunan Tari. Suara bijak dan salam akrab Ummi Farah terdengar dari seberang. “ Bagaimana ukhti Tari ? bersedia bukan ? Beliau siap kapan saja  bertemu untuk ta’aruf ..” “ Engg…..begini Mi,  mungkin saya perlu istikharoh dulu.Mungkin seminggu lagi saya baru bisa ambil keputusan… “ “ Baiklah… saya tunggu ya, dan semoga Allah memberi kemudahan..” Suara salam penutup terdengar dari arah seberang. Pembicaraan telah selesai. Namun bayang-bayang Mbak Rahma, Santi, dan Mbak Zaenab masih setia mengiringi langkah Tari.

*****************************
Dua bulan berlalu. Hari yang bahagia. Suasana walimah yang meriah namun  terjaga nuansa kesyahduannya. Tamu laki-laki duduk terpisah dari tamu perempuan. Terdengar aluanan nasyid pernikahan menggetarkan hati pendengar lajangnya.

Tari duduk anggun berseri-seri. Jilbab dan bajunya yang rapi menambah suasana hatinya yang lega dan tenang. Dengan perlahan Tari melangkah, menemui seorang wanita yang jadi pusat perhatian para tamu sedari tadi. Di sisi wanita itu ada dua putri cantik yang masih kecil-kecil. Tari menyalami haru wanita tersebut. Keduanya berpelukan.

“ Mbak Zaenab, Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin… selamat ya Mbak  semoga bahagia dan berkah menyertai keluarga baru Mbak..”.

“ Jazakillah khoiron ya dik, semoga dik Tari juga cepat menyusul ya..Nanti saya minta mas Agus mencarikan khusus buat dik Tari ya.. beliau kan punya kenalan banyak.. “.

“ Amiin… doanya ya Mbak..Tari tunggu lho janjinya.hehe...” .

“Insya Allah dek Tari…. “

 Lega dalam rasa bahagia dan syukur yang terpanjatkan. Tari berpamitan dan melangkah pulang. Mencoba merenda hari-hari penantian yang baru. Jiwanya tenang. Tidak ada penyesalan. Ia ingat persis, saat selesai sholat istikharoh dulu, yang muncul  selalu saja bayang-bayang Mbak Rahma, Mbak Santi, dan Mbak Zaenab. Wajah ustad Agus tak pernah terlintas dalam malam-malam istikharohnya.

Kini dalam hari-hari penantiannya, Tari yakin, ia tidak sendiri. Sebagaimana juga ia yakin, akan ada sesosok laki-laki hanif yang akan menyapanya dengan cinta. Entah satu bulan lagi, dua bulan, satu tahun, atau entah saat senja nanti. Ia yakin Allah telah menjanjikan  sebuah cinta yang akan datang menyapanya.

“ Ya Allah, datangkanlah kepadaku seseorang yang akan meneguhkanku dalam hidup ini, dan berikan kesempatan kepadaku untuk berbakti kepadanya, melahirkan dan merawat anak-anaknya untuk menjadi anak sholih dan sholihah. Agar saat kami telah renta atau telah tiada,  akan ada mereka yang senantiasa mendoakan kami berdua“.

Kembali Tari teringat janji Allah dalam firmanNya:” Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS An Nur:26).

Janji Allah itulah yang selalu meneguhkan hati Tari. Sedikitpun ia tidak pernah ragu akan kebenaran janji Allah.

FirmanNya adalah benar dan janjiNya juga pasti benar.. !

“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka aku tidak akan meminta disegerakan datangnya. Biarlah masa depanku datang dgn sendirinya. Allah lebih tahu yang terbaik untukku menurutNya, bukan yang terbaik menurutku. Saat ini aku memang masih sendiri, itu karena Allah masih mengujiku sampai dimana kesabaranku. Lebih jauh lagi diriku masih dibutuhkan oleh teman2 kampus untuk melanjutkan dakwah ini...” Hibur hati Tari menenangkan diri. Sebuah keyakinan yg menancap kuat dalam sanubarinya. Suatu keyakinan kepada janji Allah yg tidak akan runtuh sampai kapanpun. Suatu keyakinan yg dia pegang seyakin-yakinnya.

----------------------------------------------------
2 tahun kemudian..
 Umur Tari sudah hampir mendekati kepala tiga. Ayah ibunya tiap hari dirundung kesedihan atas nasib dirinya yg tidak juga menikah. Tapi keajaiban Allah selalu menyertai hamba2Nya yang sabar dan tawadhu’ dijalanNya. Sekali lagi Allah menunjukkan kuasaNya.

Dengan perjuangan yg berdarah-darah dan tanpa lelah,akhirnya Tari diwisuda untuk gelar Master di jurusan Syariah di kampusnya. Seminggu setelah wisuda S2 nya, Tari dilamar kembali oleh Andri untuk kedua kalinya.

Kali ini ia datang tanpa sedan mewah miliknya dulu. Ia datang dengan sepeda motor saja, dan tanpa orang tuanya. Busananya juga berbeda. Ia memakai baju koko dengan bordiran yang sangat indah, dipadu dengan sebuah peci putih di kepala dan celana panjang sedikit diatas mata kaki dari bahan kain halus. Sedikit jenggot tipis tumbuh dibawah dagunya. Wajahnya bersih dan kelihatan bersinar.

“ Tari, kali ini aku datang kepadamu bukan dengan membawa cinta kita yg dulu. Kali ini aku datang dengan cinta yg berbeda dari yg kita miliki waktu SMA. Kali ini aku datang atas nama cinta dari Allah yg telah memberi hidayah kepada diri ini yg dulu sempat jauh dari pangkuan tarbiyahNya. Aku datang kesini bermaksud melamarmu. Dulu engkau pernah berkata padaku bhwa cita2mu adalah engkau hanya mau dikitbah oleh seorang laki2 yg hafal alquran. Jika engkau berkenan, sekarang ini aku ingin mengkitbahmu dengan hafalan alquranku. Engkau bisa membuktikan itu sekarang juga..”

Tari hampir tidak percaya dengan apa yg barusan ia dengar. 2 tahun baginya adalah waktu yg singkat sejak lamaran andri ditolaknya. 2 tahun juga bukan waktu yg singkat bagi seseorg utk menghafal alquran. Tapi kini andri datang melamarnya dengan hafalan alqurannya...??

“Yaa Allah, mukjizat apa yg KAU tunjukkan dihadapanku ini..?” batin Tari dalam hati.

Tapi ketika sekilas ia beranikan menatap paras andri dan kesriusannya, entah kekuatan dari mana yg masuk kedalam hatinya bahwa ia justru yakin seyakin-yakinnya andri-lah kini yg memang ditakdirkan Allah untuknya. Tapi dia bukan andri yang dulu, melainkan andri yg telah berubah menjadi sosok pemuda yg taat kepada Rabbnya.

Sore itu, sehabis sholat asar berjamaah di rumah Tari.. dia, ayahnya dan ibunya, menyimak setiap bait-bait lantunan ayat2 suci dari kitab cintaNya yg dilantunkan dari mulut andri dengan begitu indahnya. Subhanallah..andri benar-benar hafidz Qur’an. Allahu Akbar..tak henti2nya Tari dan keluarga mengucap kebesaran nama Ilahi.

Sore itu juga, lamaran andri diterima kedua orang tua Tari, dan Tari menerima kitbah andri dengan segala keiklasan dan kemantapan hati. Dan satu bulan berikutnya acara walimahan pernikahan antara Tari dan Andri mengejutkan sahabat2nya seperti Wida, Nana, mbak Zaenab, mbak santi dan mbak rahma pun tak ketinggalan dibikin surprise dengan berita pernikahan Tari.

Barakallahu laka wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin…

-- Yaa Allah, aku meminta berikan aku hati yg sungguh2 mencintaiMU, berikan aku tangan yg dengannya aku mampu berdoa untuknya, dan bila akhirnya kita bersatu.. kuharap kami berdua dapat mengatakan betapa “Maha Besarnya ENGKAU” ,karena telah memberikan padaku mutiara berharga yg akan menyempurnakan separuh agamaku dan memenuhi sunah RasulMU --

 Pesan yg ingin saya sampaikan cukup 1 kalimat : SABAR ITU BUAHNYA MANIS !

Barakallahufikum..
Wassalam,,,

=====**Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=161217670573555&id=137365446278178&ref=mf