Senin, 08 Agustus 2011

hikmah ujian

>>>.. Merenungi hikmah ujian .. >>>

Semua kejadian di muka bumi adalah atas kehendak dan kuasa Allah. Tidak satupun kejadian yang terlepas dari kendali-Nya. Daun kering yang tertiup angin, kemudian jatuh entah di mana, adalah atas kuasa dan dalam pantauan-Nya. Angin bertiup, awan berarak-arak, matahari bersinar, semuanya atas perintah dan kemauan-Nya. Semua adalah takdir dan iradahnya.



Cobaan atau ujian adalah rekayasa Ilahiyah untuk menyeleksi hamba-hamba-Nya. Cobaan diberikan oleh Allah dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bagi yang lulus akan naik derajat. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak lulus ada dua alternatif pilihan, yaitu tetap ditempat atau justru melorot jatuh ke derajat yang lebih rendah.


Dengan kata lain, tidak ada satupun manusia di muka bumi ini dibiarkan oleh Allah berlalu tanpa mendapatkan ujian. Apalagi bagi mereka yang telah mengaku sebagai orang yang beriman, maka pengakuan itu perlu pembuktian. Hanya melalui ujian yang datang silih berganti, seseorang dapat membuktikan keimanannya kepada Allah SWT. Dan Allah telah menegaskan dalam firman-Nya : ”Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, `Kami telah beriman,� sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-Ankabuut: 2)

Ujian yang diberikan kepada manusia itu beragam, ada yang langsung, ada yang tidak langsung. Ada yang mengenai dirinya, keluarganya, atau harta bendanya. Ada yang terasa berat, tapi ada pula yang ringan-ringan saja. Ada yang berupa kesengsaraan, tapi tidak sedikit yang berupa kenikmatan. Tergantung pada siapa yang akan diuji, dan tentu saja itu semua terserah pada keputusan Allah.

Yang penting bagi kita adalah perasaan dan sikap kita dalam menjalani ujian Sebaiknya kita selalu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Mempersiapkan mental dan keimanan kita, agar bila suatu waktu ujian datang menghampiri kita, kita telah siap. Karena ujian kenaikan tingkat, biasanya datang tanpa pemberitahuan dan tidak disangka-sangka datangnya. Kalau kita telah siap menerimanya, maka kita akan menjalani ujian itu dengan penuh semangat, tidak ada keluh-kesah, karena kita menyadari bahwa tiada ujian yang ringan, apalagi untuk ujian kenaikan tingkat.



Seharusnya kita bersemangat dan bergembira manakala menerima ujian dari Allah SWT. Karena hanya melalui ujian itu, tingkatan iman kita bisa meningkat. Semakin banyak ujian yang bisa kita lewati, berarti kesempatan untuk naik tingkat semakin besar. Itu artinya bahwa Allah mencintai kita, menginginkan agar kita naik tingkat secara cepat. Rasulullah saw bersabda : “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR Tirmidzi). .



Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan, jika Allah rindu kepada hamba yang dicintai-Nya, maka Dia akan memerintahkan kepada malaikat untuk mengirimkan sebuah paket hadiah berupa ujian. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman : “Pergilah kepada hamba-Ku, lalu timpakanlah berbagai ujian kepadanya, karena Aku ingin mendengarkan rintihannya.” (HR Thabrani dari Abu Umamah)



Rintihan hamba Allah yang mencintai dan dicintai Allah itu, tentu saja bukan berupa keluh-kesah, histeria, apalagi berupa umpatan. Rintihannya tidak lain berupa doa, dzikir, wirid, munajat dan taqarrub Ilallah. Rintihan semacam inilah yang selalu dirindukan oleh Allah SWT.



Cobaan atau ujian, tentu saja bertingkat sesuai dengan kualitas iman seseorang. Semakin tinggi tingkatannya, semakin berat pula ujiannya. Sebaliknya, bagi mereka yang imannya masih rendahan, tentu saja materi yang diujikan juga ringan. Dalam hal ini Rasulullah saw pernah menggambarkan tingkatan ujian itu Sebagai berikut : ”Tingkat berat - ringannya ujian, disesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri. Orang yang paling berat menerima ujian adalah para Nabi, kemudian orang yang lebih dekat derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji menurut tingkat ketaatan kepada agamanya. Jika ia sangat kukuh kuat dalam agamanya, diuji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikian bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan dimuka bumi tanpa dosa apapun.” (HR. Tirmidzi)



Semakin tinggi kita memanjat pohon, semakin banyak angin yang menerpa. Jika tidak hati-hati, bisa jatuh lagi ketanah, dan lebih sakit. Sama halnya dengan tingkat keimanan kita. Semakin tinggi tingkatnya, maka semakin banyak tantangan, semakin banyak cobaan dan ujian yang datang silih berganti. Jika kita sanggup menyelesaikannya, maka kedudukan kita menjadi lebih tinggi lagi.

Apakah sekarang ini Allah tengah menguji dan memberikan cobaan kepada kita? Jika ya, maka bersyukurlah. Jadikanlah cobaan itu sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan yang jauh lebih baik. .Jadikanlah ujian dan cobaan itu sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas iman. Jadikan cobaan itu sebagai alat untuk melebur dosa-dosa kita, sebab setiap cobaan yang diterima dengan lapang dada akan mendatangkan pahala dan menebus dosa.



Rasulullah saw bersabda: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

....sebuah sumber....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar