Ketika aku tiba di rumah, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku pegang tangannya dan berkata, “Aku ingin cerai.” Dia bertanya dengan lembut, “Mengapa?” Aku tidak menjawab . Inilah yang membuat istriku marah. Aku tidak bisa menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi. Aku sudah jatuh cinta pada wanita lain. Aku sudah tidak mencintai istriku lagi! Hari itu, dia membuat usulan surat cerai dengan beberapa persyaratan. Dia tidak minta harta apapun, dia hanya membutuhkan waktu satu bulan sebelum bercerai. Dalam satu bulan itu kami harus mencoba hidup senormal mungkin. Dia memintaku untuk coba mengingat bagaimana rasanya aku menggendong dia di hari pernikahan kami. Dan dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan penuh, keluar dari ranjang sampai ke pintu depan - setiap pagi sebelum berangkat kerja. Kupikir ini rada tidak normal, namun karena ingin agar perpisahan ini segera beres, aku menyetujui persyaratan aneh ini. Sejak perbincangan mengenai perpisahan itu, aku dan istriku sudah tidak pernah bersentuhan sama sekali. Jadi ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami berdua jadi kikuk. Anakku bertepuk tangan gembira di belakang, “Papa mesra sekali dengan mama,” kata anakku. Di hari ke empat aku menggendongnya, aku mulai merasakan ada kedekatan itu kembali. Wanita inilah yang sudah memberikan diri dan hidupnya kepadaku selama sepuluh tahun. Pada hari ke lima dan ke enam rasa kedekatan itu semakin kuat. Tidak terasa sudah hampir sebulan aku menggendong dia, rasanya tidak lagi berat dan tidak membuatku marah lagi. Di hari terakhir dari sebulan yang sudah disepakati, ketika aku menggendongnya, aku hampir tidak bisa melangkah. Aku perhatikan kehidupan pernikahan kami kekurangan keakraban. Aku segera berangkat kekantor dan mampir menemui wanita calon istriku yang baru dan berkata kepadanya, “Aku minta naaf, aku tidak mau menceraikan istriku. Kehidupan pernikahan kami memang pernah membosankan. Ini mungkin karena kami berdua kurang menghargai hal-hal yang penting didalamnya. Jadi bukan karena kami sudah tidak saling mencintai. Sekarang aku sadar, sewaktu aku menggendong istriku di hari pernikahan, aku punya komitmen untuk menggendongnya sampai maut memisahkan kami berdua.” Setelah itu aku segera pulang dan mampir di toko bunga. Sambil tersenyum, aku menulis, “Aku akan tetap menggendongmu setiap pagi sampai maut memisahkan kita. I love you.” Asal kita tidak menyerah, kasih Allah yang mempersatukan pernikahan tidak akan pernah gagal. Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dewi berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis." Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku. Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan? " Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya. Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut,"kenapa?" "Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!". Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew. Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi. Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?" Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu." Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis. Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana." Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar. Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini. Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong mama keluar" Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih. Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampaikita tua". Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra". Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. "Kamu tidak demam". Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu" Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua. .
Oleh : fanspage HALALKAN AKU AYAH
Sabtu, 24 Desember 2011
Panduan MEMILIH PASANGAN HIDUP
Akibat salah dalam memilih pasangan hidup, banyak pasangan suami istri yang menghadapi kesulitan dan hidupnya malah tidak bahagia, bahkan perceraian dan gonta ganti pasangan menjadi sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Dewasa ini, begitu banyak kasus pertikaian di dalam sebuah keluarga, dari sekedar konflik yang berbentuk pertengkaran mulut sampai dengan penganiayaan fisik bahkan pembunuhan, yang disebabkan oleh kesalahan langkah awal dalam membentuk rumah tangga.
Iklim pergaulan di masyarakat kita yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama. Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan orang yang dicinta.
Apabila pernikahan terjadi hanya lantaran dorongan 'nafsu' semacam itu, maka wajarlah jika banyak pasangan yang bertikai merasa kesulitan menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka secara Islami, lantaran proses pernikahan mereka terjadi begitu saja secara naluriah, tanpa ada landasan nilai-nilai ke-Islaman yang mengawali. Lalu bagaimana mungkin akan kembali kepada Qur’an dan Sunnah, sedangkan mereka dahulunya tidak berangkat dari keduanya? Maka memilih pasangan hidup atas dasar nilai-nilai Islam adalah sikap yang penting, dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup menjadi suatu keharusan bagi kita, camkanlah nasehat Luqman Al Hakim berikut ini:
“Wahai anakku, takutlah terhadap wanita jahat karena dia membuat engkau beruban sebelum masanya. Dan takutlah wanita yang tidak baik karena mereka mengajak kamu kepada yang tidak baik, dan hendaklah kamu berhati-hati mencari yang baik dari mereka.”
Begitu pula untuk Wanita berhati-hatilah dalam mencari pasangan siapa yang harus kita pilih? Islam telah mengajarkan dengan cermat atas dasar apa kita harus memilih pasangan hidup kita:
“Dinikahi wanita atas dasar empat perkara: karena hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya, dan k arena agamanya. Barangsiapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia.” (HR. al Bukhari dan Muslim)
Maka jelaslah bagi kita bahwa ada empat dasar dalam menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi pasangan hidup kita, yakni kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama. Dan di antara semuanya, maka akhlak dan agama menjadi jaminan kedamaian dan kebahagiaan, sebaliknya pengabaian bahkan pengingkaran terhadap masalah ini akan menyebabkan fitnah dan kerusakan yang besar bagi para pelakunya. Alangkah indahnya memang bila kesemuanya terkumpul pada diri seseorang hamba Allah.
Pilih yang Taqwa, baru yang lain
Yang pertama adalah perihal kekayaan
Hal ini memang utama, bahkan Rasullah saw adalah seorang dermawan yang paling banyak sedekahnya, tetapi pernikahan bukanlah sekedar transaksi perdagangan semata, bahkan Allah mengancam mereka yang menikah semata-mata karena mengharapkan kekayaan dengan kefakiran:
”Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kefakiran..” (HR. Ibnu Hibban).
Yang kedua adalah keelokan
Hal ini juga memang boleh-boleh saja dan menyukai keelokan memang fitrah manusia, bahkan Allah sendiri indah dan menyukai keindahan, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kesenangan mata belaka. Sesungguhnya keelokan merupakan karunia Allah kepada hamba-Nya, yang kelak pasti akan diambil-Nya secara perlahan dengan bertambahnya usia sang hamba. Karena memang tidak ada keelokan yang berkekalan di dunia yang fana ini.
“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (HR. Ibnu Majah).
Dan ketiga adalah keturunan,
Demikian pula hal ini juga sesuatu yang utama, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kebanggaan silsilah yang justru bias membawa kepada penyakit ‘ashobiyah’. Bahkan Allah mengancam mereka yang menikahi seseorang hanya untuk mengejar keturunan, dengan memberikan kerendahan bukan kemuliaan.
“Barangsiapa yang menikahi wanita karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan…” (HR. Ibnu Hibban)
Terakhir yang keempat adalah akhlak dan agama,
Inilah faktor yang paling utama, yang tidak boleh tidak, harus ada pada calon pasangan hidup kita. Semakin baik akhlak dan agama seseorang, maka seakan-akan semakin jelaslah kebahagiaan sebuah rumah tangga telah terbentang dihadapan kita. Akhlak dan agama disini bukanlah sebatas ilmu dan retorika atau banyaknya hapalan di kepala, melainkan mencakup ucapan dan perbuatan sebagai cerminan dari hati seseorang yang telah melekat dalam kepribadiannya, dan inilah TAQWA yang sebenarnya!.
Betapa beruntungnya menikah dengan hamba yang bertaqwa, karena ia pandai menghormati pasangan hidupnya dan sangat berhati-hati dari menzhaliminya, sebagaimana jawaban Hasan bin Ali ketika ada seseorang yang bertanya. “Aku mempunyai anak gadis, menurutmu kepada siapa aku harus menikahkannya?” Maka Hasan menjawab.” Nikahkanlah ia dengan lelaki yang bertaqwa kepada Allah. Jika lelaki itu mencintainya, maka ia akan menghormatinya, dan jika marah maka ia tidak akan menzhaliminya.
Dan sebaliknya penolakan terhadap lelaki atau wanita yang bertaqwa, bagaikan menolak kebaikan dan menggantinya dengan kerusakan. Simaklah kedua hadits berikut ini:
“Jika datang seorang laki-laki kepadamu (untuk melamar), sedang kau tahu ia baik akhlak dan agamanya lalu kau tolak, maka jadilah fitnah buatmu dan kerusakan yang besar,” (HR. Ibnu Majah)
“Apabila telah datang kepadamu seorang wanita yang agama dan akhlaknya baik maka nikahilah dia. Jika engkau menikahi wanita bukan atas dasar agama dan akhlak, maka wanita itu akan menjadi fitnah dan menimbulkan kerusakan luas.” (HR. At Tirmidzi).
Akhirnya pernikahan yang ideal sesungguhnya merupakan keseimbangan dari semua faktor tersebut, dengan akhlak dan agama sebagai parameter yang paling penting, karena itu dalam memilih pasangan hidup, jangan sampai niatan kita hanya sekedar mencari kecantikan atau keturunan atau harta saja dengan meninggalkan kriteria taqwa, sehingga tidak ada keberkahan yang akan kita dapatkan dalam rumah tangga kita kelak.
“Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kafakiran. Barangsiapa yang mengawini wanita karena untuk memejamkan pandangannya, menjaga kemaluannya serta menjalin tali persaudaraan, niscaya Allah memberkahinya.” (HR. Ibnu Hibban).By.M.I
Dewasa ini, begitu banyak kasus pertikaian di dalam sebuah keluarga, dari sekedar konflik yang berbentuk pertengkaran mulut sampai dengan penganiayaan fisik bahkan pembunuhan, yang disebabkan oleh kesalahan langkah awal dalam membentuk rumah tangga.
Iklim pergaulan di masyarakat kita yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama. Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan orang yang dicinta.
Apabila pernikahan terjadi hanya lantaran dorongan 'nafsu' semacam itu, maka wajarlah jika banyak pasangan yang bertikai merasa kesulitan menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka secara Islami, lantaran proses pernikahan mereka terjadi begitu saja secara naluriah, tanpa ada landasan nilai-nilai ke-Islaman yang mengawali. Lalu bagaimana mungkin akan kembali kepada Qur’an dan Sunnah, sedangkan mereka dahulunya tidak berangkat dari keduanya? Maka memilih pasangan hidup atas dasar nilai-nilai Islam adalah sikap yang penting, dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup menjadi suatu keharusan bagi kita, camkanlah nasehat Luqman Al Hakim berikut ini:
“Wahai anakku, takutlah terhadap wanita jahat karena dia membuat engkau beruban sebelum masanya. Dan takutlah wanita yang tidak baik karena mereka mengajak kamu kepada yang tidak baik, dan hendaklah kamu berhati-hati mencari yang baik dari mereka.”
Begitu pula untuk Wanita berhati-hatilah dalam mencari pasangan siapa yang harus kita pilih? Islam telah mengajarkan dengan cermat atas dasar apa kita harus memilih pasangan hidup kita:
“Dinikahi wanita atas dasar empat perkara: karena hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya, dan k arena agamanya. Barangsiapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia.” (HR. al Bukhari dan Muslim)
Maka jelaslah bagi kita bahwa ada empat dasar dalam menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi pasangan hidup kita, yakni kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama. Dan di antara semuanya, maka akhlak dan agama menjadi jaminan kedamaian dan kebahagiaan, sebaliknya pengabaian bahkan pengingkaran terhadap masalah ini akan menyebabkan fitnah dan kerusakan yang besar bagi para pelakunya. Alangkah indahnya memang bila kesemuanya terkumpul pada diri seseorang hamba Allah.
Pilih yang Taqwa, baru yang lain
Yang pertama adalah perihal kekayaan
Hal ini memang utama, bahkan Rasullah saw adalah seorang dermawan yang paling banyak sedekahnya, tetapi pernikahan bukanlah sekedar transaksi perdagangan semata, bahkan Allah mengancam mereka yang menikah semata-mata karena mengharapkan kekayaan dengan kefakiran:
”Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kefakiran..” (HR. Ibnu Hibban).
Yang kedua adalah keelokan
Hal ini juga memang boleh-boleh saja dan menyukai keelokan memang fitrah manusia, bahkan Allah sendiri indah dan menyukai keindahan, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kesenangan mata belaka. Sesungguhnya keelokan merupakan karunia Allah kepada hamba-Nya, yang kelak pasti akan diambil-Nya secara perlahan dengan bertambahnya usia sang hamba. Karena memang tidak ada keelokan yang berkekalan di dunia yang fana ini.
“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (HR. Ibnu Majah).
Dan ketiga adalah keturunan,
Demikian pula hal ini juga sesuatu yang utama, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kebanggaan silsilah yang justru bias membawa kepada penyakit ‘ashobiyah’. Bahkan Allah mengancam mereka yang menikahi seseorang hanya untuk mengejar keturunan, dengan memberikan kerendahan bukan kemuliaan.
“Barangsiapa yang menikahi wanita karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan…” (HR. Ibnu Hibban)
Terakhir yang keempat adalah akhlak dan agama,
Inilah faktor yang paling utama, yang tidak boleh tidak, harus ada pada calon pasangan hidup kita. Semakin baik akhlak dan agama seseorang, maka seakan-akan semakin jelaslah kebahagiaan sebuah rumah tangga telah terbentang dihadapan kita. Akhlak dan agama disini bukanlah sebatas ilmu dan retorika atau banyaknya hapalan di kepala, melainkan mencakup ucapan dan perbuatan sebagai cerminan dari hati seseorang yang telah melekat dalam kepribadiannya, dan inilah TAQWA yang sebenarnya!.
Betapa beruntungnya menikah dengan hamba yang bertaqwa, karena ia pandai menghormati pasangan hidupnya dan sangat berhati-hati dari menzhaliminya, sebagaimana jawaban Hasan bin Ali ketika ada seseorang yang bertanya. “Aku mempunyai anak gadis, menurutmu kepada siapa aku harus menikahkannya?” Maka Hasan menjawab.” Nikahkanlah ia dengan lelaki yang bertaqwa kepada Allah. Jika lelaki itu mencintainya, maka ia akan menghormatinya, dan jika marah maka ia tidak akan menzhaliminya.
Dan sebaliknya penolakan terhadap lelaki atau wanita yang bertaqwa, bagaikan menolak kebaikan dan menggantinya dengan kerusakan. Simaklah kedua hadits berikut ini:
“Jika datang seorang laki-laki kepadamu (untuk melamar), sedang kau tahu ia baik akhlak dan agamanya lalu kau tolak, maka jadilah fitnah buatmu dan kerusakan yang besar,” (HR. Ibnu Majah)
“Apabila telah datang kepadamu seorang wanita yang agama dan akhlaknya baik maka nikahilah dia. Jika engkau menikahi wanita bukan atas dasar agama dan akhlak, maka wanita itu akan menjadi fitnah dan menimbulkan kerusakan luas.” (HR. At Tirmidzi).
Akhirnya pernikahan yang ideal sesungguhnya merupakan keseimbangan dari semua faktor tersebut, dengan akhlak dan agama sebagai parameter yang paling penting, karena itu dalam memilih pasangan hidup, jangan sampai niatan kita hanya sekedar mencari kecantikan atau keturunan atau harta saja dengan meninggalkan kriteria taqwa, sehingga tidak ada keberkahan yang akan kita dapatkan dalam rumah tangga kita kelak.
“Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kafakiran. Barangsiapa yang mengawini wanita karena untuk memejamkan pandangannya, menjaga kemaluannya serta menjalin tali persaudaraan, niscaya Allah memberkahinya.” (HR. Ibnu Hibban).By.M.I
Menerima Apa Adanya
"Cowokmu itu kan tukang mabok ,kok kamu mau sih sama dia?
Aku mencintainya , aku mau menerima dia apa adanya"
"Cowokmu kan punya masa lalu kelam, dan sampai sekarnag tidak ada tanda-tanda perubahan yang berarti darinya, kok kamu mau aja sih?
Biarin, yang penting aku cinta.. aku bakal nerima diia apa adanya.
Bla..Bla.. Bla... segala bentuk kejelekan-kejelekan lain yang jika kita memakai otak orang waras pasti tidak akan meliriknya apalagi memilihnya, lHo kok? Iya.. orang kalo gak lagi kasmaran kan otaknya waras karena mampu berfikir logis, lain halnya dengan orang yang lagi kasamaran, karena hatinya udah di penuhi virus cinta otaknya jadi gak berfungsi normal, karena otaknya berada di bawah aba-aba cinta, cinta nyuruh apaan juga dia nurut aja, cinta melakukan kesalahan juga di anggap bener aja, bener kan??? Hayoo yang udah pernah kejangkit virus itu pasti ngerasa ^_^ uPSsss,, Cinta apa nafsu nieh??
Orang yang otaknya waras alias tidak sedang jatuh cinta pasti bisa berfikir logis, orang yang punya tabiat jelek tentu saja tidak pantas untuk dipilih, itu baru dari segi penilaian masyarakat, apa lagi kalo udah di nilai pake pertimbangan Islam, pasti lebih jauh lagi pembahasannya.
Begini ya kawan, memang benar katanya jodoh itu telah Allah tulis di Lauh Mahfuz, Namun kita sebagai manusia tetap wajib berusaha melakukan yang terbaik dan memilih yang terbaik bukan?? soal hasil mah terserah Allah saja yang penting kita gak pasrah pada keadaan. Inget lho.. Usaha kita itu pasti bakal di itung sama Allah, kalo usahanya baik pasti di balas kebaikan, sedangkan jika usahanya malah lewat jalan kemaksiatan, udah pasti bakal di balas adzab yang pedih, Na'udzubillah.
Nah.. Ingat Nasihat Rasulullah yang menyuruh kita memilih pendamping yang baik agamanya agar kita BERUNTUNG. Nah.. Kalo kita mau beruntung katanya ukhty, Jadi kalo kia milih pendamping yang di luar dari pesan Rasulullah itu kemungkinan besar kita bakal menjadi manusia yang merugi,mau?? "Mau aja wong saya cinta ,saya mau menerima dia apa adanya". Hadeuuuh... Nie anak susah bener di ingetinnya ^_^
Iya deh.. Kalo CiNTA sudah melekat Maksiat memang terasa coklat, Penasihat di anggap tukang menghujat.
Kalo sekarang hatimu telah memutuskan untuk menerima lelaki pilihanmu apa adanya, kamu juga harus mempersiapkan hatimu untuk hal terburuk ketika kamu telah menikahinya. Bukan hanya sampai disitu.. Kamu juga harus siap mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan Allah Ta'ala kelak, dari mulai proses kamu mengenalnya, mendekatinya, menjalin asmara dengannya, dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepadanya.
Jika setelah menikah dia melukai dan mengecewakanmu dengan semua sifat jeleknya yang dulu kamu terima apa adanya ketika memutuskan menerima dia sebagai kepala keluarga, kamu tidak pantas untuk mengeluh, tidak pantas untuk menangis, bahkan TIDAK PANTAS menyalahkan Allah..
Allah sudah memperingatkan Jika kau ingin medapatkan yang baik maka jadilah yang baik. karena yang baik hanya untuk yang baik.
Rasulullah pun telah berpesan, jika kamu ingin beruntung pilihlah yang baik agamanya. Tapi kamu tetap kekeuh dengan pilihanmu, ya silahkan.. Itu pilihan kamu sendiri.
Katakanlah : "Wahai manusia sesungguhnya telah datang kebenaran Al-Qur'an dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (Allah) memberi petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tersesat, maka sesungguhnya ia hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan Aku bukan penjaga atas dirimu". (QS.10:18).
Hidup itu Pilihan, Pilihlah yang Terbaik.
Created by : Ameera 'Afya' Nurjannah
Aku mencintainya , aku mau menerima dia apa adanya"
"Cowokmu kan punya masa lalu kelam, dan sampai sekarnag tidak ada tanda-tanda perubahan yang berarti darinya, kok kamu mau aja sih?
Biarin, yang penting aku cinta.. aku bakal nerima diia apa adanya.
Bla..Bla.. Bla... segala bentuk kejelekan-kejelekan lain yang jika kita memakai otak orang waras pasti tidak akan meliriknya apalagi memilihnya, lHo kok? Iya.. orang kalo gak lagi kasmaran kan otaknya waras karena mampu berfikir logis, lain halnya dengan orang yang lagi kasamaran, karena hatinya udah di penuhi virus cinta otaknya jadi gak berfungsi normal, karena otaknya berada di bawah aba-aba cinta, cinta nyuruh apaan juga dia nurut aja, cinta melakukan kesalahan juga di anggap bener aja, bener kan??? Hayoo yang udah pernah kejangkit virus itu pasti ngerasa ^_^ uPSsss,, Cinta apa nafsu nieh??
Orang yang otaknya waras alias tidak sedang jatuh cinta pasti bisa berfikir logis, orang yang punya tabiat jelek tentu saja tidak pantas untuk dipilih, itu baru dari segi penilaian masyarakat, apa lagi kalo udah di nilai pake pertimbangan Islam, pasti lebih jauh lagi pembahasannya.
Begini ya kawan, memang benar katanya jodoh itu telah Allah tulis di Lauh Mahfuz, Namun kita sebagai manusia tetap wajib berusaha melakukan yang terbaik dan memilih yang terbaik bukan?? soal hasil mah terserah Allah saja yang penting kita gak pasrah pada keadaan. Inget lho.. Usaha kita itu pasti bakal di itung sama Allah, kalo usahanya baik pasti di balas kebaikan, sedangkan jika usahanya malah lewat jalan kemaksiatan, udah pasti bakal di balas adzab yang pedih, Na'udzubillah.
Nah.. Ingat Nasihat Rasulullah yang menyuruh kita memilih pendamping yang baik agamanya agar kita BERUNTUNG. Nah.. Kalo kita mau beruntung katanya ukhty, Jadi kalo kia milih pendamping yang di luar dari pesan Rasulullah itu kemungkinan besar kita bakal menjadi manusia yang merugi,mau?? "Mau aja wong saya cinta ,saya mau menerima dia apa adanya". Hadeuuuh... Nie anak susah bener di ingetinnya ^_^
Iya deh.. Kalo CiNTA sudah melekat Maksiat memang terasa coklat, Penasihat di anggap tukang menghujat.
Kalo sekarang hatimu telah memutuskan untuk menerima lelaki pilihanmu apa adanya, kamu juga harus mempersiapkan hatimu untuk hal terburuk ketika kamu telah menikahinya. Bukan hanya sampai disitu.. Kamu juga harus siap mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan Allah Ta'ala kelak, dari mulai proses kamu mengenalnya, mendekatinya, menjalin asmara dengannya, dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepadanya.
Jika setelah menikah dia melukai dan mengecewakanmu dengan semua sifat jeleknya yang dulu kamu terima apa adanya ketika memutuskan menerima dia sebagai kepala keluarga, kamu tidak pantas untuk mengeluh, tidak pantas untuk menangis, bahkan TIDAK PANTAS menyalahkan Allah..
Allah sudah memperingatkan Jika kau ingin medapatkan yang baik maka jadilah yang baik. karena yang baik hanya untuk yang baik.
Rasulullah pun telah berpesan, jika kamu ingin beruntung pilihlah yang baik agamanya. Tapi kamu tetap kekeuh dengan pilihanmu, ya silahkan.. Itu pilihan kamu sendiri.
Katakanlah : "Wahai manusia sesungguhnya telah datang kebenaran Al-Qur'an dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (Allah) memberi petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tersesat, maka sesungguhnya ia hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan Aku bukan penjaga atas dirimu". (QS.10:18).
Hidup itu Pilihan, Pilihlah yang Terbaik.
Created by : Ameera 'Afya' Nurjannah
JODOH Antara TAKDIR dan PILIHAN
Pernahkah kita bertanya jodoh itu takdir yang sudah di gariskan ??? atau Pilihan??
Jika jodoh itu takdir, kenapa Rasulullah menyuruh kita memilih? Namun jika jodoh itu pilihan, kenapa kita tidak dapat bersatu dengan orang yang kita pilih jika takdir tidak menggariskan??
Serumit itukah masalah jodoh jika terus di pertanyakan??
Katanya jodoh adalah seseorang yang sudah tertulis namanya di Lauh Mahfuz jauh sebelum kita di ciptakan yang akan di takdirkan menjadi pendamping hidup kita.
Tapi ada juga yang bilang bahwa jodoh itu bisa berubah seiring perubahan yang terjadi pada akhlak kita.
Seperti halnya rizki yang sudah di tuliskan di Lauh Mahfuz sana, jodoh juga harus di usahakan dengan ikhtiar dan do'a ,di cari dengan jalan halal. Karena seperti halnya rizki yang harus kita cari dengan pekerjaan halal agar rizki yang kita dapat itu membawa keberkahan untuk hidup kita, begitu pula jodoh.. Jika ingin beruntung dan bahagia.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi” (HR Bukhari dan Muslim).
Begitupun kita sebagai wanita, ketika kita hendak menerima atau memilih calon suami. Kita pun harus melihat agamanya ( ketaqwaannya) , agar dia bisa membimbing kita dan menjadi imam yang baik . Lalu bagaimana dengan mereka yang bercerai? Katanya itu berarti jodoh mereka telah habis.
Dari sini aku mulai berfikir, otakku berputar mencari jawaban. Karena semakin kita mempertanyakan rahasia Allah. Hanya kan membuat kita semakin bingung.
Kesimpulan itu adalah:
Kita tetap di wajibkan "MEMILIH" karena Rasulullah menyuruh kita memilih kalau kita mau bahagia dan beruntung. dengan kriteria utama yang baik agamanya tentunya. Masalah dia berjodoh atau tidak dengan kita biarkan takdir yang memainkan peranannya. Tugas kita hanya berdo'a memohon yang terbaik dan berusaha melakukan yang baik sesuai pesan Rasulullah.
Rasulullah telah memberi petunjuk dan nasihat memilih pasangan hidup kepada kita. Jika setelah tahu kita tetap memilih yang berlawanan karena mengedepankan nafsu dan ego saja. Itu berarti kita telah memilih sendiri jalan hidup kita yang berlawanan dengan apa yang sudah Rasulullah anjurkan. Jadi jangan salahkan takdir, jangan salahkan Allah jika kamu terjebak ke dalam jalan kerugian. Karena kamu sendiri yang memilih.
Bukankah Allah sudah memperingatkan.. Rasulullah pun sudah berpesan. Kita sendiri yang menentukan pilihan, walaupun hasil akhirnya tetap ada di tangan Tuhan, apakah mempersatukan dengan orang pilihan kita meskipun kita salah jalan , atau justru menggagalkan.
Jika Allah menyatukan jangan berbangga dan merasa benar dulu, belum tentu Allah meridhai pilihan kita tadi bukan? Karena Allah hanya akan meridhai yang baik-baik saja. Tapi karena kasih-Nya, Dia mengabulkan apa yang kita usahakan, Dia mengizinkan semua itu terjadi, namun aku yakin di balik kehendak-Nya tadi, Allah pasti berkata..
"Inikah maumu? Inikah yang membuatmu bahagia? Inikah yang kau pilih? maka Aku izinkan semua maumu ini terjadi.. Namun kau juga harus mempertanggung jawabkan semua ini di akhirat nanti"
Di dunia Allah masih menyayangi semua hamba-Nya. baik itu yang bertaqwa maupun yang durhaka... Semua mempunyai hak yang sama. Tapi di akhirat? Jangan harap... Allah hanya kan mencintai hamba-Nya yang bertaqwa di dunia bukan yang selalu mendurhakai-Nya.
Jangan selalu menyalahkan takdir ,apalagi menyalahkan Allah. Karena pada dasarnya kita punya bagian besar dalam menentukan jalan hidup kita. Bukankah kita sendiri yang memilih menjadi orang baik atau menjadi orang jahat? menjadi orang Jujur atau pendusta? menjadi oarng bertaqwa atau durhaka?
Jadi sekarang mau pilih mana?
Pilihan Rasulullah? atau Pilihan nafsu kita?
Beruntung atau merugi?
Ta'aruf atau pacaran?
Menyerah pada nasib atau berusaha memperbaiki nasib?
Menyerah pada cinta atau menyerahkan cinta ada-Nya?
Jangan selalu menjadi manusia yang pandai menyalahkan orang lain atas hal buruk yang terjadi dalam hidup kita , apalagi sampai menyalahkan Allah. Kita semua di anugerahi akal untuk berfikir, untuk menimbang apa saja kemashlahatan dan kemudharatan yang akan kita tanggung ketika kita hendak memilih atau melangakah.
So.. Awali dengan cara Islam, jalani dengan aturan Islam .. Semoga kita mendapat akhir yang tentram. So.. Jodoh RAHASIA ALLAH. Kita sebagai hamba hanya bisa mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya agar bisa mencapai puncak keberuntungan. Ikhtiar dan do'a janganlah lupa .. dan tetap menjadikan pesan Rasulullah sebagai kriteria utama memilih dan menerima calon pendamping kita. Karena kehidupan tidak akan berakhir hanya di dunia. Ada kehidupan setelah ini yang lebih abadi, dan apa yang kita kerjakan di dunia inilah iyang menjdi penentu kebahagiaan kita di akhirat kelak.
Wallahu'alam Bi Shawab.
Written by : Ameera 'Afya' Nurjannah.
Jika jodoh itu takdir, kenapa Rasulullah menyuruh kita memilih? Namun jika jodoh itu pilihan, kenapa kita tidak dapat bersatu dengan orang yang kita pilih jika takdir tidak menggariskan??
Serumit itukah masalah jodoh jika terus di pertanyakan??
Katanya jodoh adalah seseorang yang sudah tertulis namanya di Lauh Mahfuz jauh sebelum kita di ciptakan yang akan di takdirkan menjadi pendamping hidup kita.
Tapi ada juga yang bilang bahwa jodoh itu bisa berubah seiring perubahan yang terjadi pada akhlak kita.
Seperti halnya rizki yang sudah di tuliskan di Lauh Mahfuz sana, jodoh juga harus di usahakan dengan ikhtiar dan do'a ,di cari dengan jalan halal. Karena seperti halnya rizki yang harus kita cari dengan pekerjaan halal agar rizki yang kita dapat itu membawa keberkahan untuk hidup kita, begitu pula jodoh.. Jika ingin beruntung dan bahagia.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi” (HR Bukhari dan Muslim).
Begitupun kita sebagai wanita, ketika kita hendak menerima atau memilih calon suami. Kita pun harus melihat agamanya ( ketaqwaannya) , agar dia bisa membimbing kita dan menjadi imam yang baik . Lalu bagaimana dengan mereka yang bercerai? Katanya itu berarti jodoh mereka telah habis.
Dari sini aku mulai berfikir, otakku berputar mencari jawaban. Karena semakin kita mempertanyakan rahasia Allah. Hanya kan membuat kita semakin bingung.
Kesimpulan itu adalah:
Kita tetap di wajibkan "MEMILIH" karena Rasulullah menyuruh kita memilih kalau kita mau bahagia dan beruntung. dengan kriteria utama yang baik agamanya tentunya. Masalah dia berjodoh atau tidak dengan kita biarkan takdir yang memainkan peranannya. Tugas kita hanya berdo'a memohon yang terbaik dan berusaha melakukan yang baik sesuai pesan Rasulullah.
Rasulullah telah memberi petunjuk dan nasihat memilih pasangan hidup kepada kita. Jika setelah tahu kita tetap memilih yang berlawanan karena mengedepankan nafsu dan ego saja. Itu berarti kita telah memilih sendiri jalan hidup kita yang berlawanan dengan apa yang sudah Rasulullah anjurkan. Jadi jangan salahkan takdir, jangan salahkan Allah jika kamu terjebak ke dalam jalan kerugian. Karena kamu sendiri yang memilih.
Bukankah Allah sudah memperingatkan.. Rasulullah pun sudah berpesan. Kita sendiri yang menentukan pilihan, walaupun hasil akhirnya tetap ada di tangan Tuhan, apakah mempersatukan dengan orang pilihan kita meskipun kita salah jalan , atau justru menggagalkan.
Jika Allah menyatukan jangan berbangga dan merasa benar dulu, belum tentu Allah meridhai pilihan kita tadi bukan? Karena Allah hanya akan meridhai yang baik-baik saja. Tapi karena kasih-Nya, Dia mengabulkan apa yang kita usahakan, Dia mengizinkan semua itu terjadi, namun aku yakin di balik kehendak-Nya tadi, Allah pasti berkata..
"Inikah maumu? Inikah yang membuatmu bahagia? Inikah yang kau pilih? maka Aku izinkan semua maumu ini terjadi.. Namun kau juga harus mempertanggung jawabkan semua ini di akhirat nanti"
Di dunia Allah masih menyayangi semua hamba-Nya. baik itu yang bertaqwa maupun yang durhaka... Semua mempunyai hak yang sama. Tapi di akhirat? Jangan harap... Allah hanya kan mencintai hamba-Nya yang bertaqwa di dunia bukan yang selalu mendurhakai-Nya.
Jangan selalu menyalahkan takdir ,apalagi menyalahkan Allah. Karena pada dasarnya kita punya bagian besar dalam menentukan jalan hidup kita. Bukankah kita sendiri yang memilih menjadi orang baik atau menjadi orang jahat? menjadi orang Jujur atau pendusta? menjadi oarng bertaqwa atau durhaka?
Jadi sekarang mau pilih mana?
Pilihan Rasulullah? atau Pilihan nafsu kita?
Beruntung atau merugi?
Ta'aruf atau pacaran?
Menyerah pada nasib atau berusaha memperbaiki nasib?
Menyerah pada cinta atau menyerahkan cinta ada-Nya?
Jangan selalu menjadi manusia yang pandai menyalahkan orang lain atas hal buruk yang terjadi dalam hidup kita , apalagi sampai menyalahkan Allah. Kita semua di anugerahi akal untuk berfikir, untuk menimbang apa saja kemashlahatan dan kemudharatan yang akan kita tanggung ketika kita hendak memilih atau melangakah.
So.. Awali dengan cara Islam, jalani dengan aturan Islam .. Semoga kita mendapat akhir yang tentram. So.. Jodoh RAHASIA ALLAH. Kita sebagai hamba hanya bisa mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya agar bisa mencapai puncak keberuntungan. Ikhtiar dan do'a janganlah lupa .. dan tetap menjadikan pesan Rasulullah sebagai kriteria utama memilih dan menerima calon pendamping kita. Karena kehidupan tidak akan berakhir hanya di dunia. Ada kehidupan setelah ini yang lebih abadi, dan apa yang kita kerjakan di dunia inilah iyang menjdi penentu kebahagiaan kita di akhirat kelak.
Wallahu'alam Bi Shawab.
Written by : Ameera 'Afya' Nurjannah.
Jodohku tak Seperti Harapanku
Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan hidup yang sholeh atau sholehah? Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping yang berakhlak baik? Seburuk apapun diri kita, pastinya kita ingin pasanganan hidup yang baik. Tetapi tidak setiap orang mendapati kenyataan ini dalam kehidupan.
Ada yang suaminya sungguh baik, tetapi istrinya galak, matre dan tukang gosip. Ada yang istrinya sholehah, tapi suaminya tukang mabuk, suka judi dan bersikap kasar. Atas fenomena ini, mungkin banyak yang bertanya-tanya, kok kesannya jadi nggak adil ya? Orang baik-baik, tapi dapet jodohnya begitu?
Memang jadi sulit dijelaskan. Tetapi jika ingin dipahami, inilah ujian Allah. Sesungguhnya Allah berkehendak membuka ladang amal yang seluas-luasnya bagi diri kita, lewat tingkah polah pasangan hidup kita, yang jauh dari harapan. Alhamdulillah, tidak usah cari jauh-jauh, ladang amal ada di depan mata. Karena pernikahan memang ladang amal soleh. Bagi wanitanya, pun bagi laki-lakinya. Maka bagi yang “tidak beruntung” dengan pasangan hidup yang tidak sholeh atau sholehah, mudah-mudahan tetap dapat memberi pelayanan yang terbaik bagi pasangannya, dengan harapan semoga mendapat ridho Allah dan semoga kelak mendapat derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, mari mengevaluasi diri. Apa sesungguhnya niat kita ketika hendak menikah? Mudah-mudahan, jawaban dari pertanyaan itu, dapat memperbaiki mood kita yang buruk karena pasangan hidup tidak sesuai harapan.
Jika benar kita meniatkan pernikahan sebagai ibadah atau sarana pengabdian kita kepada Sang Khalik, maka semestinya pelayanan kita terhadap pasangan hidup kita, tidak ada embel-embelnya. Artinya, mau dia bertingkah seperti apapun tidak jadi masalah, karena pasangan hidup hanya sarana untuk mengabdi kepada Allah. Fokus dan tujuan kita adalah Allah. Jika ternyata pasangan hidup kita adalah pribadi yang sholeh/ah, maka itu adalah bonus.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, sebelum berputus asa, mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Tidakkah kita terlalu meninggikan kriteria bagi pasangan hidup kita? Sikap berharap secara berlebihan terhadap pasangan hidup, berpotensi menyebabkan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Karena pola pikir yang tertanam dalam diri kita adalah menerima kebaikan, bukan keinginan untuk saling mengisi dan memperbaiki satu sama lain.
Semakin tinggi standard yang kita tetapkan, maka akan semakin besar potensi kita untuk kecewa. Karena semakin tinggi standard, semakin terlihat jelas jika terjadi hal-hal yang melenceng dari standard.
Memiliki harapan tinggi boleh-boleh saja. Tapi, sebelum kita bermimpi mendapatkan suami seperti Rasulullah, lebih baik kita berkaca diri, sudahkah kita seperti Ibunda Khadijah r.ha? Sebelum berharap memiliki istri seperti Fatimah Az-Zahra r.ha, lebih baik kita bercermin, sudahkah kita seperti Ali bin Abi Thalib r.a?
Jadi, berprasangka baiklah kepada Allah, kemudian berserah diri. Jangan mendikte Allah tentang jodoh kita. Percaya, bahwa Allah memberi kita yang terbaik sesuai dengan penilaian Allah terhadap diri kita. Yakin, Allah tahu yang paling cocok untuk diri kita. Kemudian berserah diri dan bersabar dengan jodoh pilihan dari Allah. Insya Allah, ini akan lebih menenangkan batin dan membuka pintu keikhlasan.
" Pilihan Allah mungkin tak seindah inginmu, tapi itulah pilihan-Nya. Mungkin kebaikan itu tidak teletak pada orang yang kau pilih melainkan pada jalan yang kau pilih dengan tidak Pacaran, atau mungkin kebaikan itu ada pada keikhlasan kita menerima segala ketentuan-Nya dan selalu berprasangka baik pada-Nya"
Ilovislam.com
Ada yang suaminya sungguh baik, tetapi istrinya galak, matre dan tukang gosip. Ada yang istrinya sholehah, tapi suaminya tukang mabuk, suka judi dan bersikap kasar. Atas fenomena ini, mungkin banyak yang bertanya-tanya, kok kesannya jadi nggak adil ya? Orang baik-baik, tapi dapet jodohnya begitu?
Memang jadi sulit dijelaskan. Tetapi jika ingin dipahami, inilah ujian Allah. Sesungguhnya Allah berkehendak membuka ladang amal yang seluas-luasnya bagi diri kita, lewat tingkah polah pasangan hidup kita, yang jauh dari harapan. Alhamdulillah, tidak usah cari jauh-jauh, ladang amal ada di depan mata. Karena pernikahan memang ladang amal soleh. Bagi wanitanya, pun bagi laki-lakinya. Maka bagi yang “tidak beruntung” dengan pasangan hidup yang tidak sholeh atau sholehah, mudah-mudahan tetap dapat memberi pelayanan yang terbaik bagi pasangannya, dengan harapan semoga mendapat ridho Allah dan semoga kelak mendapat derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, mari mengevaluasi diri. Apa sesungguhnya niat kita ketika hendak menikah? Mudah-mudahan, jawaban dari pertanyaan itu, dapat memperbaiki mood kita yang buruk karena pasangan hidup tidak sesuai harapan.
Jika benar kita meniatkan pernikahan sebagai ibadah atau sarana pengabdian kita kepada Sang Khalik, maka semestinya pelayanan kita terhadap pasangan hidup kita, tidak ada embel-embelnya. Artinya, mau dia bertingkah seperti apapun tidak jadi masalah, karena pasangan hidup hanya sarana untuk mengabdi kepada Allah. Fokus dan tujuan kita adalah Allah. Jika ternyata pasangan hidup kita adalah pribadi yang sholeh/ah, maka itu adalah bonus.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, sebelum berputus asa, mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Tidakkah kita terlalu meninggikan kriteria bagi pasangan hidup kita? Sikap berharap secara berlebihan terhadap pasangan hidup, berpotensi menyebabkan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Karena pola pikir yang tertanam dalam diri kita adalah menerima kebaikan, bukan keinginan untuk saling mengisi dan memperbaiki satu sama lain.
Semakin tinggi standard yang kita tetapkan, maka akan semakin besar potensi kita untuk kecewa. Karena semakin tinggi standard, semakin terlihat jelas jika terjadi hal-hal yang melenceng dari standard.
Memiliki harapan tinggi boleh-boleh saja. Tapi, sebelum kita bermimpi mendapatkan suami seperti Rasulullah, lebih baik kita berkaca diri, sudahkah kita seperti Ibunda Khadijah r.ha? Sebelum berharap memiliki istri seperti Fatimah Az-Zahra r.ha, lebih baik kita bercermin, sudahkah kita seperti Ali bin Abi Thalib r.a?
Jadi, berprasangka baiklah kepada Allah, kemudian berserah diri. Jangan mendikte Allah tentang jodoh kita. Percaya, bahwa Allah memberi kita yang terbaik sesuai dengan penilaian Allah terhadap diri kita. Yakin, Allah tahu yang paling cocok untuk diri kita. Kemudian berserah diri dan bersabar dengan jodoh pilihan dari Allah. Insya Allah, ini akan lebih menenangkan batin dan membuka pintu keikhlasan.
" Pilihan Allah mungkin tak seindah inginmu, tapi itulah pilihan-Nya. Mungkin kebaikan itu tidak teletak pada orang yang kau pilih melainkan pada jalan yang kau pilih dengan tidak Pacaran, atau mungkin kebaikan itu ada pada keikhlasan kita menerima segala ketentuan-Nya dan selalu berprasangka baik pada-Nya"
Ilovislam.com
Jumat, 16 Desember 2011
Yim Jae Bum - 사랑 (Love)
사랑 그 사랑 때문에
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지금껏 살아서
nega jigeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다시 볼수 없게되면
geu saram dasi bolsu opgedwemyon
다시 볼 수 없게되면 어쩌죠
dasi bol su opgedwemyon ojjojyo
그 많은 인연에 왜 하필 우리 만나서
geu maneun inyone we hapil uri mannaso
사랑하고 그대 먼저 떠나요
saranghago geude monjo ttonayo
우리가 만들고 우리가 함께한 시절
uriga mandeulgo uriga hamkkehan sijol
잊진 못할거야
itjin mot-halgoya
늘 곁에서 함께 하잖말도
neul gyoteso hamkke hajanmaldo
내 목숨처럼 한 그 약속도
ne moksumchorom han geu yaksokdo
해줄 수 없어서 난 지킬 수 없어서
haejul su obsoso nan jikil su obsoso
미안하단 말도 해줄 수 없을 것 같다
mianhadan maldo hejul su obseul got gatda
사랑 그 사랑 때문에
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지금껏 살아서
nega jigeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다신 볼수 없게되면
geu saram dasin bolsu opgedwemyon
다시 볼 수 없게되면 어쩌죠
dasi bol su opgedwemyon ojjojyo
늘 곁에서 함께 하잖말도
neul gyoteso hamkke hajanmaldo
내 목숨처럼 한 그 약속도
ne moksumchorom han geu yaksokdo
해줄 수 없어서 난 지킬 수 없어서
hejul su obsoso nan jikil su obsoso
미안하단 말도 해줄 수 없을것 같다
mianhadan maldo hejul su obseulgot gatda
사랑 그 사랑 때문에
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지끔껏 살아서
nega jikkeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다신 볼수 없게되면
geu saram dasin bolsu opgedwemyon
다시 볼수 없게 되면 그때
dasi bolsu opge dwemyon geutte
그대가 멀리 떠나기 전에
geudega molli ttonagi jone
조금 더 그댈 마주보며
jogeum do geudel majubomyo
사랑을 말할 걸
sarangeul malhal gol
그대 그 사랑 때문에
geude geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
그 사랑 때문에 울죠
geu sarang ttemune uljyo
그대만 알아요
geudeman arayo
내 사랑 결코 바보같진 않아
ne sarang gyolko babogatjin ana
결코 바보 같진 않아 그대여
gyolko babo gatjin ana geudeyo
English Translation:
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
What am I supposed to do?
Of all so many destined ones,
Why must the two of us have to meet?
We love
Then, we part ways after
The time we created
And spent together,
I can’t forget
I said that we would be together;
that I`ll be right by you,
I made such promises that I held
onto as dear as my life
But I can’t do these things;
It’s impossible for me to do them.
To say that I am sorry,
Is something I can’t even seem to do.
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
What am I supposed to do?
I said that we would be together;
that I`ll be right by you,
I made such promises that I held
onto as dear as my life
But I can’t do these things;
It’s impossible for me to do them.
To say that I am sorry,
Is something I can’t even seem to do.
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
Then…..
Before you go to somewhere far away,
I want to look at you for a little longer,
And tell you about my love
You..
Because of that love,
Because of that person,
Because of that love,
I cry.
Only you know,
That my love is never foolish
It’s never foolish, my dea
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지금껏 살아서
nega jigeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다시 볼수 없게되면
geu saram dasi bolsu opgedwemyon
다시 볼 수 없게되면 어쩌죠
dasi bol su opgedwemyon ojjojyo
그 많은 인연에 왜 하필 우리 만나서
geu maneun inyone we hapil uri mannaso
사랑하고 그대 먼저 떠나요
saranghago geude monjo ttonayo
우리가 만들고 우리가 함께한 시절
uriga mandeulgo uriga hamkkehan sijol
잊진 못할거야
itjin mot-halgoya
늘 곁에서 함께 하잖말도
neul gyoteso hamkke hajanmaldo
내 목숨처럼 한 그 약속도
ne moksumchorom han geu yaksokdo
해줄 수 없어서 난 지킬 수 없어서
haejul su obsoso nan jikil su obsoso
미안하단 말도 해줄 수 없을 것 같다
mianhadan maldo hejul su obseul got gatda
사랑 그 사랑 때문에
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지금껏 살아서
nega jigeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다신 볼수 없게되면
geu saram dasin bolsu opgedwemyon
다시 볼 수 없게되면 어쩌죠
dasi bol su opgedwemyon ojjojyo
늘 곁에서 함께 하잖말도
neul gyoteso hamkke hajanmaldo
내 목숨처럼 한 그 약속도
ne moksumchorom han geu yaksokdo
해줄 수 없어서 난 지킬 수 없어서
hejul su obsoso nan jikil su obsoso
미안하단 말도 해줄 수 없을것 같다
mianhadan maldo hejul su obseulgot gatda
사랑 그 사랑 때문에
sarang geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
내가 지끔껏 살아서
nega jikkeumkkot saraso
오늘 오늘이 지나서
oneul oneuri jinaso
그 사람 다신 볼수 없게되면
geu saram dasin bolsu opgedwemyon
다시 볼수 없게 되면 그때
dasi bolsu opge dwemyon geutte
그대가 멀리 떠나기 전에
geudega molli ttonagi jone
조금 더 그댈 마주보며
jogeum do geudel majubomyo
사랑을 말할 걸
sarangeul malhal gol
그대 그 사랑 때문에
geude geu sarang ttemune
그 사람 때문에
geu saram ttemune
그 사랑 때문에 울죠
geu sarang ttemune uljyo
그대만 알아요
geudeman arayo
내 사랑 결코 바보같진 않아
ne sarang gyolko babogatjin ana
결코 바보 같진 않아 그대여
gyolko babo gatjin ana geudeyo
English Translation:
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
What am I supposed to do?
Of all so many destined ones,
Why must the two of us have to meet?
We love
Then, we part ways after
The time we created
And spent together,
I can’t forget
I said that we would be together;
that I`ll be right by you,
I made such promises that I held
onto as dear as my life
But I can’t do these things;
It’s impossible for me to do them.
To say that I am sorry,
Is something I can’t even seem to do.
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
What am I supposed to do?
I said that we would be together;
that I`ll be right by you,
I made such promises that I held
onto as dear as my life
But I can’t do these things;
It’s impossible for me to do them.
To say that I am sorry,
Is something I can’t even seem to do.
Love,
Because of that love,
Because of that person,
I have lived until now.
Today,
Once today has passed,
If I never see that person again,
If I never see that person again,
Then…..
Before you go to somewhere far away,
I want to look at you for a little longer,
And tell you about my love
You..
Because of that love,
Because of that person,
Because of that love,
I cry.
Only you know,
That my love is never foolish
It’s never foolish, my dea
Selasa, 06 Desember 2011
Tazakka - Mewangi Bunga
Dunia indah di ciptakan menawan hati
Kadang menggoda
Jelita di pandang terasa harum
Semerbak mewangi bunga dunia
Mencinta tiada akhirnya
Merindu menjadi pilu
Mendamba entah pastinya
Terlena hampa sembilu
Wahai diri berapa lama lagi
Kau terus begini
Terus menghianati
Kapankah lagi
Engkau khan kembali
Berserah diri
Setulus sepenuh hati
Tundukan pandangan mata dan hatiku
Dari gemerlap dunia yang palsu memperdaya jiwa
Ku memohon kepadamu Yaa Rabbi
Selamatkanlah duniaku dan akhiratku yang pasti
Ampuni dosa khilafku
Dimasa laluku kini dan nanti
Kadang menggoda
Jelita di pandang terasa harum
Semerbak mewangi bunga dunia
Mencinta tiada akhirnya
Merindu menjadi pilu
Mendamba entah pastinya
Terlena hampa sembilu
Wahai diri berapa lama lagi
Kau terus begini
Terus menghianati
Kapankah lagi
Engkau khan kembali
Berserah diri
Setulus sepenuh hati
Tundukan pandangan mata dan hatiku
Dari gemerlap dunia yang palsu memperdaya jiwa
Ku memohon kepadamu Yaa Rabbi
Selamatkanlah duniaku dan akhiratku yang pasti
Ampuni dosa khilafku
Dimasa laluku kini dan nanti
Tazakka = Doa
Alloh kuatkan imanku
Dalam kehidupan ini
Penuh tantangan dan jua rintangan
Mudahkanlah tempuhi jalanku
Sesekali terjebak dalam naungan dosa
Terasa hilang jiwaku
Alloh kutahu cintamu
Kau berikan nikmat melimpah
Setiap saat tiada terputus
Namunku jarang mensyukuri
Kusadari semua nafsu telah menipu
Hingga kulupakan cinta-Mu
Ya Alloh dunia menipuku
Indahnya paling mata
Terjebak aku dalam pesonanya
Hilangkan syukurku pada-Mu
Ya Alloh tuhaku ampuilah dosaku
Agar lurus jalanku ini
Alloh betapa indahnya
Bila hidup dalam petunjuk-Mu
Ya Alloh tuhanku ampunkan dosaku
Agar lurus jalanku ini
Alloh betapa indahnya
Bila hidup dalam petunjuk-Mu
Namun kusadari betapa beratnya
Untuk mendapatkan semua itu
Kutiada daya tanpa pesona-Mu
Wahai Tuhanku Yang Kuasa
Ya Allohu Ya Rohman
Pintaku hanya kepada-Mu
Kembalikan semua ghirahku
Menuju jalan-Mu yang satu
Tiada daya kuatnya jiwa hampa
Ridho-Mu Ya Alloh
Ridho-Mu Ya Alloh
Alloh kutahu maksud-Mu
Kau ciptakan semua ini
Untuk beribadah dan taat pada-Mu
namun ku sering melalaikan
Ya Alloh tuhaku
Ampunkan dosaku
Agar hidupku selamat
Allohu Alloh Yaa Allohu Ya Alloh
Allohu Yaa Rohiim
Allohu Ya Rohiim
Allohu Yaa Rohman
Allohu Ya Rohiim
Dalam kehidupan ini
Penuh tantangan dan jua rintangan
Mudahkanlah tempuhi jalanku
Sesekali terjebak dalam naungan dosa
Terasa hilang jiwaku
Alloh kutahu cintamu
Kau berikan nikmat melimpah
Setiap saat tiada terputus
Namunku jarang mensyukuri
Kusadari semua nafsu telah menipu
Hingga kulupakan cinta-Mu
Ya Alloh dunia menipuku
Indahnya paling mata
Terjebak aku dalam pesonanya
Hilangkan syukurku pada-Mu
Ya Alloh tuhaku ampuilah dosaku
Agar lurus jalanku ini
Alloh betapa indahnya
Bila hidup dalam petunjuk-Mu
Ya Alloh tuhanku ampunkan dosaku
Agar lurus jalanku ini
Alloh betapa indahnya
Bila hidup dalam petunjuk-Mu
Namun kusadari betapa beratnya
Untuk mendapatkan semua itu
Kutiada daya tanpa pesona-Mu
Wahai Tuhanku Yang Kuasa
Ya Allohu Ya Rohman
Pintaku hanya kepada-Mu
Kembalikan semua ghirahku
Menuju jalan-Mu yang satu
Tiada daya kuatnya jiwa hampa
Ridho-Mu Ya Alloh
Ridho-Mu Ya Alloh
Alloh kutahu maksud-Mu
Kau ciptakan semua ini
Untuk beribadah dan taat pada-Mu
namun ku sering melalaikan
Ya Alloh tuhaku
Ampunkan dosaku
Agar hidupku selamat
Allohu Alloh Yaa Allohu Ya Alloh
Allohu Yaa Rohiim
Allohu Ya Rohiim
Allohu Yaa Rohman
Allohu Ya Rohiim
Tazakka - Sahabat Perjuangan
Pertemuan kita kali ini
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu makna
Kita punya satu perjuangan
Andai ada kasih antara kita
Kita kembalikan kepada Yang Esa
Agar ia suci tulus dan ikhlas
semoga Alloh memberkati
Sambutlah tangan sahabat saudaramu
Pimpinlah ia melangkah bersama
Satukan hati kita teguhkan ia
Berdiri bersama untuk kebenaran
Reff:
Perjuangan itu artinya berkorban
Berkorban itu artinya terkorban
Janganlah gentar untuk berjuang
Demi agama dan bangsa
Inilah jalan kita
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu makna
Kita punya satu perjuangan
Andai ada kasih antara kita
Kita kembalikan kepada Yang Esa
Agar ia suci tulus dan ikhlas
semoga Alloh memberkati
Sambutlah tangan sahabat saudaramu
Pimpinlah ia melangkah bersama
Satukan hati kita teguhkan ia
Berdiri bersama untuk kebenaran
Reff:
Perjuangan itu artinya berkorban
Berkorban itu artinya terkorban
Janganlah gentar untuk berjuang
Demi agama dan bangsa
Inilah jalan kita
Tiar - Tak Ada Beban Tanpa Pundak
Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU
Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian
Biarkan aku oh malam...
Menangis di sepanjang sholatku
Karna hanya Allah yang bisa membuatku tegar
Menjalani semua ini..
Biarkan aku oh malam...
Bersimbah rahmat dan ampunanNya
Badaipun pasti berlalu menguji imanku
Aku serahkan pada Illahi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU
Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian
Biarkan aku oh malam...
Menangis di sepanjang sholatku
Karna hanya Allah yang bisa membuatku tegar
Menjalani semua ini..
Biarkan aku oh malam...
Bersimbah rahmat dan ampunanNya
Badaipun pasti berlalu menguji imanku
Aku serahkan pada Illahi
The Fikr - Kebangkitan
Terbuai bayu merenggut sukma
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku
Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu
Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat
Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu
Terbuai bayu merenggut sukma
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku
Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang..
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta
Allohu akbar
Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang...
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta
Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat
Pastikan Alloh membantu diri kita
Untuk tegar dalam kehidupan ini
Bangkitlah kita untuk taat padanya
Lupakanlah kelalaian masa lalu
Allohu akbar
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku
Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu
Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat
Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu
Terbuai bayu merenggut sukma
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku
Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang..
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta
Allohu akbar
Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang...
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta
Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat
Pastikan Alloh membantu diri kita
Untuk tegar dalam kehidupan ini
Bangkitlah kita untuk taat padanya
Lupakanlah kelalaian masa lalu
Allohu akbar
Kalimat Pengusir Maksiat
Seorang ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, “Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku menirukan gerakannya.
Suatu hari, paman berkata kepadaku, ‘apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?’
Aku menukas, ‘Bagaimana caranya aku mengingatnya?’
Beliau menjawab,’ Anakku, jikau kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, ‘ Allahu ma’i... Allahu naadhiri...Allahu syaahidi!’ (artinya , Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!)
Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal itu kepada paman.
Pamanku berkata.’ Mulai sekarang, ucapakan dzikir itu sepuluhkali setiap malam.’
Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku meraskan ada kenikmatan dalam hatiku.Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah SWT.
Satu tahun setelah itu, paman berkata,’ Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu,dan langgengkanlah sampai aku masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan ddi akhirat.
Lalu, pamanku berkata, ‘Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?’
Kalimat Allahu ma’i . Allahu naadhiri, Allahu syaahidi ! sangat terkenal dikalangan ulama arifbillah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar , Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama yang arif billah menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma’iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan saksikan oleh Allah SWT, dimana dan kapan saja)
Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah SWT . Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat.
Ayoh sahabatku, coba kita amalkan kalimat-kalimat itu agar terhindar dari terhindar dari perbuatan maksiat.
buku Ketika cinta Berbuah Surga dengan sedikit perubahan
Suatu hari, paman berkata kepadaku, ‘apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?’
Aku menukas, ‘Bagaimana caranya aku mengingatnya?’
Beliau menjawab,’ Anakku, jikau kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, ‘ Allahu ma’i... Allahu naadhiri...Allahu syaahidi!’ (artinya , Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!)
Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal itu kepada paman.
Pamanku berkata.’ Mulai sekarang, ucapakan dzikir itu sepuluhkali setiap malam.’
Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku meraskan ada kenikmatan dalam hatiku.Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah SWT.
Satu tahun setelah itu, paman berkata,’ Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu,dan langgengkanlah sampai aku masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan ddi akhirat.
Lalu, pamanku berkata, ‘Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?’
Kalimat Allahu ma’i . Allahu naadhiri, Allahu syaahidi ! sangat terkenal dikalangan ulama arifbillah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar , Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama yang arif billah menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma’iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan saksikan oleh Allah SWT, dimana dan kapan saja)
Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah SWT . Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat.
Ayoh sahabatku, coba kita amalkan kalimat-kalimat itu agar terhindar dari terhindar dari perbuatan maksiat.
buku Ketika cinta Berbuah Surga dengan sedikit perubahan
Senin, 05 Desember 2011
The Fikr - Semua Sama
Dari semua yang ada didunia
Hanya titipan sementara
Tiada yang kekal semunya fana
Hanya Alloh yang abadi
Kecantikan bukanlah jaminan
Ketampanan bukanlah ukuran
Amalan adanya suatu jaminan
Ketaqwaan adalah ukuran
Kita semua sama dihadapan-Nya
Yang membedakan amalan dan ketaqwaan
Kita semua akan kembali pada-Nya
Semuanya ini terjadi atas kuasa-Nya
Reff *
Manusia ingatlah selalu
Semua sama dihadapan Alloh
Jangan engkau menyombongkan harta
Jangan engkau menyombongkan diri
Manusia ingatlah selalu
Semua akan kembali pada-Nya
Semua akan diambil-Nya
Kelak kita mempertanggungjawabkan
Hanya titipan sementara
Tiada yang kekal semunya fana
Hanya Alloh yang abadi
Kecantikan bukanlah jaminan
Ketampanan bukanlah ukuran
Amalan adanya suatu jaminan
Ketaqwaan adalah ukuran
Kita semua sama dihadapan-Nya
Yang membedakan amalan dan ketaqwaan
Kita semua akan kembali pada-Nya
Semuanya ini terjadi atas kuasa-Nya
Reff *
Manusia ingatlah selalu
Semua sama dihadapan Alloh
Jangan engkau menyombongkan harta
Jangan engkau menyombongkan diri
Manusia ingatlah selalu
Semua akan kembali pada-Nya
Semua akan diambil-Nya
Kelak kita mempertanggungjawabkan
The Fikr - Cahaya
Terbukanya mata hati melihat segala penuh arti
Terhijabnya mata hati melihat semua fatamorgana
Umpama embun penyejuk dalam pandangan sanubari
Laksana gulita malam bila tiada pancaran cahaya...
Ada rahasia dalam setiap apa yang terjadi
Hanya satu cahayamu pembuka sucinya jiwa...jiwa
Cahaya di atas cahaya
Engkaulah pemberi cahaya langit dan bumi
Cahaya di atas cahaya
Anugerah yang tak ternilai bilakah diberi
Cahaya di atas cahaya
Engkau cinta tertinggi engkau pemilik hati
Cahaya di atas cahaya
Bimbing kami pada cahayamu
Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang bertasbih
Memuji bersyukur atas karunia cahaya yang kau beri
Jangan jadikan kami golongan orang merugi
Dan tiada sedikitpun setitik cahaya
Terhijabnya mata hati melihat semua fatamorgana
Umpama embun penyejuk dalam pandangan sanubari
Laksana gulita malam bila tiada pancaran cahaya...
Ada rahasia dalam setiap apa yang terjadi
Hanya satu cahayamu pembuka sucinya jiwa...jiwa
Cahaya di atas cahaya
Engkaulah pemberi cahaya langit dan bumi
Cahaya di atas cahaya
Anugerah yang tak ternilai bilakah diberi
Cahaya di atas cahaya
Engkau cinta tertinggi engkau pemilik hati
Cahaya di atas cahaya
Bimbing kami pada cahayamu
Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang bertasbih
Memuji bersyukur atas karunia cahaya yang kau beri
Jangan jadikan kami golongan orang merugi
Dan tiada sedikitpun setitik cahaya
The Fikr - Kembali
Kutinggalkan dunia silamku
Untuk kembali kepada-Mu
Biar kutempuh duri dan ranjau
Demi Alloh kutempuh dengan tenang
Sekian lama aku tertipu
Godaan kerlipan fatamorgana
Karena mengumbar hawa nafsu
Aku pecundang dalam hidupku
Oh ... Tuhan pimpinlah setiap langkahku
Dalam perjalanan menuju-Mu
Ku tak bisa untuk apapun
Selain mengharapkan kasih-Mu
Reff *
Cintaku pada-Mu segalanya
Cintaku pada-Mu sepenuhnya
Cintaku pada-Mu cinta agung
Wahai tuhan yang pemberi rahmat
Ampunilah dosa-dosaku
Untuk kembali kepada-Mu
Biar kutempuh duri dan ranjau
Demi Alloh kutempuh dengan tenang
Sekian lama aku tertipu
Godaan kerlipan fatamorgana
Karena mengumbar hawa nafsu
Aku pecundang dalam hidupku
Oh ... Tuhan pimpinlah setiap langkahku
Dalam perjalanan menuju-Mu
Ku tak bisa untuk apapun
Selain mengharapkan kasih-Mu
Reff *
Cintaku pada-Mu segalanya
Cintaku pada-Mu sepenuhnya
Cintaku pada-Mu cinta agung
Wahai tuhan yang pemberi rahmat
Ampunilah dosa-dosaku
Minggu, 04 Desember 2011
~♥~ SebeLum Kamu MengeLuh ~♥~
•♥• Hari ini sebeLum kamu mengataKan kata ~ kata yg tdk baik....
PikirkanLah tentang yg tdk dapat berbiCara sama seKaLi,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang rasa dari makananmu...
PikirkanLah tenteng seseOrg yg tdk pUnya apapun Untk dimaKan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tdk pUnya apa ~ apa....
PikirKanLah tentang seseOrg yg meminta ~ minta dijaLanan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh bahwa nasib kamu bUruk....
PikirKanLah tentang seseOrg yg berada pada tingKat yg terbUruk didLm HidUpnya,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang sUami & Istrimu ....
PikirKanLah tentang seseOrg yg terUs memOhon kepada Allah SWT untk diberiKan pendamping hidUp,
•♥• Hari ini sebeLum kamu mengeLuh tentang hidUpmu....
PikirKanLah tentang seseOrg yg meninggal terlalu cepat,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tetntang anak ~ anakmu....
PikirKanLah tentang seseOrg yg sangat ingin mempUnyai anak tetapi ia mandUL,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang rUmahmu yg kOtor krna pembantUmu tdk mengerjaKan tugasnya
PikirKanLah tentang seseOrg yg tinggal dijaLanan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh jaUhnya kamu teLah menyetir....
PikirKanLah tentang seseOrg yg menempUh jalan sama dgn berjaLan,
•♥• dan disaat kamu lelah & mengeLuh tentang peKerjaanmu....
PikirKanLah tentang org ~ org pengangguran, org ~ org cacat yg berharap mereka mempUnyai peKerjaan seperti kamu,
•♥• SebeLum kamu menunjUkkan jari & menyaLahkan org lain....
IngatLah bahwa tdk ada seOrgpun yg tdk berdOsa,
•♥• dan ketika kamu sedang bersedih & hidUpmu dLm kesUsahan...
TersenyUm & bersyUkurLah kepada Allah SWT bahwa kamu maSih hidUp,
NB : MengeLuh sangatLah manUsiawi untk itu mariLah kita senantiasa saLing berbagi dgn Org yg lebih memprihatinKan & membUtuhkan untk menambah rasa suKur kita, & sebagai manUsia kita masing ~ masing mempUnyai kelebihan & kekUrangan yg harUsnya kita syUkuri, krNa letak kebahagiaan Hati manaKaLa
ia senantiasa bersyUkUr kepada Rabb-Nya...:)
share fb muhasabah cinta
PikirkanLah tentang yg tdk dapat berbiCara sama seKaLi,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang rasa dari makananmu...
PikirkanLah tenteng seseOrg yg tdk pUnya apapun Untk dimaKan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tdk pUnya apa ~ apa....
PikirKanLah tentang seseOrg yg meminta ~ minta dijaLanan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh bahwa nasib kamu bUruk....
PikirKanLah tentang seseOrg yg berada pada tingKat yg terbUruk didLm HidUpnya,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang sUami & Istrimu ....
PikirKanLah tentang seseOrg yg terUs memOhon kepada Allah SWT untk diberiKan pendamping hidUp,
•♥• Hari ini sebeLum kamu mengeLuh tentang hidUpmu....
PikirKanLah tentang seseOrg yg meninggal terlalu cepat,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tetntang anak ~ anakmu....
PikirKanLah tentang seseOrg yg sangat ingin mempUnyai anak tetapi ia mandUL,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh tentang rUmahmu yg kOtor krna pembantUmu tdk mengerjaKan tugasnya
PikirKanLah tentang seseOrg yg tinggal dijaLanan,
•♥• SebeLum kamu mengeLuh jaUhnya kamu teLah menyetir....
PikirKanLah tentang seseOrg yg menempUh jalan sama dgn berjaLan,
•♥• dan disaat kamu lelah & mengeLuh tentang peKerjaanmu....
PikirKanLah tentang org ~ org pengangguran, org ~ org cacat yg berharap mereka mempUnyai peKerjaan seperti kamu,
•♥• SebeLum kamu menunjUkkan jari & menyaLahkan org lain....
IngatLah bahwa tdk ada seOrgpun yg tdk berdOsa,
•♥• dan ketika kamu sedang bersedih & hidUpmu dLm kesUsahan...
TersenyUm & bersyUkurLah kepada Allah SWT bahwa kamu maSih hidUp,
NB : MengeLuh sangatLah manUsiawi untk itu mariLah kita senantiasa saLing berbagi dgn Org yg lebih memprihatinKan & membUtuhkan untk menambah rasa suKur kita, & sebagai manUsia kita masing ~ masing mempUnyai kelebihan & kekUrangan yg harUsnya kita syUkuri, krNa letak kebahagiaan Hati manaKaLa
ia senantiasa bersyUkUr kepada Rabb-Nya...:)
share fb muhasabah cinta
Rabu, 30 November 2011
~★☆★☆ ALLAH Akan Mengganti Dengan Yang Lebih Baik.... ☆★☆★☆~
ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA tidak akan mengambil apapun dari manusia kecuali Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Itu akan terjadi apabila kita mau bersabar dan ridha dengan keputusan-Nya. Janganlah merasa bersedih atas suatu musibah, karena setiap musibah yang ditakdirkan ALLAH merupakan sebuah hikmah yang akan diperhitungkan di akhirat nanti. Biasakan untuk melihat sisi positif yang ada dibalik setiap musibah.
Siapa saja yang tetap beriman ketika terkena musibah dan kesulitan di dunia akan mendapatkan balasan yang sempurna di akhirat nanti. Siapa saja yang tidak berkurang ketaatannya kepada ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA dan malah meningkat walaupun berbagai kesulitan menghadangnya, akan merasakan kenyamanan di akhirat .. InsyaAllah. Sebaliknya, orang-orang yang tidak taat dan bergelimang dengan gemerlap kehidupan dunia yang semu, maka yang ada dalam benak mereka hanyalah rasa takut akan kehilangan kesenangan duniawi. Oleh karena itu berbagai musibah dan kesulitan yang menimpa, terasa berat oleh mereka. Karena mereka hanya bisa melihat apa yang tampak di mata dan tidak bisa melihat sesuatu dibaliknya.
Sahabat fillah yang di rahmati ALLAH, apapun yang hilang adalah perantara untuk mendatangkan keuntungan. Sesungguhnya dalam setiap musibah terdapat isyarat bahwa orang itu akan mendapatkan sesuatu dari pencipta-Nya.
Setiap cobaan mempunyai ganjaran sesuai berat dan ringan nya rintangannya. Musibah apapun, sesungguhnya merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan dan semua yang telah menjadi takdir ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA pasti terjadi. Kita tidak punya pilihan lain, selain menerima takdir itu, karena ALLAH lah yang berhak menentukan.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Qs.Al-Hadid: 22-23)
Peristiwa yang anda temui ibarat tinta yang telah mengering dan tak mungkin dihapus kembali. Penyesalan tidak akan membuat semua yang telah hilang akan kembali. Terimalah dengan rela sesuatu yang telah ditetapkan, sebelum anda dikendalikan oleh marah, penyesalan dan ratapan. Tenangkan diri dan yakinlah bahwa anda telah berusaha melakukan yang terbaik.
Kalaupun merasa belum melakukan yang seharusnya anda bisa lakukan, jangan menyesal. Ubahlah penyesalan itu menjadi pelajaran agar tidak terulang lagi. Janganlah berfikir, seandainya aku melakukan begini dan begitu, niscaya akan begini dan begitu. Akan tetapi, yakinlah semua yang telah ditakdirkan dan dikehendaki ALLAH pasti terjadi.
Segala sesuatu pasti berputar. Seperti roda, ada saat di bawah dan ada saat di atas. ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA juga menciptakan segala sesuatu perpasangan. Ada lelaki ada perempuan, ada siang ada malam, ada dingin ada api. Begitu pula kesusahan pasti ada kemudahan. Semuanya berputar saling bergantian. Namun semua harus dilakukan secara aktif. Anda tidak akan mampuh menghilangkan rasa lapar apabila anda sendiri tidak berusaha makan, anda tidak akan mampuh menghilangkan rasa haus apabila anda tidak berusaha untuk minum.
Wallahu a’lam bish shawwab...
Siapa saja yang tetap beriman ketika terkena musibah dan kesulitan di dunia akan mendapatkan balasan yang sempurna di akhirat nanti. Siapa saja yang tidak berkurang ketaatannya kepada ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA dan malah meningkat walaupun berbagai kesulitan menghadangnya, akan merasakan kenyamanan di akhirat .. InsyaAllah. Sebaliknya, orang-orang yang tidak taat dan bergelimang dengan gemerlap kehidupan dunia yang semu, maka yang ada dalam benak mereka hanyalah rasa takut akan kehilangan kesenangan duniawi. Oleh karena itu berbagai musibah dan kesulitan yang menimpa, terasa berat oleh mereka. Karena mereka hanya bisa melihat apa yang tampak di mata dan tidak bisa melihat sesuatu dibaliknya.
Sahabat fillah yang di rahmati ALLAH, apapun yang hilang adalah perantara untuk mendatangkan keuntungan. Sesungguhnya dalam setiap musibah terdapat isyarat bahwa orang itu akan mendapatkan sesuatu dari pencipta-Nya.
Setiap cobaan mempunyai ganjaran sesuai berat dan ringan nya rintangannya. Musibah apapun, sesungguhnya merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan dan semua yang telah menjadi takdir ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA pasti terjadi. Kita tidak punya pilihan lain, selain menerima takdir itu, karena ALLAH lah yang berhak menentukan.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Qs.Al-Hadid: 22-23)
Peristiwa yang anda temui ibarat tinta yang telah mengering dan tak mungkin dihapus kembali. Penyesalan tidak akan membuat semua yang telah hilang akan kembali. Terimalah dengan rela sesuatu yang telah ditetapkan, sebelum anda dikendalikan oleh marah, penyesalan dan ratapan. Tenangkan diri dan yakinlah bahwa anda telah berusaha melakukan yang terbaik.
Kalaupun merasa belum melakukan yang seharusnya anda bisa lakukan, jangan menyesal. Ubahlah penyesalan itu menjadi pelajaran agar tidak terulang lagi. Janganlah berfikir, seandainya aku melakukan begini dan begitu, niscaya akan begini dan begitu. Akan tetapi, yakinlah semua yang telah ditakdirkan dan dikehendaki ALLAH pasti terjadi.
Segala sesuatu pasti berputar. Seperti roda, ada saat di bawah dan ada saat di atas. ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA juga menciptakan segala sesuatu perpasangan. Ada lelaki ada perempuan, ada siang ada malam, ada dingin ada api. Begitu pula kesusahan pasti ada kemudahan. Semuanya berputar saling bergantian. Namun semua harus dilakukan secara aktif. Anda tidak akan mampuh menghilangkan rasa lapar apabila anda sendiri tidak berusaha makan, anda tidak akan mampuh menghilangkan rasa haus apabila anda tidak berusaha untuk minum.
Wallahu a’lam bish shawwab...
Meningkatkan Keyakinan Kepada Allah SWT
Khusyuk itu bermakna asyik. Khusyuk di dalam solat bermakna asyik dengan Allah SWT. Syarat untuk asyik adalah yakin. Sesiapa yang khusyuk ketika solat adalah mereka yang yakin bahawa mereka SEDANG bertemu dengan Allah SWT. Mereka yakin bahawa mereka SEDANG kembali kepada Allah SWT.
Kesedaran kembali kepada Allah SWT itu bermakna SEDAR sedang mendirikan solat, sedar sedang berjumpa dengan Allah SWT dan sedar Allah SWT itu berada sangat dekat malah lebih dekat daripada urat leher.
Ketika kita berbual dengan sahabat, kita terlebih dahulu sedar dan yakin bahawa sahabat kita ada di hadapan kita dan sedang berbual dengan kita. Jika kita tidak sedar dan tidak yakin bahawa sahabat kita berada di hadapan kita, pasti kita tidak akan berbual.
Untuk doa dimakbulkan, kita perlu yakin dengan Allah SWT bahawa Allah SWT akan memperkenankan permohonan kita. Namun keyakinan ini menjadi masalah kepada ramai di antara kita. Kita memohon tetapi kurang yakin bahawa Allah SWT akan memperkenankan doa kita.
Seperti contoh, saya berjumpa dengan ramai orang yang amat takut dengan kematian kerana berasa diri banyak dosa dan belum bersedia. Terasa dosa yang ada tidak diampunkan oleh Allah SWT. Namun dalam ketakutan itu, kita tidak pula bersungguh-sungguh untuk berada dekat dengan Allah SWT.
Saudara, kematian bererti pulang atau kembali kepada Allah SWT. Kita tidak perlu takut dengan kematian kerana kematian itu membuatkan kita kembali kepada Allah SWT. (Yang saya takuti seandainya kematian tidak pulang ke Allah SWT. Namun tidak ada kematian yang tidak pulang ke Allah SWT.)
Sebenarnya yang perlu kita takut bukanlah kematian itu tetapi yang perlu kita takutkan adalah saat ketika kita mati itu. Ketika nafas terakhir kita itu, adakah kita berada dalam kesedaran tertinggi di mana kita yakin kepada Allah SWT?
Makanya seharusnya kita ini bimbang tatkala melakukan maksiat, Allah SWT memanggil kita pulang. Kita seharusnya bimbang di kala kita lupakan Allah SWT, Allah SWT menjemput kita pulang. Kita seharusnya bimbang, ketika kita seronok dan alpa dengan harta benda dan pangkat, Allah SWT meminta kita untuk pulang.
Saudara,
Tidak yakin bahawa Allah SWT menghapuskan dosa kita membuatkan hidup kita takut dengan kematian. Kita berasa takut untuk mati kerana berasa terlalu banyak dosa.
Tujuan agar kita selalu memikirkan dosa yang lalu adalah hanya untuk mengingatkan diri kita agar tidak mengulangi kesalahan kita lagi kerana bimbang tatkala melakukan dosa tersebut, kita dipanggil oleh Allah SWT untuk pulang selama-lamanya. Bukan bertujuan agar kita terbelenggu dengan dosa-dosa yang kita ada sehingga kita takut dengan kematian.
Kita perlu YAKIN bahawa ketika kita memohon ampun kepada Allah SWT, Allah SWT terus mengampunkan dosa-dosa kita. Jika dosa kita setinggi gunung, yakinlah bahawa ampunan Allah SWT seluas langit dan bumi.
Keyakinan ini bukanlah disalahertikan bahawa kita boleh melakukan banyak dosa kerana semua dosa kita diampuni. Seperti yang saya jelaskan, kita perlu bimbang melakukan dosa kerana kita tidak tahu bilakah masa kematian kita.
Mungkin selama ini kita banyak beribadah kepada Allah SWT dan terdetik seketika kita ingin melakukan maksiat sekadar ingin tahu. Kita berfikir untuk memohon ampun selepas itu.
Kita tidak tahu ketika kita melakukan maksiat buat pertama kali setelah sekian lama tidak melakukannya, ketika itu Allah SWT melalui malaikatNya mencabut nyawa kita. Inilah saat-saat yang kita bimbang dan takuti jika ia terjadi pada diri kita. Nau’zubillah.
Meningkatkan Keyakinan Kepada Allah SWT
Saudara,
Untuk meningkatkan keyakinan kepada Allah SWT, kita perlu sentiasa berada dalam kesedaran tertinggi. Setiap saat ingat Allah SWT. Setiap apa yang kita lakukan, kita ingat Allah SWT. Kita melihat semua yang berlaku dalam hidup seharian kita ini merupakan aturan Allah SWT yang sangat teliti.
Seperti contoh yang amat mudah, hari ini saudara keluar makan tengah hari bersama sahabat. Lihatlah bagaimana Allah SWT aturkan bahawa hari ini saudara terasa ingin keluar dengan sahabat saudara itu dan Allah SWT aturkan bahawa sahabat saudara juga berasa ingin keluar dengan saudara pada hari itu.
Saudara lihat ketika saudara keluar makan bagaimana Allah SWT mengaturkan perjalanan setiap orang. Saya suka melihat gelagat orang ramai disamping sedar bahawa Allah SWT sedang mengaturkan makhluk-makhlukNya bergerak ke sana sini dengan pelbagai urusan. Semua urusan itu merupakan masalah ataupun hal yang perlu diselesaikan oleh setiap orang.
Saudara,
Dengan melihat sesuatu perkara dalam kesedaran tertinggi, kita akan sentiasa kagum dengan Allah SWT. Keyakinan kita dapat ditambah lagi apabila permohonan kita dimakbulkan oleh Allah SWT. Ini kerana saudara mempraktikkan apa yang pernah disarankan dalam laman web ini iaitu meminta kepada Allah SWT sebelum melakukan apa jua perkara dan pilihan.
Hidup kita ini penuh dengan pilihan dan kita sentiasa memohon kepada Allah SWT ketika ingin membuat pilihan walaupun kecil. Ketika ini barulah kita sedar selama ini Allah SWT lebih banyak memakbulkan doa kita daripada yang tidak dimakbulkan atau sebenarnya dalam proses untuk dimakbulkan.
Seperti contoh, jika kita sentiasa memohon kepada Allah SWT di dalam membuat pilihan walaupun ia kecil seperti ingin makan apa hari ini, dan makanan yang kita pilih itu ternyata sedap, maka keyakinan kita pada Allah SWT meningkat.
Contoh yang lain, ketika kita ingin berurusan dengan bank, kita memohon kepada Allah SWT agar dimudahkan urusan kita. Ternyata semua urusan kita berjalan lancar. Apabila kita sedar bahawa Allah SWT memakbulkan doa kita dengan melancarkan urusan kita, maka keyakinan kita kepada Allah SWT bertambah.
Sebelum ini kita tidak pernah meminta pada Allah SWT di dalam membuat pilihan. Kita tidak melibatkan Allah SWT di dalam setiap urusan kita walaupun kecil. Lalu kita tidak berasa yakin pada Allah SWT kerana kita anggap semua yang berlaku adalah pilihan dan usaha kita sendiri.
Disebabkan kita jarang melihat semua aturan hidup ini diaturkan oleh Allah SWT, maka ketika kita memerlukan Allah SWT dan berdoa, kita tidak yakin kepada Allah SWT bahawa Allah SWT akan memakbulkan doa-doa kita.
Jika permohonan kita tidak dimakbulkan pun, kita tetap yakin dengan Allah SWT. Kita yakin bahawa perkara yang kita mohon itu bukan yang terbaik di sisi Allah SWT dan juga apa yang kita mohon tidak sesuai untuk Allah SWT makbulkan ketika itu. Dengan kesedaran ini, jiwa kita tidak kecewa dan kita menerima takdir Allah SWT. Secara tak langsung sebenarnya kita menjadi hamba yang berserah pada Allah SWT 100%.
Saudara,
Saya sangat yakin dengan apa yang saya mohonkan kepada Allah SWT kerana terlalu banyak yang saya mohon, Allah SWT makbulkan. Keyakinan ini wujud apabila sebelum kita memilih, kita sentiasa memohon yang terbaik daripada Allah SWT walaupun dalam hal yang kecil.
Apabila apa yang kita mohon dimakbulkan walaupun perkara kecil, kita sedar bahawa yang memakbulkan adalah Allah SWT bukannya kerana kita pandai memilih atau juga sebuah kebetulan. Lalu keyakinan kita kepada Allah SWT di dalam memakbulkan permohonan kita bertambah.
Saudara,
Kesedaran tertinggi membuatkan kita lebih yakin dengan Allah SWT dan keyakinan itu tidak pernah turun malah meningkat dan meningkat.
Hidup ini penuh dengan pilihan. Lalu mohonlah pada Allah SWT sentiasa di dalam membuat pilihan walaupun sekadar untuk makan, mandi, berjalan ke mana-mana atau ketika membeli-belah kerana semua ini akan membuatkan kita sedar pada Allah SWT. Secara tak langsung ia akan meningkatkan keyakinan kita pada Allah SWT.
Kesedaran kembali kepada Allah SWT itu bermakna SEDAR sedang mendirikan solat, sedar sedang berjumpa dengan Allah SWT dan sedar Allah SWT itu berada sangat dekat malah lebih dekat daripada urat leher.
Ketika kita berbual dengan sahabat, kita terlebih dahulu sedar dan yakin bahawa sahabat kita ada di hadapan kita dan sedang berbual dengan kita. Jika kita tidak sedar dan tidak yakin bahawa sahabat kita berada di hadapan kita, pasti kita tidak akan berbual.
Untuk doa dimakbulkan, kita perlu yakin dengan Allah SWT bahawa Allah SWT akan memperkenankan permohonan kita. Namun keyakinan ini menjadi masalah kepada ramai di antara kita. Kita memohon tetapi kurang yakin bahawa Allah SWT akan memperkenankan doa kita.
Seperti contoh, saya berjumpa dengan ramai orang yang amat takut dengan kematian kerana berasa diri banyak dosa dan belum bersedia. Terasa dosa yang ada tidak diampunkan oleh Allah SWT. Namun dalam ketakutan itu, kita tidak pula bersungguh-sungguh untuk berada dekat dengan Allah SWT.
Saudara, kematian bererti pulang atau kembali kepada Allah SWT. Kita tidak perlu takut dengan kematian kerana kematian itu membuatkan kita kembali kepada Allah SWT. (Yang saya takuti seandainya kematian tidak pulang ke Allah SWT. Namun tidak ada kematian yang tidak pulang ke Allah SWT.)
Sebenarnya yang perlu kita takut bukanlah kematian itu tetapi yang perlu kita takutkan adalah saat ketika kita mati itu. Ketika nafas terakhir kita itu, adakah kita berada dalam kesedaran tertinggi di mana kita yakin kepada Allah SWT?
Makanya seharusnya kita ini bimbang tatkala melakukan maksiat, Allah SWT memanggil kita pulang. Kita seharusnya bimbang di kala kita lupakan Allah SWT, Allah SWT menjemput kita pulang. Kita seharusnya bimbang, ketika kita seronok dan alpa dengan harta benda dan pangkat, Allah SWT meminta kita untuk pulang.
Saudara,
Tidak yakin bahawa Allah SWT menghapuskan dosa kita membuatkan hidup kita takut dengan kematian. Kita berasa takut untuk mati kerana berasa terlalu banyak dosa.
Tujuan agar kita selalu memikirkan dosa yang lalu adalah hanya untuk mengingatkan diri kita agar tidak mengulangi kesalahan kita lagi kerana bimbang tatkala melakukan dosa tersebut, kita dipanggil oleh Allah SWT untuk pulang selama-lamanya. Bukan bertujuan agar kita terbelenggu dengan dosa-dosa yang kita ada sehingga kita takut dengan kematian.
Kita perlu YAKIN bahawa ketika kita memohon ampun kepada Allah SWT, Allah SWT terus mengampunkan dosa-dosa kita. Jika dosa kita setinggi gunung, yakinlah bahawa ampunan Allah SWT seluas langit dan bumi.
Keyakinan ini bukanlah disalahertikan bahawa kita boleh melakukan banyak dosa kerana semua dosa kita diampuni. Seperti yang saya jelaskan, kita perlu bimbang melakukan dosa kerana kita tidak tahu bilakah masa kematian kita.
Mungkin selama ini kita banyak beribadah kepada Allah SWT dan terdetik seketika kita ingin melakukan maksiat sekadar ingin tahu. Kita berfikir untuk memohon ampun selepas itu.
Kita tidak tahu ketika kita melakukan maksiat buat pertama kali setelah sekian lama tidak melakukannya, ketika itu Allah SWT melalui malaikatNya mencabut nyawa kita. Inilah saat-saat yang kita bimbang dan takuti jika ia terjadi pada diri kita. Nau’zubillah.
Meningkatkan Keyakinan Kepada Allah SWT
Saudara,
Untuk meningkatkan keyakinan kepada Allah SWT, kita perlu sentiasa berada dalam kesedaran tertinggi. Setiap saat ingat Allah SWT. Setiap apa yang kita lakukan, kita ingat Allah SWT. Kita melihat semua yang berlaku dalam hidup seharian kita ini merupakan aturan Allah SWT yang sangat teliti.
Seperti contoh yang amat mudah, hari ini saudara keluar makan tengah hari bersama sahabat. Lihatlah bagaimana Allah SWT aturkan bahawa hari ini saudara terasa ingin keluar dengan sahabat saudara itu dan Allah SWT aturkan bahawa sahabat saudara juga berasa ingin keluar dengan saudara pada hari itu.
Saudara lihat ketika saudara keluar makan bagaimana Allah SWT mengaturkan perjalanan setiap orang. Saya suka melihat gelagat orang ramai disamping sedar bahawa Allah SWT sedang mengaturkan makhluk-makhlukNya bergerak ke sana sini dengan pelbagai urusan. Semua urusan itu merupakan masalah ataupun hal yang perlu diselesaikan oleh setiap orang.
Saudara,
Dengan melihat sesuatu perkara dalam kesedaran tertinggi, kita akan sentiasa kagum dengan Allah SWT. Keyakinan kita dapat ditambah lagi apabila permohonan kita dimakbulkan oleh Allah SWT. Ini kerana saudara mempraktikkan apa yang pernah disarankan dalam laman web ini iaitu meminta kepada Allah SWT sebelum melakukan apa jua perkara dan pilihan.
Hidup kita ini penuh dengan pilihan dan kita sentiasa memohon kepada Allah SWT ketika ingin membuat pilihan walaupun kecil. Ketika ini barulah kita sedar selama ini Allah SWT lebih banyak memakbulkan doa kita daripada yang tidak dimakbulkan atau sebenarnya dalam proses untuk dimakbulkan.
Seperti contoh, jika kita sentiasa memohon kepada Allah SWT di dalam membuat pilihan walaupun ia kecil seperti ingin makan apa hari ini, dan makanan yang kita pilih itu ternyata sedap, maka keyakinan kita pada Allah SWT meningkat.
Contoh yang lain, ketika kita ingin berurusan dengan bank, kita memohon kepada Allah SWT agar dimudahkan urusan kita. Ternyata semua urusan kita berjalan lancar. Apabila kita sedar bahawa Allah SWT memakbulkan doa kita dengan melancarkan urusan kita, maka keyakinan kita kepada Allah SWT bertambah.
Sebelum ini kita tidak pernah meminta pada Allah SWT di dalam membuat pilihan. Kita tidak melibatkan Allah SWT di dalam setiap urusan kita walaupun kecil. Lalu kita tidak berasa yakin pada Allah SWT kerana kita anggap semua yang berlaku adalah pilihan dan usaha kita sendiri.
Disebabkan kita jarang melihat semua aturan hidup ini diaturkan oleh Allah SWT, maka ketika kita memerlukan Allah SWT dan berdoa, kita tidak yakin kepada Allah SWT bahawa Allah SWT akan memakbulkan doa-doa kita.
Jika permohonan kita tidak dimakbulkan pun, kita tetap yakin dengan Allah SWT. Kita yakin bahawa perkara yang kita mohon itu bukan yang terbaik di sisi Allah SWT dan juga apa yang kita mohon tidak sesuai untuk Allah SWT makbulkan ketika itu. Dengan kesedaran ini, jiwa kita tidak kecewa dan kita menerima takdir Allah SWT. Secara tak langsung sebenarnya kita menjadi hamba yang berserah pada Allah SWT 100%.
Saudara,
Saya sangat yakin dengan apa yang saya mohonkan kepada Allah SWT kerana terlalu banyak yang saya mohon, Allah SWT makbulkan. Keyakinan ini wujud apabila sebelum kita memilih, kita sentiasa memohon yang terbaik daripada Allah SWT walaupun dalam hal yang kecil.
Apabila apa yang kita mohon dimakbulkan walaupun perkara kecil, kita sedar bahawa yang memakbulkan adalah Allah SWT bukannya kerana kita pandai memilih atau juga sebuah kebetulan. Lalu keyakinan kita kepada Allah SWT di dalam memakbulkan permohonan kita bertambah.
Saudara,
Kesedaran tertinggi membuatkan kita lebih yakin dengan Allah SWT dan keyakinan itu tidak pernah turun malah meningkat dan meningkat.
Hidup ini penuh dengan pilihan. Lalu mohonlah pada Allah SWT sentiasa di dalam membuat pilihan walaupun sekadar untuk makan, mandi, berjalan ke mana-mana atau ketika membeli-belah kerana semua ini akan membuatkan kita sedar pada Allah SWT. Secara tak langsung ia akan meningkatkan keyakinan kita pada Allah SWT.
tingkat keyakinan
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Milis DT - "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku haramkan kepada-Ku untuk berbuat zalim, dan mengharamkan pula kepada kalian perbuatan zalim. Karena itu, janganlah kalian saling menganiaya diri kalian. Wahai hamba-Ku, kalian seluruhnya sesat kecuali orang yang telah Aku beri hidayah. Karena itu, mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya kalian akan Aku beri petunjuk, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa saja jika kita yakin memintanya, tanpa sedikit pun keraguan dalam dirinya." (HR Muslim, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa ia sedang menzalimi diri dan penciptanya, Allah Azza wa Jalla. Ia terus meminta kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup, tanpa disertai keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa yang dimintanya.
Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan pula Allah akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin bahwa doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doanya tersebut lebih dari yang ia minta.
Andaikan seorang ragu akan pertolongan Allah, dan lebih yakin akan kemampuan diri atau pertolongan makhluk, maka yakinlah bahwa hidup orang tersebut akan penuh dengan kekecewaan. Siapa saja yang hidupnya ingin selalu dilindungi dan dimudahkan semua urusannya, namun ia tak pernah bersungguh-sungguh meningkatkan mutu keyakinannya pada Allah, maka keinginannya tersebut hanya angan-angan belaka.
Bagaimana cara kita meningkatkan keyakinan diri? Ada tiga tahapan yang harus kita lewati dalam usaha meningkatkan kualitas keyakinan diri. Pertama, 'ilmul yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Misal, di Makah ada Kabah. Kita percaya saja karena teorinya seperti itu.
Kedua, 'ainul yaqin. Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu ada karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, kualitasnya akan lebih baik dibandingkan dengan keyakinan karena ilmu.
Ketiga adalah haqqul yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di Multazam, merasakan ijabahnya doa, akan memiliki keyakinan yang jauh lebih mendalam dari dua keyakinan sebelumnya. Inilah tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati orang yang memilikinya.
Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari 'ilmul yaqin, 'ainul yaqin, hingga haqqul yakin.
Mengenal tingkat keyakinan diri
Semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Maka, rugilah orang-orang yang hatinya bergantung pada selain Allah. Yakinlah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sayangnya, kita sering mengatakan bahwa Allah itu Mahakaya, tapi kita sering takut tidak mendapatkan rezeki. Kita tahu bahwa Allah itu Maha Menentukan segala sesuatu, yang Menciptakan manusia berpasang-pasangan, tapi kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup. Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat 'ainul yaqin dan belum sampai ke tingkat haqqul yaqin.
Mengapa ada orang yang keluar dari Islam (murtad)? Sebabnya, keyakinan yang ia miliki baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu. Ternyata, yakin kepada Allah hanya sebatas ilmu tidak cukup untuk membuat kita istiqamah. Keyakinan kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari. Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba ternyata datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi.
Ibnu Atha'illah dalam Hikam bertutur, "Nur yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar dari panca indramu berasal dari ciptaan Allah; dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah".
Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya inilah yang harus selalu kita jaga. Mulailah kita usahakan untuk selalu dapat mengenal hikmah di balik setiap kejadian. Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata hati kita. Namun, mata hati tidak akan berfungsi dengan baik, kalau selalu dikotori dengan kemaksiatan dan dosa. Wallahu a'lam bish-shawab.
www.republika.co.id
Milis DT - "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku haramkan kepada-Ku untuk berbuat zalim, dan mengharamkan pula kepada kalian perbuatan zalim. Karena itu, janganlah kalian saling menganiaya diri kalian. Wahai hamba-Ku, kalian seluruhnya sesat kecuali orang yang telah Aku beri hidayah. Karena itu, mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya kalian akan Aku beri petunjuk, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa saja jika kita yakin memintanya, tanpa sedikit pun keraguan dalam dirinya." (HR Muslim, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa ia sedang menzalimi diri dan penciptanya, Allah Azza wa Jalla. Ia terus meminta kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup, tanpa disertai keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa yang dimintanya.
Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan pula Allah akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin bahwa doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doanya tersebut lebih dari yang ia minta.
Andaikan seorang ragu akan pertolongan Allah, dan lebih yakin akan kemampuan diri atau pertolongan makhluk, maka yakinlah bahwa hidup orang tersebut akan penuh dengan kekecewaan. Siapa saja yang hidupnya ingin selalu dilindungi dan dimudahkan semua urusannya, namun ia tak pernah bersungguh-sungguh meningkatkan mutu keyakinannya pada Allah, maka keinginannya tersebut hanya angan-angan belaka.
Bagaimana cara kita meningkatkan keyakinan diri? Ada tiga tahapan yang harus kita lewati dalam usaha meningkatkan kualitas keyakinan diri. Pertama, 'ilmul yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Misal, di Makah ada Kabah. Kita percaya saja karena teorinya seperti itu.
Kedua, 'ainul yaqin. Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu ada karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, kualitasnya akan lebih baik dibandingkan dengan keyakinan karena ilmu.
Ketiga adalah haqqul yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di Multazam, merasakan ijabahnya doa, akan memiliki keyakinan yang jauh lebih mendalam dari dua keyakinan sebelumnya. Inilah tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati orang yang memilikinya.
Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari 'ilmul yaqin, 'ainul yaqin, hingga haqqul yakin.
Mengenal tingkat keyakinan diri
Semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Maka, rugilah orang-orang yang hatinya bergantung pada selain Allah. Yakinlah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sayangnya, kita sering mengatakan bahwa Allah itu Mahakaya, tapi kita sering takut tidak mendapatkan rezeki. Kita tahu bahwa Allah itu Maha Menentukan segala sesuatu, yang Menciptakan manusia berpasang-pasangan, tapi kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup. Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat 'ainul yaqin dan belum sampai ke tingkat haqqul yaqin.
Mengapa ada orang yang keluar dari Islam (murtad)? Sebabnya, keyakinan yang ia miliki baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu. Ternyata, yakin kepada Allah hanya sebatas ilmu tidak cukup untuk membuat kita istiqamah. Keyakinan kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari. Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba ternyata datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi.
Ibnu Atha'illah dalam Hikam bertutur, "Nur yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar dari panca indramu berasal dari ciptaan Allah; dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah".
Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya inilah yang harus selalu kita jaga. Mulailah kita usahakan untuk selalu dapat mengenal hikmah di balik setiap kejadian. Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata hati kita. Namun, mata hati tidak akan berfungsi dengan baik, kalau selalu dikotori dengan kemaksiatan dan dosa. Wallahu a'lam bish-shawab.
www.republika.co.id
Yakinlah Kepada Allah
Kunci tauhid itu satu: YAKIN.
YAKIN bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa terhadap apa yang terjadi di dunia ini
YAKIN bahwa apapun yang terjadi pada diri kita, itu semua dikehendaki oleh Allah
YAKIN bahwa Allah menghendaki kebaikan dan keburukan yang menimpa diri kita dengan suatu tujuan
YAKIN bahwa dalam setiap kejadian yang menimpa kita, itulah keputusan terbaik dari-NYA setelah ikhtiar terbaik yang kita lakukan
YAKIN bahwa doa maupun jeritan hati kita didengar oleh Allah karena DIA begitu dekat
YAKIN bahwa doa adalah senjata ampuh kaum mukmin
Setelah mengikuti acara UI Bertauhid yang diisi oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai kontemplasi akhir tahun Masehi, yang diadakan pada Selasa, 28 Desember 2010, di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia, Depok, aku menjadi semakin yakin bahwa memang keyakinan terhadap Rabb itulah yang membuat hidup seseorang menjadi tenang. Jika mendapatkan ujian kesulitan, bersabarlah sedangkan jika mendapatkan ujian kenikmatan maka bersyukurlah. Ya! Memang seharusnya dua hal itulah yang dilakukan kaum mukmin dalam menjalani roda kehidupan ini: bersabar dan bersyukur. Apapun yang terjadi pada diri kita, semua itu dikehendaki oleh Allah. So, jangan pernah takut menjalani hidup, ada Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Mintalah padaNYA niscaya DIA akan mendengarkan segala pinta.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Sejatinya, hidup ini adalah sebuah perjalanan dari satu ujian menuju ujian berikutnya. Entah itu berupa ujian kesulitan maupun ujian kenikmatan. Setiap kita yang mengaku beriman tidak akan dibiarkan begitu saja, masing-masing diri kita akan diuji sesuai kadarnya masing-masing, bahkan Allah akan menguji di titik terlemah kita. Ujian itulah yang akan membuktikan keimanan kita, apakah kita benar-benar beriman atau hanya mengaku beriman padahal ternyata keimanan kita hanyalah dusta.
Selepas dari kajian Aa Gym ini, aku langsung mendapatkan ujian berkaitan dengan keyakinan pada Allah.
Di suatu siang, di sebuah auditorium FIB UI, ketika aku sedang berada di acara yang menghadirkan mbak Asma Nadia sebagai pembicara, di tengah-tengah asyik memperhatikan isi acara tentang dunia kepenulisan dan perfilman, ada sms datang di layar HPku:
”Lhin, bahan-bahan qta di lemari lab ga ada.. cuma tertinggal benzil klorida. Semuanya udah pd dibuangin ke bak sampah..”
Segera kubalas: ”ya ampuunn.. itu kan ada ionic liquids yang harganya mahal banget.. aduuuhh,, gmana ini?? Kamu tlg cari2 dulu di bak sampahnya ya..”
”Udah aku cari-cari n obrak abrik tong sampah akhir,, tapi gak ketemu Lhin..aku udh mau pingsan niih rasanya..”
Aku langsung teringat bahan berhargaku, bahan penelitian yang begitu butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Ionic liquids [BMIM] PF6 yang bernilai 3.5 juta rupiah hanya untuk 5 gram, yang harus didapatkan dari Singapura, yang harus menunggu waktu yang lama dalam pemesanannya. Ya Allah! Padahal penelitianku sudah usai dan tinggal menunggu sidang, kenapa masih ada masalah dengan bahan berhargaku itu??
Hatiku dag dig dug dan segera aku tinggalkan auditorium FIB UI untuk menuju gedung Departemen Kimia UI. Ya! Segera kutinggalkan acara yang sangat menarik itu demi bahan penelitianku yang berharga. Bukan hanya masalah harga yang selangit dari bahan penelitian itu yang membuat hatiku dag dig dug. Ini masalah amanah yang aku emban, amanah untuk menjaga bahan penelitianku yang sangat berharga, yang diberikan oleh dosen pembimbingku. Tak terbayang akan kecewa dan marah besarnya sang dosen pembimbing yang telah mendanai penelitianku jika memang ionic liquids itu benar-benar sudah terbuang ke dalam bak sampah dan hilang begitu saja, padahal aku masih harus menyelesaikan riset ini setelah lulus nanti. Tak terbayang, hubungan yang selama ini sudah terjaga keharmonisannya dengan dosen pembimbingku harus hancur berantakan ketika mengetahui ionic liquids itu sudah dibuang ke bak sampah akhir di gedung Kimia dan tidak bisa ditemukan atau bahkan sudah pecah dan isinya tercampur dengan sampah-sampah. Tak terbayang jika aku harus mengganti ionic liquids itu yang berharga 3.5 juta-an yang mungkin hanya bisa ditutupi dengan honor mengajarku beberapa bulan lamanya.
Sepanjang perjalanan menuju Departemen Kimia UI, pikiranku dipenuhi berbagai hal yang berkecamuk. Mulai dari membayangkan jika benar-benar tidak ditemukan ionic liquids itu, bagaimana reaksi sang dosen pembimbing ketika mengetahuinya, bagaimana aku harus mengganti dan memesan ionic liquids itu kembali, sampai menyalahkan diriku sendiri yang seharusnya mengembalikan segera ionic liquids itu ke dosen pembimbingku bahkan sempat terlintas pikiran yang menyalahkan temanku yang menghilangkan kunci lemari labku.
Astaghfirullahaladzim. Diri ini mencoba beristighfar berkali-kali, membentengi semua pikiran yang berkecamuk, mencoba berusaha untuk tetap tenang. Segera kumasukkan pikiran-pikiran positif: Lhin, semua yang terjadi pada diri kita, itu pasti dikehendaki Allah. Kejadian seperti inipun Allah yang kehendaki, pasti ada sesuatu yang harus kamu ambil hikmahnya dari kejadian ini. Kalau toh pun ionic liquids itu masih jodohmu insya Allah dia akan ketemu, kalaupun dia memang benar-benar hilang atau pecah, ya tentunya memang itulah yang dikehendaki Allah. Masalah uang untuk menggantinya, yakinlah Allah yang akan bukakan jalan. Allah yang menghendaki semua ini, Allah juga yang pasti akan menunjukkan jalan keluarnya. Masalah dengan dosen pembimbingmu, beritahu beliau dan selesaikan urusan ini setelah sidang agar moodnya baik-baik saja ketika sidang nanti dan katakan kamu yang akan bertanggung jawab penuh untuk menggantinya dengan memesan kembali ionic liquids itu. Tenang, tenang, yakinlah, yakinlah, yakinlah padaNYA! Semua akan baik-baik saja..
Benar saja, setelah menumbuhkan pikiran-pikiran positif, diri ini pun kembali tenang. Entah kenapa ada jeritan dalam hati ini, ada keyakinan dalam hati: insya Allah ionic liquids itu masih ada dalam bak sampah akhir itu dan masih baik-baik saja.. Ya Allah, temukanlah, kumohon..
Aku pun sampai di gedung Departemen Kimia UI dan langsung menemui bapak yang bertugas membersihkan lab dan tentunya pula yang membuang ionic liquidsku ke dalam bak sampah. Pak Kiri biasa kami memanggilnya. Aku segera meminta tolong padanya untuk ditunjukkan bak sampah dimana beliau membuang semua bahan-bahan kimia dari lab kimia; akan kumasuki bak sampah itu, akan kukais-kais supaya ionic liquidsku ketemu dan mungkin memang itulah ikhtiar terbaik yang harus dilakukan. Beliau pun menunjukkan dan membantu mengorek-ngorek bak sampah tanpa harus kami memasuki bak sampah itu, cukup mengaisnya menggunakan batang kayu yang cukup panjang.
Dikais-kais beberapa lama tak juga ketemu, bahkan bau sampah pun sudah tak tercium lagi di hidungku, mataku terus memperhatikan setiap sampah botol-botol bahan kimia bercampur belatung yang menggeliat ke sana kemari di atas dedaunan. Dalam pencarian itu, hatiku terus berdoa: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami ya Rabb.. kumohon. Jangan kau butakan mata kami untuk tidak dapat melihatnya. Ya Allah, kumohon temukanlah mata kami dengan botol keci coklat bertutup merah itu.. ” , jeritku dalam hati berulang-ulang sambil membayangkan botol kecil berwarna coklat dengan tutup merah yang masih utuh ketika aku menemukannya nanti.
Tak berapa lama kemudian, Pak Kiri berteriak: “Yang ini bukan??”
”Iya Pak! Bener Pak! Yang itu! Yang itu! Alhamdulillah..”, sahutku.
Namun kami agak kesulitan untuk mengambilnya karena bak sampah cukup tinggi juga, kira-kira seleherku. Alhamdulillah, saat itu, di sana ada ibu-ibu pemulung. Sungguh, memang Allah lah yang mempertemukan kami di lokasi bak sampah itu. Akhirnya kami meminta tolong padanya untuk mengambilkan botol kecil yang kami cari ke dalam bak sampah itu. Sang ibu pemulung yang memang sudah terbiasa di tempat seperti itu, segera memasuki bak sampah dan mengambil botol ionic liquidsku dan memberikannya kepada Pak Kiri, dan Pak Kiri-lah yang memberikannya kepadaku.
Ketika akhirnya botol kecil itu berada dalam genggamanku..
”Alhamdulillah.. makasih ya Buuuu.. makasih ya Pak..”
Seketika itu pula ketika ucapan itu keluar dari bibirku, airmataku tumpah dan menderas. Ingin rasanya sujud syukur saat itu juga, tapi lokasinya tak memungkinkan. Temanku pun datang, kami berpelukan sambil menangis; sebuah tangisan haru. Tangisan yang menunjukkan betapa tidak berdayanya kami kecuali tanpa pertolongan dari-NYA. Laa hawla walaa quwwata illabillah..
Sambil berpelukan, di lokasi bak sampah itu aku hanya bisa membayangkan aku benar-benar sedang bersujud syukur. Dan temanku pun akhirnya mengajakku ke gedung kimia untuk sujud syukur di sana. Aku bergegas menuju mushalla kimia, kutundukkan diri ini, sujud ke hadapanNYA, dan menangis sejadi-jadinya; ”Ya Allah, Engkau sungguh baik padaku, tapi apa yang selama ini sudah kulakukan dalam ibadah-ibadahku padaMU?? Sering aku lalai dalam mengingatmu duhai Rabb..”
Sungguh, kontemplasi akhir tahun yang sungguh nikmat bagiku dengan hal seperti ini. Ya! Sepertinya Allah memang ingin menunjukkan hal ini, menunjukkan Kuasa-NYA, dan Allah memberikan cara terbaikNYA untuk menegurku.
Semoga sepenggal kisahku ini bisa diambil hikmahnya bahwa kita bukanlah apa-apa dan bukanlah siapa-siapa. Pada dasarnya kita hanyalah manusia biasa yang tidak berkuasa sedikitpun atas kejadian yang menimpa diri kita. Hanya Allah yang berkuasa atas segalanya maka Yakinlah! Yakinlah padaNYA! Ketika keyakinan itu tumbuh dalam hatimu, insya Allah hidup kita pun akan tenang. Kita takkan pernah takut seberat apapun ujian kesulitan hidup karena kita YAKIN bahwa Allah yang memberikan ujian kesulitan itu.. Allah pula yang akan menunjukkan jalan keluarnya. Kita tidak akan pernah sombong sebesar apapun ujian kenikmatan karena kita YAKIN bahwa kenikmatan yang kita dapatkan itu semata-mata hanya dari Allah.
YAKIN bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa terhadap apa yang terjadi di dunia ini
YAKIN bahwa apapun yang terjadi pada diri kita, itu semua dikehendaki oleh Allah
YAKIN bahwa Allah menghendaki kebaikan dan keburukan yang menimpa diri kita dengan suatu tujuan
YAKIN bahwa dalam setiap kejadian yang menimpa kita, itulah keputusan terbaik dari-NYA setelah ikhtiar terbaik yang kita lakukan
YAKIN bahwa doa maupun jeritan hati kita didengar oleh Allah karena DIA begitu dekat
YAKIN bahwa doa adalah senjata ampuh kaum mukmin
Setelah mengikuti acara UI Bertauhid yang diisi oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai kontemplasi akhir tahun Masehi, yang diadakan pada Selasa, 28 Desember 2010, di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia, Depok, aku menjadi semakin yakin bahwa memang keyakinan terhadap Rabb itulah yang membuat hidup seseorang menjadi tenang. Jika mendapatkan ujian kesulitan, bersabarlah sedangkan jika mendapatkan ujian kenikmatan maka bersyukurlah. Ya! Memang seharusnya dua hal itulah yang dilakukan kaum mukmin dalam menjalani roda kehidupan ini: bersabar dan bersyukur. Apapun yang terjadi pada diri kita, semua itu dikehendaki oleh Allah. So, jangan pernah takut menjalani hidup, ada Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Mintalah padaNYA niscaya DIA akan mendengarkan segala pinta.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Sejatinya, hidup ini adalah sebuah perjalanan dari satu ujian menuju ujian berikutnya. Entah itu berupa ujian kesulitan maupun ujian kenikmatan. Setiap kita yang mengaku beriman tidak akan dibiarkan begitu saja, masing-masing diri kita akan diuji sesuai kadarnya masing-masing, bahkan Allah akan menguji di titik terlemah kita. Ujian itulah yang akan membuktikan keimanan kita, apakah kita benar-benar beriman atau hanya mengaku beriman padahal ternyata keimanan kita hanyalah dusta.
Selepas dari kajian Aa Gym ini, aku langsung mendapatkan ujian berkaitan dengan keyakinan pada Allah.
Di suatu siang, di sebuah auditorium FIB UI, ketika aku sedang berada di acara yang menghadirkan mbak Asma Nadia sebagai pembicara, di tengah-tengah asyik memperhatikan isi acara tentang dunia kepenulisan dan perfilman, ada sms datang di layar HPku:
”Lhin, bahan-bahan qta di lemari lab ga ada.. cuma tertinggal benzil klorida. Semuanya udah pd dibuangin ke bak sampah..”
Segera kubalas: ”ya ampuunn.. itu kan ada ionic liquids yang harganya mahal banget.. aduuuhh,, gmana ini?? Kamu tlg cari2 dulu di bak sampahnya ya..”
”Udah aku cari-cari n obrak abrik tong sampah akhir,, tapi gak ketemu Lhin..aku udh mau pingsan niih rasanya..”
Aku langsung teringat bahan berhargaku, bahan penelitian yang begitu butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Ionic liquids [BMIM] PF6 yang bernilai 3.5 juta rupiah hanya untuk 5 gram, yang harus didapatkan dari Singapura, yang harus menunggu waktu yang lama dalam pemesanannya. Ya Allah! Padahal penelitianku sudah usai dan tinggal menunggu sidang, kenapa masih ada masalah dengan bahan berhargaku itu??
Hatiku dag dig dug dan segera aku tinggalkan auditorium FIB UI untuk menuju gedung Departemen Kimia UI. Ya! Segera kutinggalkan acara yang sangat menarik itu demi bahan penelitianku yang berharga. Bukan hanya masalah harga yang selangit dari bahan penelitian itu yang membuat hatiku dag dig dug. Ini masalah amanah yang aku emban, amanah untuk menjaga bahan penelitianku yang sangat berharga, yang diberikan oleh dosen pembimbingku. Tak terbayang akan kecewa dan marah besarnya sang dosen pembimbing yang telah mendanai penelitianku jika memang ionic liquids itu benar-benar sudah terbuang ke dalam bak sampah dan hilang begitu saja, padahal aku masih harus menyelesaikan riset ini setelah lulus nanti. Tak terbayang, hubungan yang selama ini sudah terjaga keharmonisannya dengan dosen pembimbingku harus hancur berantakan ketika mengetahui ionic liquids itu sudah dibuang ke bak sampah akhir di gedung Kimia dan tidak bisa ditemukan atau bahkan sudah pecah dan isinya tercampur dengan sampah-sampah. Tak terbayang jika aku harus mengganti ionic liquids itu yang berharga 3.5 juta-an yang mungkin hanya bisa ditutupi dengan honor mengajarku beberapa bulan lamanya.
Sepanjang perjalanan menuju Departemen Kimia UI, pikiranku dipenuhi berbagai hal yang berkecamuk. Mulai dari membayangkan jika benar-benar tidak ditemukan ionic liquids itu, bagaimana reaksi sang dosen pembimbing ketika mengetahuinya, bagaimana aku harus mengganti dan memesan ionic liquids itu kembali, sampai menyalahkan diriku sendiri yang seharusnya mengembalikan segera ionic liquids itu ke dosen pembimbingku bahkan sempat terlintas pikiran yang menyalahkan temanku yang menghilangkan kunci lemari labku.
Astaghfirullahaladzim. Diri ini mencoba beristighfar berkali-kali, membentengi semua pikiran yang berkecamuk, mencoba berusaha untuk tetap tenang. Segera kumasukkan pikiran-pikiran positif: Lhin, semua yang terjadi pada diri kita, itu pasti dikehendaki Allah. Kejadian seperti inipun Allah yang kehendaki, pasti ada sesuatu yang harus kamu ambil hikmahnya dari kejadian ini. Kalau toh pun ionic liquids itu masih jodohmu insya Allah dia akan ketemu, kalaupun dia memang benar-benar hilang atau pecah, ya tentunya memang itulah yang dikehendaki Allah. Masalah uang untuk menggantinya, yakinlah Allah yang akan bukakan jalan. Allah yang menghendaki semua ini, Allah juga yang pasti akan menunjukkan jalan keluarnya. Masalah dengan dosen pembimbingmu, beritahu beliau dan selesaikan urusan ini setelah sidang agar moodnya baik-baik saja ketika sidang nanti dan katakan kamu yang akan bertanggung jawab penuh untuk menggantinya dengan memesan kembali ionic liquids itu. Tenang, tenang, yakinlah, yakinlah, yakinlah padaNYA! Semua akan baik-baik saja..
Benar saja, setelah menumbuhkan pikiran-pikiran positif, diri ini pun kembali tenang. Entah kenapa ada jeritan dalam hati ini, ada keyakinan dalam hati: insya Allah ionic liquids itu masih ada dalam bak sampah akhir itu dan masih baik-baik saja.. Ya Allah, temukanlah, kumohon..
Aku pun sampai di gedung Departemen Kimia UI dan langsung menemui bapak yang bertugas membersihkan lab dan tentunya pula yang membuang ionic liquidsku ke dalam bak sampah. Pak Kiri biasa kami memanggilnya. Aku segera meminta tolong padanya untuk ditunjukkan bak sampah dimana beliau membuang semua bahan-bahan kimia dari lab kimia; akan kumasuki bak sampah itu, akan kukais-kais supaya ionic liquidsku ketemu dan mungkin memang itulah ikhtiar terbaik yang harus dilakukan. Beliau pun menunjukkan dan membantu mengorek-ngorek bak sampah tanpa harus kami memasuki bak sampah itu, cukup mengaisnya menggunakan batang kayu yang cukup panjang.
Dikais-kais beberapa lama tak juga ketemu, bahkan bau sampah pun sudah tak tercium lagi di hidungku, mataku terus memperhatikan setiap sampah botol-botol bahan kimia bercampur belatung yang menggeliat ke sana kemari di atas dedaunan. Dalam pencarian itu, hatiku terus berdoa: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami ya Rabb.. kumohon. Jangan kau butakan mata kami untuk tidak dapat melihatnya. Ya Allah, kumohon temukanlah mata kami dengan botol keci coklat bertutup merah itu.. ” , jeritku dalam hati berulang-ulang sambil membayangkan botol kecil berwarna coklat dengan tutup merah yang masih utuh ketika aku menemukannya nanti.
Tak berapa lama kemudian, Pak Kiri berteriak: “Yang ini bukan??”
”Iya Pak! Bener Pak! Yang itu! Yang itu! Alhamdulillah..”, sahutku.
Namun kami agak kesulitan untuk mengambilnya karena bak sampah cukup tinggi juga, kira-kira seleherku. Alhamdulillah, saat itu, di sana ada ibu-ibu pemulung. Sungguh, memang Allah lah yang mempertemukan kami di lokasi bak sampah itu. Akhirnya kami meminta tolong padanya untuk mengambilkan botol kecil yang kami cari ke dalam bak sampah itu. Sang ibu pemulung yang memang sudah terbiasa di tempat seperti itu, segera memasuki bak sampah dan mengambil botol ionic liquidsku dan memberikannya kepada Pak Kiri, dan Pak Kiri-lah yang memberikannya kepadaku.
Ketika akhirnya botol kecil itu berada dalam genggamanku..
”Alhamdulillah.. makasih ya Buuuu.. makasih ya Pak..”
Seketika itu pula ketika ucapan itu keluar dari bibirku, airmataku tumpah dan menderas. Ingin rasanya sujud syukur saat itu juga, tapi lokasinya tak memungkinkan. Temanku pun datang, kami berpelukan sambil menangis; sebuah tangisan haru. Tangisan yang menunjukkan betapa tidak berdayanya kami kecuali tanpa pertolongan dari-NYA. Laa hawla walaa quwwata illabillah..
Sambil berpelukan, di lokasi bak sampah itu aku hanya bisa membayangkan aku benar-benar sedang bersujud syukur. Dan temanku pun akhirnya mengajakku ke gedung kimia untuk sujud syukur di sana. Aku bergegas menuju mushalla kimia, kutundukkan diri ini, sujud ke hadapanNYA, dan menangis sejadi-jadinya; ”Ya Allah, Engkau sungguh baik padaku, tapi apa yang selama ini sudah kulakukan dalam ibadah-ibadahku padaMU?? Sering aku lalai dalam mengingatmu duhai Rabb..”
Sungguh, kontemplasi akhir tahun yang sungguh nikmat bagiku dengan hal seperti ini. Ya! Sepertinya Allah memang ingin menunjukkan hal ini, menunjukkan Kuasa-NYA, dan Allah memberikan cara terbaikNYA untuk menegurku.
Semoga sepenggal kisahku ini bisa diambil hikmahnya bahwa kita bukanlah apa-apa dan bukanlah siapa-siapa. Pada dasarnya kita hanyalah manusia biasa yang tidak berkuasa sedikitpun atas kejadian yang menimpa diri kita. Hanya Allah yang berkuasa atas segalanya maka Yakinlah! Yakinlah padaNYA! Ketika keyakinan itu tumbuh dalam hatimu, insya Allah hidup kita pun akan tenang. Kita takkan pernah takut seberat apapun ujian kesulitan hidup karena kita YAKIN bahwa Allah yang memberikan ujian kesulitan itu.. Allah pula yang akan menunjukkan jalan keluarnya. Kita tidak akan pernah sombong sebesar apapun ujian kenikmatan karena kita YAKIN bahwa kenikmatan yang kita dapatkan itu semata-mata hanya dari Allah.
IMAN DAN AL- QUR’AN: CAHAYA ALLAH DI HATI ORANG BERIMAN
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan- akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya) yang minyaknya (saja) hampir- hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis- lapis), Allah membimbing kepada cahaya- Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan- perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(Annisa : 35)
Cahaya adalah makhluk Allah yang dibutuhkan oleh kehidupan semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Manusia dan semua makhluk hidup tidak akan bertahan hidup tanpa cahaya matahari. Keindahan apapun di dalam kehidupan ini tidak akan terlihat, kecuali setelah tersinari oleh cahaya, dan sebagai manusia, mustahil dapat beraktifitas tanpa cahaya.
Untuk itulah, Allah menekankan pentingnya kalimat cahaya, agar semua petunjuk- petunjuk Allah akan bersinar bagaikan terangnya cahaya yang menerangi ufuk langit dan bumi. Gambaran ayat di atas menerangkan bagaimana cahaya petunjuk Allah menyinari kehidupan manusia, yang menggetarkan segenap perasaan, akal, hati, dan anggota tubuh manusia, agar menyatu dengan seluruh makhluk Allah bersama luapan cahaya Allah.
Dengan cahaya itulah manusia akan dijamin hidup dalam kesucian, terlepas dari beban beratnya kehidupan, mampu tinggal landas manuju kepada kehidupan yang lebih tinggi, yang semuanya dihiasi dengan keindahan ukhuwah, kebahagiaan, dan ketenangan jiwa.
Ibnu Abbas menjelaskan, “Allah adalah pemberi petunjuk kepada semua makhluk yang ada di langit dan bumi. Allahlah yang mengurus bintang- bintang, matahari, dan bulan.” Ubay bin Ka’ab, “Itulah seorang muknin yang telah Allah jadikan iman dan Al- Qur’an dalam dadanya. Maka, Allah jadikan perumpamaan semisalnya, dengan memulai cahaya diri-Nya, kemudian menyebutkan cahaya orang yang beriman. Maka, maksud ayat di atas, perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang beriman yang telah menjadikan iman dan Al- Qur’an dalam dadanya.”
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Dan begitulah perumpamaan cahaya-Nya. Kata ganti cahaya- Nya di ayat ini bisa dipahami dengan dua pemahaman, Pertama, kembali kepada Allah, yakni cahaya Allah seperti petunjuk Allah di hati orang yang beriman. Kedua, kembali kepada orang yang beriman sesuai konteks pembicaraan. Jadi, pemahamannya ialah perumpamaan cahaya orang yang beriman di dalam hatinya bagaikan Zujajah (kaca, yang jernih berkilau bagiakan bintang). Sedangkan Al-Qur’an dan syariat diumpakan dengan minyak zaitun, yang aslinya sudah berkilau dengan sendirinya tanpa unsur eksternal.
1. Cahaya adalah seseuatu yang paling dibutuhkan oleh manusia
Dan Al- Qur’an itulah sebagai cahaya Allah yang sudah seharusnya menjadi sesuatu yang dibutuhkan manusia, sebagaimana makhluk hidup apa pun akan mati tanpa cahaya. Jadi, manusia pasti akan mati tanpa Al- Quan, sebelum mati secara biologis. Karena tanpa Al- Qur’an akan menciptakan kehidupan yang gelap, menabrak kanan kiri tanpa arah yang jelas.
2. Dengan cahaya Al- Qur’an, semua tantangan hidup akan teratasi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah pribadi yang telah membuktikan peran efektif cahaya Allah ini (Al- Qur’an) dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berat, yakni ketika berdakwah di Thaif dilempari batu oleh masyarakat. Saat itu beliau berdoa :
“Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari dengannya semua kegelapan, dan akan menjadi baik di atas sinar itu seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Dan saat pulang dari Mi’raj, Rasulullah SAW ditanya oleh Aisyah, “Apakah kamu melihat Rabbmu?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia adalah cahaya, bagaimana aku bisa melihatNya.”
3. Ayat di atas merupakan perumpamaan yang aksiomatik bagi manusia
Untuk itulah, Allah jelaskan kepada manusia dengan wahyu- Nya. Namun, Allah Mahatahu manusia manakah yang berhak mendapat cahaya hidayah Allah, dengan yang tidak berhak. Rasulullah SAW memberikan gambaran jenis- jenis manusia yang mendapat hidayah dengan yang tidak,
“Hati manusia itu ada empat jenis: (1) Hati yang bersih bagaikan lampu yang bersinar terang. Inilah hati orang yang beriman yang di balik terangnya terdapat cahaya. (2) Hati yang tertutup terikat kuat oleh penutupnya. Inilah hati orang kafir. (3) Hati yang terbalik yakni hati orang yang munafik yang kondisinya mengetahui kebenaran tapi mengingkarinya. (4) Hati yang terkuak, yaitu hati yang di dalamnya ada sifat iman dan kemunafikan. Dan perumpamaan iman adalah seperti tanaman yang terus tersirami oleh air yang jernih. Sedangkan perumpamaan kemunafikan seperti borok yang terus mengeluarkan darah dan nanah; mana saja dari dua materi itu lebih dominan, maka akan mengalahkan yang tidak dominan.” (HR. Ahmad dengan isnad yang bagus)
(Dikutip dari buku 64 Bekal Hidup Wanita Muslimah, karya Abdul Azis Abdur Ra’uf, halaman 187-195, 2009, Markaz Al- Quran, Jakarta)
Cahaya adalah makhluk Allah yang dibutuhkan oleh kehidupan semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Manusia dan semua makhluk hidup tidak akan bertahan hidup tanpa cahaya matahari. Keindahan apapun di dalam kehidupan ini tidak akan terlihat, kecuali setelah tersinari oleh cahaya, dan sebagai manusia, mustahil dapat beraktifitas tanpa cahaya.
Untuk itulah, Allah menekankan pentingnya kalimat cahaya, agar semua petunjuk- petunjuk Allah akan bersinar bagaikan terangnya cahaya yang menerangi ufuk langit dan bumi. Gambaran ayat di atas menerangkan bagaimana cahaya petunjuk Allah menyinari kehidupan manusia, yang menggetarkan segenap perasaan, akal, hati, dan anggota tubuh manusia, agar menyatu dengan seluruh makhluk Allah bersama luapan cahaya Allah.
Dengan cahaya itulah manusia akan dijamin hidup dalam kesucian, terlepas dari beban beratnya kehidupan, mampu tinggal landas manuju kepada kehidupan yang lebih tinggi, yang semuanya dihiasi dengan keindahan ukhuwah, kebahagiaan, dan ketenangan jiwa.
Ibnu Abbas menjelaskan, “Allah adalah pemberi petunjuk kepada semua makhluk yang ada di langit dan bumi. Allahlah yang mengurus bintang- bintang, matahari, dan bulan.” Ubay bin Ka’ab, “Itulah seorang muknin yang telah Allah jadikan iman dan Al- Qur’an dalam dadanya. Maka, Allah jadikan perumpamaan semisalnya, dengan memulai cahaya diri-Nya, kemudian menyebutkan cahaya orang yang beriman. Maka, maksud ayat di atas, perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang beriman yang telah menjadikan iman dan Al- Qur’an dalam dadanya.”
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Dan begitulah perumpamaan cahaya-Nya. Kata ganti cahaya- Nya di ayat ini bisa dipahami dengan dua pemahaman, Pertama, kembali kepada Allah, yakni cahaya Allah seperti petunjuk Allah di hati orang yang beriman. Kedua, kembali kepada orang yang beriman sesuai konteks pembicaraan. Jadi, pemahamannya ialah perumpamaan cahaya orang yang beriman di dalam hatinya bagaikan Zujajah (kaca, yang jernih berkilau bagiakan bintang). Sedangkan Al-Qur’an dan syariat diumpakan dengan minyak zaitun, yang aslinya sudah berkilau dengan sendirinya tanpa unsur eksternal.
1. Cahaya adalah seseuatu yang paling dibutuhkan oleh manusia
Dan Al- Qur’an itulah sebagai cahaya Allah yang sudah seharusnya menjadi sesuatu yang dibutuhkan manusia, sebagaimana makhluk hidup apa pun akan mati tanpa cahaya. Jadi, manusia pasti akan mati tanpa Al- Quan, sebelum mati secara biologis. Karena tanpa Al- Qur’an akan menciptakan kehidupan yang gelap, menabrak kanan kiri tanpa arah yang jelas.
2. Dengan cahaya Al- Qur’an, semua tantangan hidup akan teratasi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah pribadi yang telah membuktikan peran efektif cahaya Allah ini (Al- Qur’an) dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berat, yakni ketika berdakwah di Thaif dilempari batu oleh masyarakat. Saat itu beliau berdoa :
“Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari dengannya semua kegelapan, dan akan menjadi baik di atas sinar itu seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Dan saat pulang dari Mi’raj, Rasulullah SAW ditanya oleh Aisyah, “Apakah kamu melihat Rabbmu?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia adalah cahaya, bagaimana aku bisa melihatNya.”
3. Ayat di atas merupakan perumpamaan yang aksiomatik bagi manusia
Untuk itulah, Allah jelaskan kepada manusia dengan wahyu- Nya. Namun, Allah Mahatahu manusia manakah yang berhak mendapat cahaya hidayah Allah, dengan yang tidak berhak. Rasulullah SAW memberikan gambaran jenis- jenis manusia yang mendapat hidayah dengan yang tidak,
“Hati manusia itu ada empat jenis: (1) Hati yang bersih bagaikan lampu yang bersinar terang. Inilah hati orang yang beriman yang di balik terangnya terdapat cahaya. (2) Hati yang tertutup terikat kuat oleh penutupnya. Inilah hati orang kafir. (3) Hati yang terbalik yakni hati orang yang munafik yang kondisinya mengetahui kebenaran tapi mengingkarinya. (4) Hati yang terkuak, yaitu hati yang di dalamnya ada sifat iman dan kemunafikan. Dan perumpamaan iman adalah seperti tanaman yang terus tersirami oleh air yang jernih. Sedangkan perumpamaan kemunafikan seperti borok yang terus mengeluarkan darah dan nanah; mana saja dari dua materi itu lebih dominan, maka akan mengalahkan yang tidak dominan.” (HR. Ahmad dengan isnad yang bagus)
(Dikutip dari buku 64 Bekal Hidup Wanita Muslimah, karya Abdul Azis Abdur Ra’uf, halaman 187-195, 2009, Markaz Al- Quran, Jakarta)
MAKRIFAT KEPADA ALLAH
"Apabila Allah Ta'ala telah membuka pintu makrifat untuk seorang
hamba, karena dengan makrifat Allah itu, engkau tidak perlu kepada
amalanmu yang memang sedikit itu. Karena Allah telah membuka
makrifat untukmu itu, berarti Allah berkehendak memberi Anugrah-Nya
kepadamu, sedangkan amal-amal yang engkau lakukan adalah semacam
pemberian ketaatan kepada-Nya. Kalau demikian, maka dimanakah
letaknya perbandingan antara ketaatan seorang hamba
dengan anugerah yang diterima dari Allah ?"
Makrifat kepada Allah adalah tujuan yang dijangkau oleh seorang hamba,
dan cita-cita yang diharapkan. Apabila seorang hamba menghadap Allah
Ta'ala karena telah dibukakan baginya pintu makrifat, maka ia akan
mendapatkan ketenangan dalam makrifat itu, karena didalamnya akan
dijumpai kenikmatan rohani yang berlimpah-limpah. Senantiasa akan ber-
limpah kepadanya pula hasrat untuk memperbanyak amal ibadah, disebabkan
begitu banyak keutamaan yang diberikan Allah kepadanya.
Dengan makrifat itu seorang hamba akan semakin dekat kepada Allah
karena ia dapat memandang Allah dengan makrifatnya itu.
Dimaksud makrifat adalah melihatnya seorang hamba dengan mata hati
sanubari (basirah)-nya. Hamba Allah yang dekat dengan Allah, ia akan
mampu mengenal Allah dengan baik, karena makrifat menurut arti harfiah-
nya sama dengan mengenal. Maksud dekat dengan Allah serta mengenal
akan sifat-sifat yang mulia itu.
Dalam ibadahnya seorang hamba yang bermakrifat kepada Allah dengan
pengertian diatas, berarti ia benar-benar sanggup mengenal Allah.
Dengan mata hatinya yang bersinar ia mendekat Allah untuk memdapatkan
rakhmat dan kasih sayangnya.
Makrifat bagi seorang hamba diperllukan dalam beribadah dan beramal,
sebab dengan demikian ia akan sampai kepada tingkat hamba yang haqqul
yakin. Karena mengetahui Allah Ta'ala itu ada, adalah menjadi kewajiban
seorang hamba. Ia baru berada dalam tingkat ilmul yaqin. Ketika seorang
hamba mengenal Allah dengan baik menurut ilmu Allah sendiri, maka ia
telah berada dalam keadaan haqqul yaqin.
Makrifat kepada Allah dalam tiga tahap ini adalah tugas yang harus
dimiliki oleh si hamba dari waktu ke waktu dalam menyempurnakan iman
dan ibadahnya kepada Allah. Kedudukan makrifat tidak boleh bertentangan
dengan akidah dan syariat, yang bersumber kepada Qur'an dan Sunnah
Rasulullah SAW.
Hamba yang bermakrifat kepada Allah, tidak berarti ia mengurangi ibadah
dan amalnya, justru makin tinggi makrifat seorang hamba, makin banyak
pula ibadahnya dan makin sempurna amalnya. Hamba yang soleh dan sem-
purna makrifatnya, adalah orang yang kokoh imannya dan tekun ibadahnya,
sebab antara iman dan amal soleh tidak dapat dipisahkan dalam ibadah
islam. Seperti firman Allah dalam surat At Tin ayat 6,
"kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, bagi mereka
pahala yang tidak putus-putus".
Makrifat kepada Allah (menurut akidah dan syariat) hendaklah
berdasarkan iman dan amal soleh. Walaupun pahala bagi seorang hamba
yang makrifat bukanlah tujuan, sebab yang menjadi tujuan dan yang
dicarinya ialah ridha Allah Ta'ala, sebagai anugrah yang sangat berharga.
*****
_____________________________________________________________________
Mutu Manikam Dari Kitab Al Hikam
Judul Asli : Al Hikam
Karya : Syekh Ahmad bin Muhammad Atailah
Pensyarah : Syekh Muhammad bin Ibrahim Ibnu 'Ibad
Penyadur : Djamal'uddin Ahmad Al Buny
Ikhtisar & Penyunting : Abu Hakim, Kartowiyono Lc.,
Husin Abdullah
Penerbit : Mutiara Ilmu - Surabaya
hamba, karena dengan makrifat Allah itu, engkau tidak perlu kepada
amalanmu yang memang sedikit itu. Karena Allah telah membuka
makrifat untukmu itu, berarti Allah berkehendak memberi Anugrah-Nya
kepadamu, sedangkan amal-amal yang engkau lakukan adalah semacam
pemberian ketaatan kepada-Nya. Kalau demikian, maka dimanakah
letaknya perbandingan antara ketaatan seorang hamba
dengan anugerah yang diterima dari Allah ?"
Makrifat kepada Allah adalah tujuan yang dijangkau oleh seorang hamba,
dan cita-cita yang diharapkan. Apabila seorang hamba menghadap Allah
Ta'ala karena telah dibukakan baginya pintu makrifat, maka ia akan
mendapatkan ketenangan dalam makrifat itu, karena didalamnya akan
dijumpai kenikmatan rohani yang berlimpah-limpah. Senantiasa akan ber-
limpah kepadanya pula hasrat untuk memperbanyak amal ibadah, disebabkan
begitu banyak keutamaan yang diberikan Allah kepadanya.
Dengan makrifat itu seorang hamba akan semakin dekat kepada Allah
karena ia dapat memandang Allah dengan makrifatnya itu.
Dimaksud makrifat adalah melihatnya seorang hamba dengan mata hati
sanubari (basirah)-nya. Hamba Allah yang dekat dengan Allah, ia akan
mampu mengenal Allah dengan baik, karena makrifat menurut arti harfiah-
nya sama dengan mengenal. Maksud dekat dengan Allah serta mengenal
akan sifat-sifat yang mulia itu.
Dalam ibadahnya seorang hamba yang bermakrifat kepada Allah dengan
pengertian diatas, berarti ia benar-benar sanggup mengenal Allah.
Dengan mata hatinya yang bersinar ia mendekat Allah untuk memdapatkan
rakhmat dan kasih sayangnya.
Makrifat bagi seorang hamba diperllukan dalam beribadah dan beramal,
sebab dengan demikian ia akan sampai kepada tingkat hamba yang haqqul
yakin. Karena mengetahui Allah Ta'ala itu ada, adalah menjadi kewajiban
seorang hamba. Ia baru berada dalam tingkat ilmul yaqin. Ketika seorang
hamba mengenal Allah dengan baik menurut ilmu Allah sendiri, maka ia
telah berada dalam keadaan haqqul yaqin.
Makrifat kepada Allah dalam tiga tahap ini adalah tugas yang harus
dimiliki oleh si hamba dari waktu ke waktu dalam menyempurnakan iman
dan ibadahnya kepada Allah. Kedudukan makrifat tidak boleh bertentangan
dengan akidah dan syariat, yang bersumber kepada Qur'an dan Sunnah
Rasulullah SAW.
Hamba yang bermakrifat kepada Allah, tidak berarti ia mengurangi ibadah
dan amalnya, justru makin tinggi makrifat seorang hamba, makin banyak
pula ibadahnya dan makin sempurna amalnya. Hamba yang soleh dan sem-
purna makrifatnya, adalah orang yang kokoh imannya dan tekun ibadahnya,
sebab antara iman dan amal soleh tidak dapat dipisahkan dalam ibadah
islam. Seperti firman Allah dalam surat At Tin ayat 6,
"kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, bagi mereka
pahala yang tidak putus-putus".
Makrifat kepada Allah (menurut akidah dan syariat) hendaklah
berdasarkan iman dan amal soleh. Walaupun pahala bagi seorang hamba
yang makrifat bukanlah tujuan, sebab yang menjadi tujuan dan yang
dicarinya ialah ridha Allah Ta'ala, sebagai anugrah yang sangat berharga.
*****
_____________________________________________________________________
Mutu Manikam Dari Kitab Al Hikam
Judul Asli : Al Hikam
Karya : Syekh Ahmad bin Muhammad Atailah
Pensyarah : Syekh Muhammad bin Ibrahim Ibnu 'Ibad
Penyadur : Djamal'uddin Ahmad Al Buny
Ikhtisar & Penyunting : Abu Hakim, Kartowiyono Lc.,
Husin Abdullah
Penerbit : Mutiara Ilmu - Surabaya
Senin, 28 November 2011
SURGA DAN NERAKA MEMBUAT LUPA PENGALAMAN HIDUP DI DUNIA
Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.
Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!
Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin. Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-
Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/surga-dan-neraka-membuat-lupa-pengalaman-hidup-di-dunia.htm
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/08/surga-dan-neraka-membuat-lupa.html
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.
Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!
Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin. Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-
Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/surga-dan-neraka-membuat-lupa-pengalaman-hidup-di-dunia.htm
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/08/surga-dan-neraka-membuat-lupa.html
Akhwat Jatuh cinta?
Akhwat Jatuh Cinta??
Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia…
Bukankah cinta adalah fitrah manusia???
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta???
Mereka juga punya hati dan rasa…
Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada…
Namun sebaliknya…
Ketika Akhwat Jatuh Cinta…
Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap…
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi…
Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sebuah rasa yang tak semestinya…
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternodai…
Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…
Ketika Akhwat Jatuh Cinta…
Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…
Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…
Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah,kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…
Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan…
Alangkah kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Karena yang ada adalah penderitaan…
Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…
Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap…
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…
Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…
Karena bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…
Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…
Ukhti…
Bersabarlah…
Biarkan Allah yang mengaturnya…
Maka yakinlah…
Semuanya akan baik-baik saja…
Semua Akan Indah Pada Waktunya…
Ya Allah…
Kurniakanlah kami pasangan yang soleh…
Yang menjaga dirinya…
Yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
Yang sentiasa memperbaiki dirinya…
Yang sentiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
Yang baik akhlaknya…
Yang menerima kami apa adanya…
Yang akan membawa kami menuju Jannah Mu Ya Rabb…
Kabulkan ya Allah…
Kerana hati kami teramat lemah…
Ya Allah..
Kami mohon ampun atas dosa selama ini
Dosa-dosa kami..
Andai tak menjalankan perintahMu
Andai tak pedulikan NamaMu
Andai tenggelam melupakan diriMu
Ya Allah..
Sempatkanlah kami untuk bertaubat
Untuk hidup di jalanMu
Untuk penuhi keewajipanku
Sebelum tutup usia ini..
Sebelum kami kembali kepadaMu..
Ameen ya rabb
sumber: diambil dari facebook seorang sahabat
Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia…
Bukankah cinta adalah fitrah manusia???
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta???
Mereka juga punya hati dan rasa…
Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada…
Namun sebaliknya…
Ketika Akhwat Jatuh Cinta…
Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap…
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi…
Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sebuah rasa yang tak semestinya…
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternodai…
Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…
Ketika Akhwat Jatuh Cinta…
Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…
Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…
Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah,kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…
Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan…
Alangkah kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Karena yang ada adalah penderitaan…
Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…
Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap…
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…
Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…
Karena bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…
Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…
Ukhti…
Bersabarlah…
Biarkan Allah yang mengaturnya…
Maka yakinlah…
Semuanya akan baik-baik saja…
Semua Akan Indah Pada Waktunya…
Ya Allah…
Kurniakanlah kami pasangan yang soleh…
Yang menjaga dirinya…
Yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
Yang sentiasa memperbaiki dirinya…
Yang sentiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
Yang baik akhlaknya…
Yang menerima kami apa adanya…
Yang akan membawa kami menuju Jannah Mu Ya Rabb…
Kabulkan ya Allah…
Kerana hati kami teramat lemah…
Ya Allah..
Kami mohon ampun atas dosa selama ini
Dosa-dosa kami..
Andai tak menjalankan perintahMu
Andai tak pedulikan NamaMu
Andai tenggelam melupakan diriMu
Ya Allah..
Sempatkanlah kami untuk bertaubat
Untuk hidup di jalanMu
Untuk penuhi keewajipanku
Sebelum tutup usia ini..
Sebelum kami kembali kepadaMu..
Ameen ya rabb
sumber: diambil dari facebook seorang sahabat
Bunga Yang Cantik Jarang Yang Harum
Wanita sinonim dengan kecantikan. Istilah "cermin" dalam bahasa Arab dekat sangat dengan wanita – kerana cermin itu dekat pula dengan kecantikan. Bercermin untuk kelihatan cantik. Ke mana-mana wanita pergi, cermin ada di sisi.Bagi yang tidak cantik bagaimana? Mereka bukan wanita?
Tunggu dulu, setiap yang Allah cipta pasti indah kerana Allah itu Maha Indah dan suka pada keindahan. Tuhan tidak mencipta manusia hodoh, Tuhan hanya mencipta manusia dengan kecantikan berbeza. Jadi, ingat itu... setiap wanita berhak untuk cantik!
Soalnya, di manakah letaknya kecantikan sebenar pada seorang wanita? Kalau kita tanyakan kepada para lelaki maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawapan. Ada yang merasakan kecantikan wanitaitu pada wajah, pada bentuk tubuh, pada kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya.
Dan pada yang menyatakan kecantikan pada wajah pula terbahagi kepada pelbagai pandangan, ada yang mengatakan kecantikannya terletak pada hidung, pada mata dan sebagainya. Pendekata kecantikan itu bagi anggapan sesetengah orang sangat relatif sifatnya. Lain orang, lain penilaiannya.
Namun sebagai seorang Islam, kita tentulah ada kayu ukur tersendiri untuk menilai kecantikan. Kita tentunya mengukur kecantikan wanita mengikut kayu ukur Islam. Dan tentu sahaja kecantikan yang menjadi penilaian Islam adalah lebih hakiki dan abadi lagi.
Misalnya, kalaulah kecantikan itu hanya terletak pada wajah, wajah itu lambat-laun akan dimakan usia. Itu hanya bersifat sementara. Apabila usia meningkat, kulit akan berkedut tentulah wajah tidak cantik lagi. Jadi tentulah ini bukan ukuran kecantikan yang sejati dan abadi.
Sebagai hamba Allah, kita hendaklah melihat kecantikan selaras dengan penilaian Allah atas keyakinan apa yang dinilai oleh-Nya lebih tepat dan betul. Apakah kecantikan yang dimaksudkan itu? Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti ataupun akhlak. Itulah misi utama kedatangan Rasulullah SAW – untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Kecantikan akhlak jika ada pada seseorang, lebih kekal. Inilah kecantikan yang hakiki mengikut penilaian Allah. Hancur badan dikandung tanah, budi baik di kenang juga. Kecantikan akhlak ini juga adalah satu yang lebih abadi. Kata pepatah lagi, hutang budi dibawa mati. Malah akhlak yang baik juga sangat disukai oleh hati manusia. Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya sahaja cantik tetapi akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci.
Ya, mata menilai kecantikan pada rupa. Akal menilai pada fikiran. Nafsu menilai pada bentuk tubuh. Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi. Kecantikan akhlak ini diterima oleh semua orang. Katalah orang jujur, siapapun suka. Semua orang sepakat menyayangi orang yang jujur itu disukai. Sedangkan jika menurut ukuran rupa, penilaian manusia tetap tidak sama. Sebab itu ada pepatah yang mengatakan, 'beauty in the eye of beholder'.
Rasulullah saw juga telah pernah menegaskan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah. Wanita solehah ialah perhiasan rumah-tangga, perhiasan masyarakat dan perhiasan negara. Jika ada ibu yang solehah, anak-anaknya tentu mendapat manfaat. Mereka akan terdidik dengan baik.
Jika ada isteri yang solehah, suami pun akan mendapat manfaat. Para isteri ini akan memudahkan urusan rumah-tangga, menjalinkan hubungan keluargha dengan penuh kasih-sayang dan lain-lain. Tuturkatanya baik, tingkah lakunya baik, senyumannya menawan dan segala-galanya indah... mereka bayangan bidadari syurga di dunia ini.
Kenapa banyak wanita yang memiliki kecantikan tetapi musnah hidupnya? Ada ungkapan yang berbunyi, kemusnahan akan menimpa bilawanita mula merasai dirinya cantik dan mempamirkan kecantikan. Sejauhmana benarnya, wallahua'lam. Tetapi apa yang pasti, menurut Islam jika kecantikan tidak disertai iman yang kuat, maka pemiliknya akan hilang kawalan diri. Akibatnya ramai wanita cantik diperdayakan oleh syaitan untuk menggoda manusia melakukan kemungkaran. Lihatlah di sekeliling kita. Kata orang, bunga yang cantik jarang yang harum! Ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Tanpa iman, kecantikan akan dipergunakan ke arah kejahatan dan kemaksiatan, yang akhirnya akan memusnahkan diri pemiliknya dan orang lain. Cuba kita lihat apa yang terjadi kepada bintang filem barat (di sinipun apa kurangnya), ada yang memporak-perandakan negara, rumah-tangga dan berakhir dengan sakit jiwa dan bunuh diri.
Cantik tidak salah, tetapi salah menggunakan kecantikkan itulah yang salah. Kata orang, wanita yang cantik jarang berakhlak. Umpama bunga yang cantik, jarang yang wangi. Tetapi kalau cantik dan berakhlak pula, inilah yang hebat. Umpama cantiknya wanita solehah pada zaman nabi seperti Siti Aishah RA, Atikah binti Zaid dan lain-lain.
Bagaimana mendapat kecantikan sejati? Perlu kita faham kecantikan itu bermula dari dalam ke luar. Bukan sebaliknya. Oleh itu pertama, tanamkan di dalam hati kita iman yang benar-benar kuat berdasarkan ilmu yang tepat dan penghayatan yang tinggi. Iman itu keyakinan, kasih sayang, kemaafan, sangka baik dan reda. Rasa-rasa ini buktikanlah dengan perbuatan yang baik. Bila hati baik, wajah akan sentiasa cantik.
Jadi perkara kedua ialah susulilah iman itu dengan perbuatan yang baik. Ertinya, kita atur kehidupan mengikut syariat atau peraturan Tuhan. Dan apabila iman ditanam, syariat ditegakkan, akan berbuahlah akhlak yang mulia. Wajah, perilaku dan peribadi kita akan nampak cantik sekali. Inilah yang dikatakan kecantikan yang hakiki. Biar buruk rupa, jangan buruk perangai. Apa gunanya mulut yang cantik kalau kita gunakan untuk mengumpat?
Ya, kecantikan akhlak... boleh dimiliki oleh sesiapa sahaja, oleh yang rupawan mahupun yang hodoh. Itu bukti keadilan Allah yang mencipta wanita dengan berbagai wajah dan rupa... tapi peluangnya untuk "cantik" tetap serupa!
- Artikel iluvislam.com
Tunggu dulu, setiap yang Allah cipta pasti indah kerana Allah itu Maha Indah dan suka pada keindahan. Tuhan tidak mencipta manusia hodoh, Tuhan hanya mencipta manusia dengan kecantikan berbeza. Jadi, ingat itu... setiap wanita berhak untuk cantik!
Soalnya, di manakah letaknya kecantikan sebenar pada seorang wanita? Kalau kita tanyakan kepada para lelaki maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawapan. Ada yang merasakan kecantikan wanitaitu pada wajah, pada bentuk tubuh, pada kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya.
Dan pada yang menyatakan kecantikan pada wajah pula terbahagi kepada pelbagai pandangan, ada yang mengatakan kecantikannya terletak pada hidung, pada mata dan sebagainya. Pendekata kecantikan itu bagi anggapan sesetengah orang sangat relatif sifatnya. Lain orang, lain penilaiannya.
Namun sebagai seorang Islam, kita tentulah ada kayu ukur tersendiri untuk menilai kecantikan. Kita tentunya mengukur kecantikan wanita mengikut kayu ukur Islam. Dan tentu sahaja kecantikan yang menjadi penilaian Islam adalah lebih hakiki dan abadi lagi.
Misalnya, kalaulah kecantikan itu hanya terletak pada wajah, wajah itu lambat-laun akan dimakan usia. Itu hanya bersifat sementara. Apabila usia meningkat, kulit akan berkedut tentulah wajah tidak cantik lagi. Jadi tentulah ini bukan ukuran kecantikan yang sejati dan abadi.
Sebagai hamba Allah, kita hendaklah melihat kecantikan selaras dengan penilaian Allah atas keyakinan apa yang dinilai oleh-Nya lebih tepat dan betul. Apakah kecantikan yang dimaksudkan itu? Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti ataupun akhlak. Itulah misi utama kedatangan Rasulullah SAW – untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Kecantikan akhlak jika ada pada seseorang, lebih kekal. Inilah kecantikan yang hakiki mengikut penilaian Allah. Hancur badan dikandung tanah, budi baik di kenang juga. Kecantikan akhlak ini juga adalah satu yang lebih abadi. Kata pepatah lagi, hutang budi dibawa mati. Malah akhlak yang baik juga sangat disukai oleh hati manusia. Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya sahaja cantik tetapi akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci.
Ya, mata menilai kecantikan pada rupa. Akal menilai pada fikiran. Nafsu menilai pada bentuk tubuh. Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi. Kecantikan akhlak ini diterima oleh semua orang. Katalah orang jujur, siapapun suka. Semua orang sepakat menyayangi orang yang jujur itu disukai. Sedangkan jika menurut ukuran rupa, penilaian manusia tetap tidak sama. Sebab itu ada pepatah yang mengatakan, 'beauty in the eye of beholder'.
Rasulullah saw juga telah pernah menegaskan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah. Wanita solehah ialah perhiasan rumah-tangga, perhiasan masyarakat dan perhiasan negara. Jika ada ibu yang solehah, anak-anaknya tentu mendapat manfaat. Mereka akan terdidik dengan baik.
Jika ada isteri yang solehah, suami pun akan mendapat manfaat. Para isteri ini akan memudahkan urusan rumah-tangga, menjalinkan hubungan keluargha dengan penuh kasih-sayang dan lain-lain. Tuturkatanya baik, tingkah lakunya baik, senyumannya menawan dan segala-galanya indah... mereka bayangan bidadari syurga di dunia ini.
Kenapa banyak wanita yang memiliki kecantikan tetapi musnah hidupnya? Ada ungkapan yang berbunyi, kemusnahan akan menimpa bilawanita mula merasai dirinya cantik dan mempamirkan kecantikan. Sejauhmana benarnya, wallahua'lam. Tetapi apa yang pasti, menurut Islam jika kecantikan tidak disertai iman yang kuat, maka pemiliknya akan hilang kawalan diri. Akibatnya ramai wanita cantik diperdayakan oleh syaitan untuk menggoda manusia melakukan kemungkaran. Lihatlah di sekeliling kita. Kata orang, bunga yang cantik jarang yang harum! Ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Tanpa iman, kecantikan akan dipergunakan ke arah kejahatan dan kemaksiatan, yang akhirnya akan memusnahkan diri pemiliknya dan orang lain. Cuba kita lihat apa yang terjadi kepada bintang filem barat (di sinipun apa kurangnya), ada yang memporak-perandakan negara, rumah-tangga dan berakhir dengan sakit jiwa dan bunuh diri.
Cantik tidak salah, tetapi salah menggunakan kecantikkan itulah yang salah. Kata orang, wanita yang cantik jarang berakhlak. Umpama bunga yang cantik, jarang yang wangi. Tetapi kalau cantik dan berakhlak pula, inilah yang hebat. Umpama cantiknya wanita solehah pada zaman nabi seperti Siti Aishah RA, Atikah binti Zaid dan lain-lain.
Bagaimana mendapat kecantikan sejati? Perlu kita faham kecantikan itu bermula dari dalam ke luar. Bukan sebaliknya. Oleh itu pertama, tanamkan di dalam hati kita iman yang benar-benar kuat berdasarkan ilmu yang tepat dan penghayatan yang tinggi. Iman itu keyakinan, kasih sayang, kemaafan, sangka baik dan reda. Rasa-rasa ini buktikanlah dengan perbuatan yang baik. Bila hati baik, wajah akan sentiasa cantik.
Jadi perkara kedua ialah susulilah iman itu dengan perbuatan yang baik. Ertinya, kita atur kehidupan mengikut syariat atau peraturan Tuhan. Dan apabila iman ditanam, syariat ditegakkan, akan berbuahlah akhlak yang mulia. Wajah, perilaku dan peribadi kita akan nampak cantik sekali. Inilah yang dikatakan kecantikan yang hakiki. Biar buruk rupa, jangan buruk perangai. Apa gunanya mulut yang cantik kalau kita gunakan untuk mengumpat?
Ya, kecantikan akhlak... boleh dimiliki oleh sesiapa sahaja, oleh yang rupawan mahupun yang hodoh. Itu bukti keadilan Allah yang mencipta wanita dengan berbagai wajah dan rupa... tapi peluangnya untuk "cantik" tetap serupa!
- Artikel iluvislam.com
Langganan:
Postingan (Atom)