Diceritakan ada seorang anak yang menceritakan keluh kesah nya kepada sang ayah.
"Ayah , kenapa aku harus belajar dengan keras untuk mendapatkan nilai yang bagus? sedangkan teman-teman ku hanya dengan menyontek mereka bisa mendapatkan nilai bagus dengan sangat mudah.Ayah kenapa aku harus bekerja membersihkan rumah, sedangkan
teman-temanku tinggal menyuruh pembantu untuk membersihkannya.Ayah, teman-temanku bisa membeli sesuatu yang diinginkannya tanpa harus menabung, tidak seperti aku.Dan aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedangkan temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.Dan aku juga sangat capek, karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku.Aku capek ayah,aku capek menahan diri.Aku ingin seperti mereka.Mereka terlihat senang.Dan aku ingin bersikap seperti mereka ayah."
Sang anak mulai menangis.
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata,
"Anakku,ayo ikut ayah.Ayah akan menunjukan sesuatu kepadamu."
Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menelusuri sebuah jalan yang sangat jelek.Banyak duri, serangga , lumpur dan ilalang.Lalu sang anak pun mulai mengeluh.
"Ayah, mau kemana kita? aku tidak suka jalan ini.Lihat sepatuku, jadi kotor.Kakiku luka karena tertusuk duri, badanku dikelilingi oleh serangga , berjalan pun susah karena ada banyak ilalang.Aku benci jalan ini ayah."
Sang ayah hanya diam.Dan akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah.Airnya sangat jernih dan segar.Ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik dan pepohonan yang rindang.
"Waahh ! Tempat apa ini ayah? Aku suka tempat ini."
Sang ayah hanya diam dan duduk dibawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
"Kemarilah anakku! ayo duduk disamping ayah."
Ujar sang ayah.Lalu anaknya pun ikut duduk disamping ayahnya.
"Anakku, taukah kau mengapa tempat ini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah."
"Tidak tau ayah.Memangnya kenapa?"
"Itu karena orang-orang tidak mau menelusuri jalan yang jelek tadi.Padahal mereka tau ada telaga disini.Tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menelusuri jalan itu."
"Ohh, berarti kita orang yang sabar ya yah."
"Nah, akhirnya kau mengerti.", kata sang ayah.
" Mengerti apa? aku tidak mengerti." , kata sang anak.Kemudian sang ayah berkata,
"Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik , butuh kesabaran dalam kejujuran dan butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kebenaran seperti jalan yang tadi.Bukankah kau harus sabar saat duri melukai kakimu.Dan kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu.Kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga.Dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah.Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa-apa anakku.Oleh karena itu bersabarlah."
"Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar." , kata sang anak.
"Aku tau! Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat.Begitu pula hidup.Ada ayah dan ibu yang akan terus berada disampingmu agar saat kau jatuh , kami bisa mengangkatmu.Tapi ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu dikala kau jatuh.Suatu saat nanti kau harus bisa berdiri sendiri.Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain.Jadilah dirimu sendiri.Seorang pemuda yang kuat, yang tetap tabah karena kau tau ada Tuhan disampingmu.Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan, menyusuri kehidupan, saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang."
mashaallah
BalasHapus