Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Siapa tidak mendekat kepada Allah gara-gara halusnya kebaikan yang Dia berikan, maka ia akan diseret (supaya mendekat) dengan rantai cobaan”
[Syaikh Ibnu Atha'illah menulis dalam kitabnya ‘Al-Hikam’]
Seorang Guru Bijak Menasehati :
Anakku, Allah Maha Pengasih dalam segala suasana kepada hamba-Nya. Allah ingin agar hambanya menjadi orang yang shaleh dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
Maka diberikanlah rezeki kepada hamba-Nya dengan halus agar dia menyadari hadirnya rezeki dari Allah kemudian si hamba akan mendekat dan bersyukur. Rezeki bisa berbagai macam bentuknya, dapat berupa uang, keluarga (anak istri suami), pangkat, jabatan, karier,dan sebagainya.
Serta diberikan-Nya kesehatan secara gratis, agar si hamba mendekatkan diri dan menyukurinya.
Sayang tak semua bisa sadar akan hal itu. Kadang kesehatan berlangsung lama, rezeki melimpah, tetapi hal tersebut tak sanggup mengetuk hatinya untuk bersyukur dan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka jadilah ia orang yang tidak sadar akan kasih sayang Allah.
Sama halnya seperti orang yang bermimpi, ia tidak pernah sadar dirinya tidur. Kadang orang harus dibangunkan agar ia sadar dari mimpinya. Maha suci Allah dengan Al Latif-Nya (maha halus) sehingga kebaikan-kebaikan-Nya mengalir deras dengan sangat halus sehingga tak terasa oleh hamba-Nya.
Betapa tidak, bukankah manusia sering lupa kenikmatan tidur, sampai tidur tersebut harus dibeli berupa obat tidur, dan bukankah manusia sering lupa nikmatnya garam, sampai larangan dokter mencegahnya, atau sampai makan pun harus ditakar dan dibatasi jenisnya.
Tetapi, walau demikian, kasih sayang Allah begitu besar kepada hamba-Nya. Karena itu jika peringatan berupa kenikmatan kesehatan dan rezeki gagal membawa si hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya, maka Allah akan memakai cara lain, yaitu melalui bala’, bencana dan musibah yang bisa berbagai macam bentuknya.
Biasanya dengan cara ini manusia relatif dengan cepat menyadari kesalahannya dan kemudian secara cepat mendekatkan dirinya kepada Allah.
Tidak kah kau lihat anakku, ketika laut memperlihatkan keperkasaannya berupa tsunami, ketika bumi menggeliat dengan gempa 7 skala richter, dan ketika merapi mulai terbatuk-batuk.
Maka seluruh manusia tersentak, bangun dari tidur lelapnya. Kepal-kepal tangan mulai terbuka, menjadi tangan yang memberi dan menerima. Kepala dan wajah mulai tengadah ke atas, dan doa-doa mulai membumbung ke langit.
Kenanglah kalimat ini anakku, siapa yang tidak suka menghadap (mendekat) kepada Allah dengan halusnya pemberian karunia Allah, maka ia akan diseret supaya ingat kepada Allah dengan rantai ujian (bala’)
Siapa yang tidak suka dan tidak sadar dzikir kepada Allah ketika sehat wal’afiat dan murah rezeki, maka akan dipaksa supaya berdzikir / ingat kepada Allah dengan tibanya bala’ bencana dan musibah.
Maka dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat karunia yang sebesar-besarnya kepada hamba-Nya, yaitu kenikmatan memiliki keinginan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Nah Anakku, lihatlah, sebagian orang di bawa mendekati Allah dengan mudah, sedangkan sebagian yang lain di bawa mendekat kepada Allah dengan berdarah-darah.
Allah Maha Pengasih dalam segala situasi. Seruan-Nya muncul melalui bisikan yang halus dan lemah lembut maupun lewat sakit dan musibah.
Anakku, semoga engkau termasuk kepada golongan hamba yang bersyukur dan mendekatkan diri kepada-Nya sehingga Allah tak perlu menurunkan ujian bala bencana, sakit ataupun musibah untuk menyadarkanmu. Aamiin Ya Allah …
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....
www.facebook.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar