Senin, 08 Agustus 2011

ZUHUD

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.�� (QS Al-Rahman: 26-27). Hakikat zuhud bukanlah meninggalkan dunia, namun tidak meletakkan hati padanya. Zuhud bukan menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang tinggi padanya.
Zuhud terdiri dari, zuhud yang terhadap yang haram dan zuhud terhadap segala urusan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk kebaikan hidup di akhirat.

Zuhud terhadap yang haram hukumnya wajib. O rang-orang beriman harus zuhud atau meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah. Bahkan sifat-sifat orang beriman, bukan hanya meninggalkan yang diharamkan, tetapi meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. Kualitas keimanan dan keislaman seseorang sangat terkait dengan kemampuannya dalam meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. Allah swt. berfirman, “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (Al-Mu’minun: 3). Rasulullah saw. bersabda, ”Diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi)

Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu:

Tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang.
Sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan.
Hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Apakah cinta Allah atau cinta dunia. Dan keduanya tidak dapat bersatu

Orang yang zuhud adalah orang beriman yang beramal shaleh di dunia, memakmurkan bumi, dan berbuat untuk kemaslahatan ummat, hati nya tidak tertipu pada dunia. Mereka beramal shaleh dengan tulus karena mengharapkan ridha Allah semata. Saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya baik itu berupa kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya, ia tidak tergoda dan tetap mengambil hanya seperlunya saja.

Objek yang dituju oleh hati ialah apa yang dipujanya (ma’bud), karena itulah dikatakan, apa saja yang lebih kita cintai melebihi cinta kita kepada Allah, maka apa yang kita cintai itu, akan menjadi Tuhan kita, dan kita akan menjadi budak dari apa yang kita inginkan/cintai. Kalau kita mencintai dunia, maka kecintaan kita pada dunia akan membuat kita jadi menurutkan hawa nafsu kita dalam berlomba mendapatkannya. Padahal Alah SWT telah mengingatkan kita semua dalam kitab suci Al Quran, bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan memerintahkan kita untuk berlaku zuhud akan kehidupan duniawi didalam banyak ayat seperti :

Perhatikan firman Allah SWT di surah Al Imran ayat 14-15 :
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa yang diingini,
yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.Itulah kesenangan hidup didunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik ( surga ) (14) Katakanlah :” Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertaqwa ( kepada Allah ) pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya . Dan ( mereka dikaruniai ) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Surat Ali Imran: 14-15).

Dan perhatikan juga firman-Nya di surah Al Ankabut ayat 64 :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Surat al-‘Ankabuut : 64).

Rasulullah SAW telah menganjurkan dalam banyak hadits untuk berlaku zuhud terhadap kehidupan dunia, seperti :

Rasulullah SAW bersabda :
“ Berlakukah engkau didalam kehidupan duniamu layaknya seorang asing atau seorang musafir dalam perjalananya “ (Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab ar-Riqaaq)

Rasulullah saw. Bersabda, ”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Dan Nabi SAW menganjurkan untuk senantiasa cenderung kepada kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat tersebut adalah kampung yang kekal, sementara kehidupan dunia jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, hanya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW : “ Demi Allah, kehidupan dunia jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya seumpama jika seseorang diantara kalian memasukkan ujung jari telunjuknya kedalam lautan, maka perhatikanlah tetesan yang kembali kedalam lautan tersebut “ (Diriwayatkan oleh Muslim didalam kitab al-Jannah, bab. Fanaa’u ad-Dunya wa bayaan al-Hasyr yaum al-Qiyamah).

Hadits diatas menerangkan, bahwa jika dibandingkan antara kehidupan dunia yang sangat singkat dan yang pasti punah, dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi, maka hanyalah seumpama setetes air yang menetes dari jari telunjuk, yang dijatuhkan ke lautan yang luas.

Dunia itu sendiri tidaklah teramat sangat tercela, sebab dunia adalah tempat bercocok tanam atau ladang akhirat. Akan tetapi, cinta pada dunia dan keterikatan kepadanya adalah sebuah rintangan

Diriwayatkan oleh Umar ibn “Auf, Nabi Muhammad saw bersabda : “Aku bersumpah demi Allah, bahwa aku tidak khawatir atas kemiskinanmu. Akan tetapi aku khawatir bahwa dunia terbentang luas dan terbuka bagimu, sebagaimana ia juga terbentang dan terbuka luas bagi orang-orang sebelummu. Engkau akan saling berlomba-lomba mengejarnya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang sebelummu. Dunia akan menghancurkanmu, sebagaimana ia juga telah menghancurkan orang-orang sebelummu”. (Bukhari Muslim)

Dengan memperhatikan sabda Nabi SAW diatas, cobalah kita tanyakanlah secara jujur pada diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang yang berlomba-lomba mengejar dunia? Hanya kita yang tahu jawabannya.
Pola hidup materialisme mendominasi kehidupan. Tolok ukur kesuksesan diukur dari sejauh mana berhasil meraup sebanyak-banyak materi, tanpa memperhatikan ukuran agama dan moral . Dengan ataupun tanpa kita sadari kita kadang terpana oleh gemerlapnya kehidupan dunia yang mengakibatkan (dengan atau tanpa kita sadari), kita telah diperbudak oleh hawa nafsu kita.

Contoh sederhananya, seperti kita cenderung ingin selalu menikmati kesenangan dan memenuhi berbagai macam keinginan duniawi kita. Apalagi bila orang-orang disekitar kita, lebih cenderung memilih gaya hidup dalam kemewahan, mengikuti trend, hingga kadang ada dari kita yang sering memaksakan diri mengikuti perbudakan hawa nafsu kita, agar kita tidak dibilang ketinggalan jaman dan supaya tidak kehilangan harga diri (gengsi) dihadapan teman-teman kita. Bagi kita yang tidak bisa hidup dalam kesederhanaan dan qanaah (merasa cukup dengan pemberian Allah), tentunya akan sangat sulit menolak berbagai keinginan duniawi yang memang sangat menggoda.

Biasanya manusia kalau sudah menginginkan sesuatu akan cenderung berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang diinginkannya. Dalam usaha yang dilakukannya, kadang manusia suka menempuh berbagai cara agar apa yang diinginkannya terwujud, walaupun sebenarnya dalam hati, ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan menjadikannya jauh dari Allah, tapi semua itu terkalahkan oleh keinginan memperturutkan hawa nafsunya. Seperti sering kita saksikan di televisi, dimana kasus korupsi terjadi dimana-mana, itu semua karena memperturutkan hawa nafsu dan tidak adanya kezuhudan.

Cinta dunia dan rakus terhadap harta adalah penyakit yang paling berbahaya. Segala bentuk kejahatan berawal dari kerakusan terhadap dunia dan pola hidup materialisme: perzinaan dan seks bebas, penjualan bayi, narkoba, perjudian, riba, korupsi, dan lain sebagainya. Karenanya, Rasulullah SAW. mengingatkan akan bahaya rakus terhadap harta, ”Tidaklah dua serigala lapar yang dikirim pada kambing melebihi bahayanya daripada kerakusan seseorang terhadap harta dan kedudukan.” (HR At-Tirmidzi)

Zuhud terhadap dunia, sangat diperlukan untuk mengatasi semua itu. Berikut sedikit cara agar kita bisa zuhud pada dunia :

1.Senantiasa mengingat kematian sebagai penghancur segala kesenangan duniawi,.
2.Membaca ayat-ayat Al Quran dan merenungkannya. Allah berfirman tentang berbagai kesenangan dalam kehidupan dunia yang sedikit (qalil) dan menggambarkan akhirat sebagai yang terbaik (khair) seperti dalam surah Al An’am (6) ayat 32: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?

3.Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi. Tujuan segenap ibadah ialah mengingat Allah dan hanya dengan terus menerus mengingat Allah (zikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta menyelamatkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini..
4.Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat-saat beribadah, kita lakukan dengancara tulus ikhlas sepenuh hati kepada-Nya. Insya Allah, Allah akan menganugerahkan kehidupan yang manis, bersih, bahagia dan baik

Dewi Yana
http://jalandakwahbersama.wordpress.com
http://dewiyana.cybermq.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar