Ku sadari bahwa usia adalah karunia-Mu
Ku sadari bahwa usia adalah amanah-Mu
Ku tahu pasti usia berjalan tak terhenti
hingga ajal menanti
Semakin lama ku merasakan
diri ini mulai terkulai lemah
apakah pertanda usia bertambah makin senja
ajal siap menanti
Reff:
Tapi mengapa untuk
mengingat-Nya terlalu jarang
tapi mengapa gundah
hati selalu membangkang
seharusnya semakin menjulang...
http://nasyidterpilih.blogspot.com/2011/11/esensi-nasheed-ketika-senja-datang.html
Selasa, 30 Oktober 2012
Minggu, 28 Oktober 2012
Rahasia di balik rahasia.
Suatu ilustrasi agar kita slalu bersyukur atas apa yg kita
alami. O:):
(M) ~> Manusia
(T) ~> Tuhan
M : Tuhan, bolehkah aku bertanya
padaMu?
T : Tentu saja silahkan!
M : Tapi janji ya, Engkau takan
marah.
T: ya, Aku janji.
M : Kenapa Kau izinkan banyak
HAL BURUK terjadi padaku hari ini?
T : Apa Maksudmu?
M : Aku bangun terlambat.
T : Ya, trus?
M : Mobilku mogok&butuh waktu
lama tuk menyala.
T : Oke, trus?
M : Roti yg kupesan dibuat tak
seperti pesananku, hingga
kumalas memakannya.
T : Hmm, trus?
M : Di jalan pulang, HPku tiba2
mati saat aku b'bicara bisnis besar!
T : Benar, trus?
M : Dan akhirnya, saat ku sampai
di rumah, aku hanya ingin sedikit
b'santai dg mesin pijat refleksi yg
baru kubeli, tapi MATI.
Kenapa tak ada yg LANCAR hari
ini?
T : Biar Kuperjelas.
Ada malaikat kematian pagi tadi,
dan Aku mengirimkan malaikatKu tuk berperang melawannya agar
tak ada hal buruk terjadi padamu!
Kubiarkan kau tertidur disaat itu.
M : Oh, tapi...
T : Aku tak biarkan mobilmu
menyala TEPAT WAKTU karna ada
pengemudi mabuk lewat didepan
jalan & akan MENABRAKmu.
M : (merunduk)
T : Pembuat burgermu sedang
sakit, AKU tak ingin kau tertular,
oleh karena itu anaknya yang
membuat burger..
M : (tarik nafas)
T : HPmu KUbuat mati karena
mereka PENIPU, KUtak mungkin
membiarkanmu tertipu. Lagipula
bisa mengacaukan
KONSENTRASImu dlm mengemudi
bila ada yg menghubungimu kala HP
menyala..
M : (mataku berkaca-kaca) aku
mngerti Tuhan
T : Soal mesin pijat refleksi,,
KUtau kau blm sempat beli voucher
listrik, bila mesin itu dinyalakan
maka akan mengambil banyak daya
listrikmu,,
KU yakin kamu tak ingin berada
dlm kgelapan ditengah mlm.
M : (menangis tersedu) Maafkanku
Tuhan!
T : Tak apa, tak prlu minta maaf.
Bljar lah tuk prcaya PADAKU.
RencanaKU padamu lebih baik dari
rencanamu sndiri.
Yakinlah bahwa Aku selalu baik
Yakinlah segala Usahamu PASTI
sukses
Blajarlah tuk slalu
bersyukur atas APAPUN yg terjadi
Krna smuanya akan INDAH pada
wktunya.
https://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah?fref=ts
alami. O:):
(M) ~> Manusia
(T) ~> Tuhan
M : Tuhan, bolehkah aku bertanya
padaMu?
T : Tentu saja silahkan!
M : Tapi janji ya, Engkau takan
marah.
T: ya, Aku janji.
M : Kenapa Kau izinkan banyak
HAL BURUK terjadi padaku hari ini?
T : Apa Maksudmu?
M : Aku bangun terlambat.
T : Ya, trus?
M : Mobilku mogok&butuh waktu
lama tuk menyala.
T : Oke, trus?
M : Roti yg kupesan dibuat tak
seperti pesananku, hingga
kumalas memakannya.
T : Hmm, trus?
M : Di jalan pulang, HPku tiba2
mati saat aku b'bicara bisnis besar!
T : Benar, trus?
M : Dan akhirnya, saat ku sampai
di rumah, aku hanya ingin sedikit
b'santai dg mesin pijat refleksi yg
baru kubeli, tapi MATI.
Kenapa tak ada yg LANCAR hari
ini?
T : Biar Kuperjelas.
Ada malaikat kematian pagi tadi,
dan Aku mengirimkan malaikatKu tuk berperang melawannya agar
tak ada hal buruk terjadi padamu!
Kubiarkan kau tertidur disaat itu.
M : Oh, tapi...
T : Aku tak biarkan mobilmu
menyala TEPAT WAKTU karna ada
pengemudi mabuk lewat didepan
jalan & akan MENABRAKmu.
M : (merunduk)
T : Pembuat burgermu sedang
sakit, AKU tak ingin kau tertular,
oleh karena itu anaknya yang
membuat burger..
M : (tarik nafas)
T : HPmu KUbuat mati karena
mereka PENIPU, KUtak mungkin
membiarkanmu tertipu. Lagipula
bisa mengacaukan
KONSENTRASImu dlm mengemudi
bila ada yg menghubungimu kala HP
menyala..
M : (mataku berkaca-kaca) aku
mngerti Tuhan
T : Soal mesin pijat refleksi,,
KUtau kau blm sempat beli voucher
listrik, bila mesin itu dinyalakan
maka akan mengambil banyak daya
listrikmu,,
KU yakin kamu tak ingin berada
dlm kgelapan ditengah mlm.
M : (menangis tersedu) Maafkanku
Tuhan!
T : Tak apa, tak prlu minta maaf.
Bljar lah tuk prcaya PADAKU.
RencanaKU padamu lebih baik dari
rencanamu sndiri.
Yakinlah bahwa Aku selalu baik
Yakinlah segala Usahamu PASTI
sukses
Blajarlah tuk slalu
bersyukur atas APAPUN yg terjadi
Krna smuanya akan INDAH pada
wktunya.
https://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah?fref=ts
Kamis, 25 Oktober 2012
✿‿✿ DALAM SEBUAH PENANTIAN HADIRNYA SANG JODOH ✿‿✿
Masih merasa gelisah dalam sebuah penantian untuk mendapatkan jodoh yang baik buat kita??
Yang awalnya jauh dari kita,
Bisa tiba-tiba mendekat kepada kita..
Yang sebelumnya acuh tak acuh kepda kita,
Bisa saja dengan tiba-tiba memberi perhatian kepada kita..
Yang tak pernah terbayangkan kenalpun sebelumnya,
Bisa dengan tiba-tiba datang berkenalan kepada kita..
Begitu juga sebaliknya..
Yang sebelumnya sudah dekat,
Bisa dengan tiba-tiba menjauh dari kita..
Yang sebelumnya nyata-nyata telah menyayangi kita,
Bisa tiba-tiba justru membenci kita..
Yang hampir pasti sudah dijadwalkan hari pernikahanpun,
Kadang-kadang digagalkan salah satu pihak dengan berbagai macam alasan..
Itulah jodoh..
Sebuah hal yang teramat misteri bagi kita..
Sebuah hal yang teramat sulit untuk ditebak..
Jodoh adalah hak-Nya..
Kita boleh telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya,
Akan tetapi Dia jugalah penentu akhirnya..
Ingatlah..
Allah selalu punya cara untuk mempertemukan seseorang dengan calon pasangan jodohnya..
Allah juga selalu punya cara untuk memisahkan seseorang dengan calon pasangan jodohnya..
Tapi yakinlah..
Allah telah 'menuliskan' calon-calon terbaik untuk kita,Dan itu bukan hal yang sulit dengan segala kuasa-Nya,Dengan segala kehendak-Nya..
Dan ketahuilah,
Hanya soal waktu sajalah bahwa rencana-Nya akhirnya bakal datang menghampiri kita..
Tak perlu merasa risau bukan??
Jadi tetap tersenyumlah dalam sebuah penantian untuk menjemput pasangan jodoh kita..
Tentunya yang terbaik bagi-Nya untuk dipertemukan dengan kita.. ✿‿✿
*fanspage Sebutir Mutiara,Seindah Wanita Sholehah*
Yang awalnya jauh dari kita,
Bisa tiba-tiba mendekat kepada kita..
Yang sebelumnya acuh tak acuh kepda kita,
Bisa saja dengan tiba-tiba memberi perhatian kepada kita..
Yang tak pernah terbayangkan kenalpun sebelumnya,
Bisa dengan tiba-tiba datang berkenalan kepada kita..
Begitu juga sebaliknya..
Yang sebelumnya sudah dekat,
Bisa dengan tiba-tiba menjauh dari kita..
Yang sebelumnya nyata-nyata telah menyayangi kita,
Bisa tiba-tiba justru membenci kita..
Yang hampir pasti sudah dijadwalkan hari pernikahanpun,
Kadang-kadang digagalkan salah satu pihak dengan berbagai macam alasan..
Itulah jodoh..
Sebuah hal yang teramat misteri bagi kita..
Sebuah hal yang teramat sulit untuk ditebak..
Jodoh adalah hak-Nya..
Kita boleh telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya,
Akan tetapi Dia jugalah penentu akhirnya..
Ingatlah..
Allah selalu punya cara untuk mempertemukan seseorang dengan calon pasangan jodohnya..
Allah juga selalu punya cara untuk memisahkan seseorang dengan calon pasangan jodohnya..
Tapi yakinlah..
Allah telah 'menuliskan' calon-calon terbaik untuk kita,Dan itu bukan hal yang sulit dengan segala kuasa-Nya,Dengan segala kehendak-Nya..
Dan ketahuilah,
Hanya soal waktu sajalah bahwa rencana-Nya akhirnya bakal datang menghampiri kita..
Tak perlu merasa risau bukan??
Jadi tetap tersenyumlah dalam sebuah penantian untuk menjemput pasangan jodoh kita..
Tentunya yang terbaik bagi-Nya untuk dipertemukan dengan kita.. ✿‿✿
*fanspage Sebutir Mutiara,Seindah Wanita Sholehah*
Lirik Lagu Cinta Yang Tak Mungkin - Elyzia Mulachela
ku pejamkan mata ini
ku tertidur tanpa lelap
tapi ku bermimpi
kau jadi milikku
suaramu tetap bernyanyi
walau sadar ku kian tak ada
namun ku bahagia
Lagumu milikku
indah senyumanmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi
huu... huuu ... huu....
apapun yang kau cintakan
ku akan berjuang dapatkan
jika kau bahagia aku smakin bahagia
indahnya wajahmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi
meski ku takkan bisa memiliki dirimu
takkan ku berpaling pergi
indah senyumanmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari itu cinta yang tak mungkin jadi
meski ku takkan bisa memiliki dirimu
takkan ku berpaling pergi
makin ku mencintai
kulepas kau kekasih, biar terbang tinggi
cinta yang tak mungkin
terbang tinggi
ku tertidur tanpa lelap
tapi ku bermimpi
kau jadi milikku
suaramu tetap bernyanyi
walau sadar ku kian tak ada
namun ku bahagia
Lagumu milikku
indah senyumanmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi
huu... huuu ... huu....
apapun yang kau cintakan
ku akan berjuang dapatkan
jika kau bahagia aku smakin bahagia
indahnya wajahmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari cinta yang tak mungkin jadi
meski ku takkan bisa memiliki dirimu
takkan ku berpaling pergi
indah senyumanmu
takkan bisa pudar
makin indah di hatiku
walau kusadari itu cinta yang tak mungkin jadi
meski ku takkan bisa memiliki dirimu
takkan ku berpaling pergi
makin ku mencintai
kulepas kau kekasih, biar terbang tinggi
cinta yang tak mungkin
terbang tinggi
Lirik Lagu Tahu Diri - Maudy Ayunda
hai, selamat bertemu lagi
aku sudah lama menghindarimu
sialkulah kau ada disini
sungguh tak mudah bagiku
rasanya tak ingin bernafas lagi
tegak berdiri, didepanmu kini
sakitnya menusuki jantung ini
melawan cinta yang ada dihati
reff :
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
bye, selamat berpisah lagi
meski masih ingin memandangimu
lebih baik kau tiada di sini
sungguh tak mudah bagiku
menghentikan sgala khayalan gila
jika kau ada dan ku cuma bisa
meradam, menjadi yang di sisimu
membenci nasibku yang tak berubah
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
berkali-kali kau berkata
kau cinta tapi tak bisa
berkali-kali ku tlah berjanji
menyerah
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
aku sudah lama menghindarimu
sialkulah kau ada disini
sungguh tak mudah bagiku
rasanya tak ingin bernafas lagi
tegak berdiri, didepanmu kini
sakitnya menusuki jantung ini
melawan cinta yang ada dihati
reff :
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
bye, selamat berpisah lagi
meski masih ingin memandangimu
lebih baik kau tiada di sini
sungguh tak mudah bagiku
menghentikan sgala khayalan gila
jika kau ada dan ku cuma bisa
meradam, menjadi yang di sisimu
membenci nasibku yang tak berubah
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
berkali-kali kau berkata
kau cinta tapi tak bisa
berkali-kali ku tlah berjanji
menyerah
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
dan upaya ku tau diri
tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama
pergilah menghilang sajalah, lagi
Lirik Perahu Kertas - Maudy Ayunda
Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku
Beratapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya
Reff:
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku
Beratapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya
Reff:
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Senin, 15 Oktober 2012
TIDAK PERLU IRI HATI ATAS NIKMAT ORANG LAIN:
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaiakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yg kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada
siput:
"Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?"
Siput menjawab: "Kalian kaum katak mempunyai empat kaki & bisa melompat ke sana ke mari,
Tapi saya mesti membawa cangkang yg berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih."
Katak menjawab: "Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing², hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak)."
Dan seketika, ada seekor elang besar yg terbang ke arah mereka, siput dg cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang...
Akhirnya siput baru sadar... ternyata cangkang yg di milikinya bukan merupakan suatu beban... tetapi adalah kelebihannya...
Nikmatilah kehidupan kita, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Keirian hati kita terhadap nikmat yang ada pada orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan...
Rejeki tidak selalu berupa emas, permata atau uang yg banyak bukan pula saat kita di rumah mewah & pergi bermobil.
Karena bukan kebahagiaan yg menjadikan kita berSYUKUR tetapi berSYUKURlah yg menjadikan kita berbahagia...
Assalamu'alaiakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yg kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada
siput:
"Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?"
Siput menjawab: "Kalian kaum katak mempunyai empat kaki & bisa melompat ke sana ke mari,
Tapi saya mesti membawa cangkang yg berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih."
Katak menjawab: "Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing², hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak)."
Dan seketika, ada seekor elang besar yg terbang ke arah mereka, siput dg cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang...
Akhirnya siput baru sadar... ternyata cangkang yg di milikinya bukan merupakan suatu beban... tetapi adalah kelebihannya...
Nikmatilah kehidupan kita, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Keirian hati kita terhadap nikmat yang ada pada orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan...
Rejeki tidak selalu berupa emas, permata atau uang yg banyak bukan pula saat kita di rumah mewah & pergi bermobil.
Karena bukan kebahagiaan yg menjadikan kita berSYUKUR tetapi berSYUKURlah yg menjadikan kita berbahagia...
•❤•SETIAP PERKATAAN ADALAH DOA•❤•
•❤•Sahabatku fillah, saya ingin mengajak sahabat untuk melakukan sebuah pembuktian secara ilmiah tentang Hadist Rasulullah yaitu:
Rasulullah salallahu'alaihi wassalam mengatakan “Kullu kalam addu’a” yang
berarti setiap perkataan adalah do’a. Entah itu perkataan yang baik ataupun yang buruk, sama-sama mengandung unsur do’a bagi yang mengucapkannya.
Nah sahabatku...lebih tepat kita sebut sebagai Kata-Kata Negatif dan Kata-Kata Positif
•❤•Sebaiknya kita semua mulai mengendalikan kata-kata yang keluar dari mulut kita dengan kata-kata yang Positif dan Baik.
•❤•Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Kata – kata memiliki energi yang juga luar bisa dalam proses penciptaan, dimana kata-kata mampu mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan anda alami.
•❤•Hal ini terjadi karena sesungguhnya kata-kata memiliki Daya ! dan pernyataan ini telah dibuktikan secara ilmiah. Di dalam bukunya “The True Power of Water” Masaru Emoto telah membuktikan bahwa kata apapun baik yang diucapkan atau tidak diucapkan akan mempengaruhi molekul air.
pada halaman 31 buku tersebut disebutkan tentang banyaknya orang yang melakukan percobaan, saya pun tertarik untuk melakukannya:
•❤•Saya mencoba melakukan penelitian terhadap nasi •❤•
1. Tempatkan sisa nasi yang sudah didiamkan semalaman ke dalam 2 toples dengan jumlah yang sama, kemudian ditutup rapat.
2. Setiap toples di labelkan yang berisi kata-kata.
3. Toples A: "Kamu Pintar, Cerdas, Cantik, Baik, Rajin, Sabar, Aku Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin Selalu di dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih.
4. Toples B: "Kamu Bodoh, Jelek, Jahat, Malas, Pemarah, Aku Benci Melihatmu, Aku gila tidak mau dekat dekat kamu"
5. 2 Toples ini saya letakkan terpisah dan pada tempat yang sering dilihat, setiap kali melihat toples tersebut, saya selalu membaca tulisan di kedua toples tersebut
6. Dan inilah yang terjadi pada nasi tersebut setelah 1 minggu kemudian:
•❤• Nasi dalam toples yang di bacakan kata-kata Negatif ternyata cepat sekali berubah menjadi busuk dan berwarna hitam dengan bau yang tidak sedap.
•❤• Sedangkan Nasi dalam toples yang di bacakan kata-kata Positif masih berwarna putih kekuningan dan baunya harum seperti ragi.
•❤• Silahkan Sahabat jika ingin mencoba membuktikan....
Dapat Sahabat bayangkan apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita, pasangan hidup kita, rekan-rekan kerja kita, dan orang-orang disekeliling kita, bahkan binatang dan tumbuhan disekeliling kita pun akan merasakan efek yang ditimbulkan dari getaran-getaran yang berasal dari pikiran, dan ucapan yang kita lontarkan setiap saat kepada mereka.
Maka sebaiknya bijaksanalah dalam memillih kata-kata yang akan keluar dari mulut kita, demikian juga kendalikanlah cara pemikiran timbul dalam batin kita.
Inilah mengapa kita dianjurkan untuk berbicara hal yang baik-baik saja dan menghindari kata-kata yang buruk. Semua benda di sekitar kita ada tenaga yang memiliki aura tersendiri, semuanya terletak pada diri kita untuk bagaimana energi /aura itu berada dalam kondisi positif atau negatif.
Doa adalah senjata orang mukmin, dalam apa saja kondisi dan perbuatan kita sebagai Muslim, kita disarankan untuk selalu berdoa memohon yang baik-baik. Dari sekecil-kecil perkara sampai sebesar-sebesar perkara. Segala aktivitas yang kita lakukan semua ada doanya, mau ke toilet pun dianjurkan berdoa, mau makan, mau pakai baju, naik kendaraan, ingin kaya, ingin tenang, semua ada doa dan kata-kata indah yang diungkapkan, semuanya positif.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Wallahua'lam
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
•❤•1,5 Jam, penentu kehidupan kekal•❤•
Sahabatku...
Untuk menjadikan renungan kita bersama,
betapa hidup ini sangat lah singkat,
ibaratnya hidup hanya sekedar mampir buat bersenda gurau saja, atau sekedar mampir minum teh.
Al Quran menerangkan kepada kita bahwa satu hari diakhirat
rasanya bagaikan seribu tahun di dunia.
Bukankah ini kaidah teori relativitas?
Sahabatku, mari kita lihat berdasarkan Al Quran sebagai sumber kebenaran absolut.
1 hari akhirat = 1000 tahun
24 jam akhirat = 1000 tahun
3 jam akhirat = 125 tahun
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun
Umur manusia rata-rata 60 - 70 tahun.
Jadi hidup manusia ini jika dilihat dari langit hanyalah 1,5 jam saja.
Sahabatku, waktu kita didunia hanya 1,5 Jam !!!!!!
Pantaslah kita selalu diingatkan masalah waktu.
Hanya satu setengah jam saja.
Sungguh waktu yang sangat singkat, namun akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, apakah kita hendak keSURGA atau keNERAKA.
Cuma satu setengah jam saja penderitaan karena berbagai ujian, maka berSABARlah.
Satu setengah jam saja coba buat ALLAH senang dan hentikan buat setan senang.
Cuma satu setengah jam saja mencoba menahan nafsu dan ganti dengan syariat_NYA.
SATU SETENGAH JAM... sebuah perjuangan teramat singkat,
dan ALLAH ganti dengan SURGA ABADI...
Subhaanallah... Allahu akbar...
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
Untuk menjadikan renungan kita bersama,
betapa hidup ini sangat lah singkat,
ibaratnya hidup hanya sekedar mampir buat bersenda gurau saja, atau sekedar mampir minum teh.
Al Quran menerangkan kepada kita bahwa satu hari diakhirat
rasanya bagaikan seribu tahun di dunia.
Bukankah ini kaidah teori relativitas?
Sahabatku, mari kita lihat berdasarkan Al Quran sebagai sumber kebenaran absolut.
1 hari akhirat = 1000 tahun
24 jam akhirat = 1000 tahun
3 jam akhirat = 125 tahun
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun
Umur manusia rata-rata 60 - 70 tahun.
Jadi hidup manusia ini jika dilihat dari langit hanyalah 1,5 jam saja.
Sahabatku, waktu kita didunia hanya 1,5 Jam !!!!!!
Pantaslah kita selalu diingatkan masalah waktu.
Hanya satu setengah jam saja.
Sungguh waktu yang sangat singkat, namun akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, apakah kita hendak keSURGA atau keNERAKA.
Cuma satu setengah jam saja penderitaan karena berbagai ujian, maka berSABARlah.
Satu setengah jam saja coba buat ALLAH senang dan hentikan buat setan senang.
Cuma satu setengah jam saja mencoba menahan nafsu dan ganti dengan syariat_NYA.
SATU SETENGAH JAM... sebuah perjuangan teramat singkat,
dan ALLAH ganti dengan SURGA ABADI...
Subhaanallah... Allahu akbar...
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
Keajaiban Shalat Hajat – Membuat Keinginan Menjadi Kenyataan
“Barangsiapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shal
at hajat), lalu memuji kepada Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi saw Setelah itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu, subhaana. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat), setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)
“Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah….” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).” (HR Tirmidzi)
Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya.
Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” (QS Al-Baqarah <2>: 45)
Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.
Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim. Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa.
Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada bukuini. Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya.
Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari. Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka
Jika ini Bukan Cinta
Jika ini Bukan Cinta
Jika ini bukan cinta
Jantungku tak kan berdegup begitu dahsyatnya tatkala semburat cahaya menyentuh retina tuk tampakkan bayangan mata.
Meluruhkan seluruh napas tuk berkata di atas pesona debaran sesakkan dada.
Jika ini bukan cinta
Hatiku tak kan meringis membanjir deras tatkala rasa teringkar setelah lama bersemayam.
Memendam dalam bisu dan kamuflase bahagia yang terurai.
Menggoyahkan ego dan hasrat dalam prinsip yang tertata.
Jika ini bukan cinta
Akalku tak kan berargumen tuk halalkan segala fitrah mengancam jiwa tatkala memikirnya tuk kabulkan imajinasi merangkai asa.
Membeku dalam kelu lingkaran iman di atasnya.
Jika ini bukan cinta
Wahai Dzat yang jiwaku berada pada genggamanNya
Dekaplah aku dalam sorot mata lindunganMu, agar ku bernaung dalam debaran damaiMu menenangkanku
Rangkullah aku dengan kehangatan cintaMu, agar ku tak terjerat rasa semu yang membuatMu melepasku
Peluklah aku dalam definisi imajinasi mengharapMu, agar ku tak terlena puing-puing khayal nyata asaku
Jika ini bukan cinta
Wahai Dzat yang hatiku berada dalam tatapanNya
Buanglah rasa yang mengitari hatiku.
Jangan biarkannya membadai, meluluhlantakan seluruh gedung berfondasi baja yang selama ini kubangun, di tengah tandusnya gurun pasir dan besarnya gelombang samudera.
Enyahkanlah tentangnya dalam pikirku.
Jangan biarkannya berkobar, menyuluti seluruh tatanan sejuknya hawa bumi yang selama ini kucipta atas izinMu, dalam rengkuhan aliran sungai dengan riaknya dan danau dengan diamnya.
Namun jika ini cinta
Cukuplah Kau yang mengetahuinya, Ya Rabb...
Sumber PAGE FP : Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran
Jika ini bukan cinta
Jantungku tak kan berdegup begitu dahsyatnya tatkala semburat cahaya menyentuh retina tuk tampakkan bayangan mata.
Meluruhkan seluruh napas tuk berkata di atas pesona debaran sesakkan dada.
Jika ini bukan cinta
Hatiku tak kan meringis membanjir deras tatkala rasa teringkar setelah lama bersemayam.
Memendam dalam bisu dan kamuflase bahagia yang terurai.
Menggoyahkan ego dan hasrat dalam prinsip yang tertata.
Jika ini bukan cinta
Akalku tak kan berargumen tuk halalkan segala fitrah mengancam jiwa tatkala memikirnya tuk kabulkan imajinasi merangkai asa.
Membeku dalam kelu lingkaran iman di atasnya.
Jika ini bukan cinta
Wahai Dzat yang jiwaku berada pada genggamanNya
Dekaplah aku dalam sorot mata lindunganMu, agar ku bernaung dalam debaran damaiMu menenangkanku
Rangkullah aku dengan kehangatan cintaMu, agar ku tak terjerat rasa semu yang membuatMu melepasku
Peluklah aku dalam definisi imajinasi mengharapMu, agar ku tak terlena puing-puing khayal nyata asaku
Jika ini bukan cinta
Wahai Dzat yang hatiku berada dalam tatapanNya
Buanglah rasa yang mengitari hatiku.
Jangan biarkannya membadai, meluluhlantakan seluruh gedung berfondasi baja yang selama ini kubangun, di tengah tandusnya gurun pasir dan besarnya gelombang samudera.
Enyahkanlah tentangnya dalam pikirku.
Jangan biarkannya berkobar, menyuluti seluruh tatanan sejuknya hawa bumi yang selama ini kucipta atas izinMu, dalam rengkuhan aliran sungai dengan riaknya dan danau dengan diamnya.
Namun jika ini cinta
Cukuplah Kau yang mengetahuinya, Ya Rabb...
Sumber PAGE FP : Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran
Amalan Nabi Yunus
ISLAH diri, yaitu kemampuan melihat kekurangan diri sendiri, adalah perilaku mulia yang di puji Allah.
Pada saat Nabi Yunus عليه السلام berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan
siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-NYA. Ini dirakamkan oleh ALLAH di dalam al Qur'an:
وَذَا النّونِ إِذ ذَهَبَ مُغٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَن نَقدِرَ عَلَيهِ فَنادىٰ فِى الظُّلُمٰتِ أَن لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ سُبحٰنَكَ إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ
♥ ♥ ♥ ♥ "Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ""Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."" (Al-Anbiya, 21: 87)
||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦
لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ سُبحٰنَكَ إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ
LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANNAKA INNI KUNTU MINAZ-ZHALIMIIN
Allah suka dengan amalnya itu, dan keluarkan dia dari tiga kegelapan. Gelapnya malam, gelapnya dasar lautan, gelapnya didalam perut ikan .....
Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda yang intinya bahwa apa yang berlaku pada Nabi Yunus عليه السلام juga berlaku pada ummatnya. Maksudnya adalah ketika kita menghadapi masalah maka ambillah hikmah dari kisah Nabi Yunus عليه السلام ini, dan contohi bagaimana beliau عليه السلام menjalani ujiannya tersebut.
||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦
Diantara hikmah yang dapat diambil bahwa ketika kita menghadapi masalah, maka lakukan hal-hal sebab :
1. TIDAK ADA TUHAN SELAIN ENGKAU ... (لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ)
Luruskan keyakinan pada Allah Ta'ala bahwa langit dan bumi beserta segala sesuatu yang terjadi di dalamnya berada dalam genggaman-NYA sehingga yakin kita benar. Jika yakin kita benar maka kita akan ikhlas untuk hadapi ujian tersebut, kita akan bergantung pada-NYA bukan yang lain.
2. MAHASUCI ENGKAU ... (سُبحٰنَكَ)
Sibuk memuji-NYA dan berprasangka baik pada-NYA karena yakin bahwa Allah Ta'ala pasti berikan yang terbaik karena Dia Maha Mengetahui, Bijaksana, Pengasih dan Penyayang. Kesulitan tersebut menjadi momentum untuk kita sehingga menjadi dekat sedekat-dekatnya pada Allah Ta'ala.
3. SESUNGUHNYA, AKU TERMASUK ORANG-ORANG YANG ZALIM ... (إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ)
Bertaubat sungguh-sungguh, bukannya sibuk menyalah orang lain atau keadaan tapi sibuk taubat dan islah diri/koreksi diri karena dosa-dosa kita adalah "penghalang" dari solusi yang sebenarnya sudah Allah Ta'ala sediakan.
Wallahu'alam
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
Pada saat Nabi Yunus عليه السلام berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan
siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-NYA. Ini dirakamkan oleh ALLAH di dalam al Qur'an:
وَذَا النّونِ إِذ ذَهَبَ مُغٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَن نَقدِرَ عَلَيهِ فَنادىٰ فِى الظُّلُمٰتِ أَن لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ سُبحٰنَكَ إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ
♥ ♥ ♥ ♥ "Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ""Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."" (Al-Anbiya, 21: 87)
||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦
لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ سُبحٰنَكَ إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ
LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANNAKA INNI KUNTU MINAZ-ZHALIMIIN
Allah suka dengan amalnya itu, dan keluarkan dia dari tiga kegelapan. Gelapnya malam, gelapnya dasar lautan, gelapnya didalam perut ikan .....
Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda yang intinya bahwa apa yang berlaku pada Nabi Yunus عليه السلام juga berlaku pada ummatnya. Maksudnya adalah ketika kita menghadapi masalah maka ambillah hikmah dari kisah Nabi Yunus عليه السلام ini, dan contohi bagaimana beliau عليه السلام menjalani ujiannya tersebut.
||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦
Diantara hikmah yang dapat diambil bahwa ketika kita menghadapi masalah, maka lakukan hal-hal sebab :
1. TIDAK ADA TUHAN SELAIN ENGKAU ... (لا إِلٰهَ إِلّا أَنتَ)
Luruskan keyakinan pada Allah Ta'ala bahwa langit dan bumi beserta segala sesuatu yang terjadi di dalamnya berada dalam genggaman-NYA sehingga yakin kita benar. Jika yakin kita benar maka kita akan ikhlas untuk hadapi ujian tersebut, kita akan bergantung pada-NYA bukan yang lain.
2. MAHASUCI ENGKAU ... (سُبحٰنَكَ)
Sibuk memuji-NYA dan berprasangka baik pada-NYA karena yakin bahwa Allah Ta'ala pasti berikan yang terbaik karena Dia Maha Mengetahui, Bijaksana, Pengasih dan Penyayang. Kesulitan tersebut menjadi momentum untuk kita sehingga menjadi dekat sedekat-dekatnya pada Allah Ta'ala.
3. SESUNGUHNYA, AKU TERMASUK ORANG-ORANG YANG ZALIM ... (إِنّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمينَ)
Bertaubat sungguh-sungguh, bukannya sibuk menyalah orang lain atau keadaan tapi sibuk taubat dan islah diri/koreksi diri karena dosa-dosa kita adalah "penghalang" dari solusi yang sebenarnya sudah Allah Ta'ala sediakan.
Wallahu'alam
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
LIHATLAH SELALU KE DEPAN
Seorang wanita muda sedang duduk termenung dikamarnya. sesekali diusapnya air mata yang tampak mulai mengering disekitar matanya. Mulutnya dikulum dengan wajah yang begitu kusut, seolah-olah menandakan dia dipenuhi
sejuta masalah dikepalanya
Dipandangnya kaca yang menghadapnya dan sambil berteriak dia pun berkata : “Aku selalu mencintainya... kenapa dia tega meninggalkan ku, begitu hinakah diriku sampai dia mau meninggalkan ku? Buat apa aku hidup lagi?
Suara teriaknya menggema ke seisi kamar hingga ibunya yang berada di luar kamar pun mendengarkan teriakan anaknya. Dengan perasaan cemas dia pun mendekati kamar sang anak
“Anakku ada masalah apakah gerangan yang membuat engkau berteriak begitu kerasnya?” tanya sang ibu. Sambil menanggis dipeluknya ibunya dan dia pun bercerita mengenai kekasihnya yang meninggalkan nya. Dengan senyum dan kehangatannya, sang ibu memeluknya dan mengusap kepala sang anak dengan penuh kasih.
"Anakku, coba kamu lihat kepalamu. Dia selalu menghadap kedepan, namun tidak bisa menghadap kebelakang? Mengapa kepala diciptakan seperti itu, tahukah kamu apa sebabnya? Tanya sang ibu kepada anaknya
"Aku tidak pernah berpikir tentang itu. Bisa jelaskan kepadaku?"tanya anaknya dengan suara serak.
“Tentu saja anakku, kepala kita diciptakan menghadap ke depan agar kita selalu melihat kedepan, bukan untuk menghadap ke belakang, selalu melihat masa lalu. Biarkanlah masa lalu hanya menjadi kenangan saja. Seperti halnya kamu, jangan karena kesedihan sesaat, kamu malah melakukan hal yang tidak terpuji. Biarkanlah semua sebagai masa lalu mu, sebagai bagian dari hidup mu” Nasehat ibunya kepada sang anak
“Ingatlah anak ku, selalulah melihat kedepan, dan jangan menyesal apapun yang telah terjadi pada kita, karena itu adalah bagian dari proses hidup kita” lanjut sang ibu
“Terima kasih ibu, aku mengerti sekarang” Jawab sang anak sambil memeluk sang ibu
"Jangan Pernah Lari Dari Masalah, Hadapilah Dan Masalah Pun Akan Terselesaikan" Pepatah yang sangat cocok untuk kita renungi. Kadang kala, sebuah masalah kecil mampu membuat kita menyerah dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikannya.
Hadapilah, dengan selalu melihat kedepan, jangan terlarut berlebihan terhadap suatu masalah, karena orang bijak adalah orang yang selalu menatap kedepan dan menganggap masa lalu sebagai bagian dari sebuah proses hidup"
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
sejuta masalah dikepalanya
Dipandangnya kaca yang menghadapnya dan sambil berteriak dia pun berkata : “Aku selalu mencintainya... kenapa dia tega meninggalkan ku, begitu hinakah diriku sampai dia mau meninggalkan ku? Buat apa aku hidup lagi?
Suara teriaknya menggema ke seisi kamar hingga ibunya yang berada di luar kamar pun mendengarkan teriakan anaknya. Dengan perasaan cemas dia pun mendekati kamar sang anak
“Anakku ada masalah apakah gerangan yang membuat engkau berteriak begitu kerasnya?” tanya sang ibu. Sambil menanggis dipeluknya ibunya dan dia pun bercerita mengenai kekasihnya yang meninggalkan nya. Dengan senyum dan kehangatannya, sang ibu memeluknya dan mengusap kepala sang anak dengan penuh kasih.
"Anakku, coba kamu lihat kepalamu. Dia selalu menghadap kedepan, namun tidak bisa menghadap kebelakang? Mengapa kepala diciptakan seperti itu, tahukah kamu apa sebabnya? Tanya sang ibu kepada anaknya
"Aku tidak pernah berpikir tentang itu. Bisa jelaskan kepadaku?"tanya anaknya dengan suara serak.
“Tentu saja anakku, kepala kita diciptakan menghadap ke depan agar kita selalu melihat kedepan, bukan untuk menghadap ke belakang, selalu melihat masa lalu. Biarkanlah masa lalu hanya menjadi kenangan saja. Seperti halnya kamu, jangan karena kesedihan sesaat, kamu malah melakukan hal yang tidak terpuji. Biarkanlah semua sebagai masa lalu mu, sebagai bagian dari hidup mu” Nasehat ibunya kepada sang anak
“Ingatlah anak ku, selalulah melihat kedepan, dan jangan menyesal apapun yang telah terjadi pada kita, karena itu adalah bagian dari proses hidup kita” lanjut sang ibu
“Terima kasih ibu, aku mengerti sekarang” Jawab sang anak sambil memeluk sang ibu
"Jangan Pernah Lari Dari Masalah, Hadapilah Dan Masalah Pun Akan Terselesaikan" Pepatah yang sangat cocok untuk kita renungi. Kadang kala, sebuah masalah kecil mampu membuat kita menyerah dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikannya.
Hadapilah, dengan selalu melihat kedepan, jangan terlarut berlebihan terhadap suatu masalah, karena orang bijak adalah orang yang selalu menatap kedepan dan menganggap masa lalu sebagai bagian dari sebuah proses hidup"
https://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
Belahan Jiwa
Puluhan tahun sudah kita hidup; dan pada saat yg bersamaan kita juga telah berkenalan dgn ratusan bahkan mungkin dgn ribuan orang , tetapi pernahkan Anda bertemu atau berkenalan dgn "Belahan Jiwa" Anda yg sebenarnya?
Pertanyaan ini saya ajukan bukan hanya untuk para jomblo yg belum nikah saja, tetapi juga bagi mereka yg telah puluhan tahun menikah! Kenapa?
Pasangan biologis belum tentu identis dgn pasangan rohani Anda, kagak percaya lihat saja statistik perceraian maupun dilingkungan kenalan Anda, walaupun mereka sudah menikah puluhan tahun, tetapi kenyataannya hidup mereka sama saja seperti layaknya anjing dan kucing, apabila tidak ribut terus, maka si kucing akan terus mencari pasangan kucing lainnya baca PIL sedangkan si anjing akan mencari pasangan anjing lainnya baca WIL!
Belahan Jiwa atau Pasangan Rohani atau lebih keren lagi disebut sebagai "Soulmate" bukannya hasil dari pilihan kita sendiri, melainkan telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Sejak jiwa Anda memasuki tubuh, Anda telah ditakdirkan untuk bersama dgn jiwa yg lain atau belahan jiwa Anda.
Tanya saja sama diri sendiri, walaupun mungkin Anda telah menikah dan hidup dibawah satu atap puluhan tahun lamanya dgn pasangan hidup Anda, tetapi rasanya tetap saja seperti dua insan yg berlainan, bahkan merasa seperti juga hidup dgn makhluk dari planet lain. Karena dia bukanlah belahan jiwa Anda dan dia bukanlah pasangan rohani Anda! Percayalah apabila Anda dapat menemukannya, bahkan bisa hidup dgn pasangan rohani Anda, maka hidup ini pasti akan jauh lebih indah dan lebih mudah untuk dijalani.
Soulmate tidak harus memiliki pemikiran maupun perasaan yg sama, karena Sang Pencipta bukannya ingin menciptakan dupikatnya Anda, melainkan bagian jiwa Anda yg lainnya; yang tidak identis seperti yg Anda miliki pada saat sekarang ini. Soulmate adalah pasangan yg akan melengkapi kekurangan yg ada di dlm diri Anda, bahkan ia juga akan dapat memenuhi kebutuhan rohani Anda.
Soulmate akan dapat mengisi rasa kesepian kita, dan akan membuat kita selalu merasa nyaman berada di dekatnya, ia juga akan selalu bersedia untuk meluangkan waktu; mendengarkan atau pun berbicara dgn Anda. Terlebih dari segalanya ia dapat mengasihi Anda sepenuhnya dgn segala kelebihan maupun kekurangan2 Anda, karena ia adalah belahan jiwa Anda sendiri. Selain rasa saling menikmati kebersamaan, soulmate akan selalu ada dimana saat Anda membutuhkannya, karena dgn dia kita bisa berbagi suka maupun duka untuk menangis bersama, maupun tertawa bersama dengannya.
Sesuai dgn namanya pasangan "rohani" jadi ini bertolak belakang dgn pasangan jasmani, dimana untuk mencari pasangan jasmani kita akan memilih berdasarkan kriteria, kekayaan, wajah bentuk tubuh, pendidikan, keturunan ataupun pangkat. Dan untuk pasangan rohan tidak akan ada ketergantungan lagi dlm soal sex satu dgn yg lain, karena faktor kebersamaan ada jauh lebih penting daripada sex.
Bila jiwa Anda mengalami luka batin, pasti kita mengharapkan seseorang yg mau meluangkan waktu dan yg mau mendengarkan keluh kesah maupun kesedihan kita. Dan apabila Anda telah menemukan belahan jiwa Anda, maka ia akan senantiasa dapat menciptakan suatu dunia di mana Anda bisa tinggal dgn nyaman dan perasaan terlindung di dalamnya.
Tetapi dilain pihak apabila Anda telah menemukannya, maka pada saat Anda kehilangan dia, Anda akan merasa seperti juga kehilangan sesuatu yg paling berharga di atas dunia ini yg membuat Anda menjadi kesepian, terpencil dalam perasaan yg paling dalam yg akan selalu menghantui Anda siang dan malam. Disamping itu apabila Anda kehilangan pasangan jiwa Anda, ini tidak mungkin akan bisa digantikan oleh siapapun juga di kolong langit ini, sebab Allah hanya menciptakan SATU saja pasangan atau belahan jiwa untuk Anda. Seorang soulmate akan memberikan konstribusi besar dlm proses hidup kita dan tanpa kehadirannya, hati kita akan merasa tersiksa berat, karena ketiadaannya.
Untuk dapat mengetahui dan menilai apakah si "Dia" itu belahan jiwa Anda ataukah bukan, ini bisa dinilai berdasarkan kriteria2 seperti yg tercantum diatas ini.
Perlu diketahui tidak semua orang akan diberikan anugerah atau kesempatan untuk bisa menemukan pasangan rohaninya, mungkin karena dosa2 kita, mungkin karena kesalahan kita sendiri yg tidak sabaran lagi untuk menunggu saatnya dimana Sang Pencipta mempertemukan soulmate kita, sehingga akhirnya kita memilih pasangan hidup atau pasangan biologis yg bukanlah belahan jiwa kita yg sebenarnya.
Atau bisa juga kebalikannya dimana belahan jiwa kita telah memilih dan menikahi pasangan biologis lainnya, sehingga janganlah heran apabila kita jatuh cinta kepada seseorang yg telah berkeluarga, karena kita merasakan banyak sekali kecocokan di dlm dirinya.
Apabila Anda telah menemukan belahan jiwa Anda, peliharalah dia sebaik mungkin. Perlu diketahui bahwa Soulmate tidak membutuhkan sesuatu yg mahal, yang wah atau yang ruaa..r biasa, namum ia menuntut kesetiaan dan keberadaan Anda, sediakanlah waktu sejenak untuknya. Disamping itu yg diinginkan oleh setiap jiwa manusia di dunia ini adalah perhatian dan kasih sayang. Ungkapkanlah perasaan sayang Anda dengan sepenuh hati, bukan hanya sekedar dengan kata2 saja, melainkan juga dgn belaian2 maupun sentuhan2 lembut dgn penuh rasa kasih, sambil mengucapkan:I love You - from.....
Dan usahakanlah bukan hanya setahun sekali saja disaat hari raya , rasa kasih sayang diungkapkan , melainkan setiap hari dan sepanjang tahun.
Tanyalah terhadap diri Anda sendiri, kapankah Anda terakhir kalinya mengungkapkan rasa kasih sayang Anda terhadap orang yg Anda kasihi?
dari millis motivasi
https://www.facebook.com/pages/BERANDA-KITA/153300751403292?fref=ts
Pertanyaan ini saya ajukan bukan hanya untuk para jomblo yg belum nikah saja, tetapi juga bagi mereka yg telah puluhan tahun menikah! Kenapa?
Pasangan biologis belum tentu identis dgn pasangan rohani Anda, kagak percaya lihat saja statistik perceraian maupun dilingkungan kenalan Anda, walaupun mereka sudah menikah puluhan tahun, tetapi kenyataannya hidup mereka sama saja seperti layaknya anjing dan kucing, apabila tidak ribut terus, maka si kucing akan terus mencari pasangan kucing lainnya baca PIL sedangkan si anjing akan mencari pasangan anjing lainnya baca WIL!
Belahan Jiwa atau Pasangan Rohani atau lebih keren lagi disebut sebagai "Soulmate" bukannya hasil dari pilihan kita sendiri, melainkan telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Sejak jiwa Anda memasuki tubuh, Anda telah ditakdirkan untuk bersama dgn jiwa yg lain atau belahan jiwa Anda.
Tanya saja sama diri sendiri, walaupun mungkin Anda telah menikah dan hidup dibawah satu atap puluhan tahun lamanya dgn pasangan hidup Anda, tetapi rasanya tetap saja seperti dua insan yg berlainan, bahkan merasa seperti juga hidup dgn makhluk dari planet lain. Karena dia bukanlah belahan jiwa Anda dan dia bukanlah pasangan rohani Anda! Percayalah apabila Anda dapat menemukannya, bahkan bisa hidup dgn pasangan rohani Anda, maka hidup ini pasti akan jauh lebih indah dan lebih mudah untuk dijalani.
Soulmate tidak harus memiliki pemikiran maupun perasaan yg sama, karena Sang Pencipta bukannya ingin menciptakan dupikatnya Anda, melainkan bagian jiwa Anda yg lainnya; yang tidak identis seperti yg Anda miliki pada saat sekarang ini. Soulmate adalah pasangan yg akan melengkapi kekurangan yg ada di dlm diri Anda, bahkan ia juga akan dapat memenuhi kebutuhan rohani Anda.
Soulmate akan dapat mengisi rasa kesepian kita, dan akan membuat kita selalu merasa nyaman berada di dekatnya, ia juga akan selalu bersedia untuk meluangkan waktu; mendengarkan atau pun berbicara dgn Anda. Terlebih dari segalanya ia dapat mengasihi Anda sepenuhnya dgn segala kelebihan maupun kekurangan2 Anda, karena ia adalah belahan jiwa Anda sendiri. Selain rasa saling menikmati kebersamaan, soulmate akan selalu ada dimana saat Anda membutuhkannya, karena dgn dia kita bisa berbagi suka maupun duka untuk menangis bersama, maupun tertawa bersama dengannya.
Sesuai dgn namanya pasangan "rohani" jadi ini bertolak belakang dgn pasangan jasmani, dimana untuk mencari pasangan jasmani kita akan memilih berdasarkan kriteria, kekayaan, wajah bentuk tubuh, pendidikan, keturunan ataupun pangkat. Dan untuk pasangan rohan tidak akan ada ketergantungan lagi dlm soal sex satu dgn yg lain, karena faktor kebersamaan ada jauh lebih penting daripada sex.
Bila jiwa Anda mengalami luka batin, pasti kita mengharapkan seseorang yg mau meluangkan waktu dan yg mau mendengarkan keluh kesah maupun kesedihan kita. Dan apabila Anda telah menemukan belahan jiwa Anda, maka ia akan senantiasa dapat menciptakan suatu dunia di mana Anda bisa tinggal dgn nyaman dan perasaan terlindung di dalamnya.
Tetapi dilain pihak apabila Anda telah menemukannya, maka pada saat Anda kehilangan dia, Anda akan merasa seperti juga kehilangan sesuatu yg paling berharga di atas dunia ini yg membuat Anda menjadi kesepian, terpencil dalam perasaan yg paling dalam yg akan selalu menghantui Anda siang dan malam. Disamping itu apabila Anda kehilangan pasangan jiwa Anda, ini tidak mungkin akan bisa digantikan oleh siapapun juga di kolong langit ini, sebab Allah hanya menciptakan SATU saja pasangan atau belahan jiwa untuk Anda. Seorang soulmate akan memberikan konstribusi besar dlm proses hidup kita dan tanpa kehadirannya, hati kita akan merasa tersiksa berat, karena ketiadaannya.
Untuk dapat mengetahui dan menilai apakah si "Dia" itu belahan jiwa Anda ataukah bukan, ini bisa dinilai berdasarkan kriteria2 seperti yg tercantum diatas ini.
Perlu diketahui tidak semua orang akan diberikan anugerah atau kesempatan untuk bisa menemukan pasangan rohaninya, mungkin karena dosa2 kita, mungkin karena kesalahan kita sendiri yg tidak sabaran lagi untuk menunggu saatnya dimana Sang Pencipta mempertemukan soulmate kita, sehingga akhirnya kita memilih pasangan hidup atau pasangan biologis yg bukanlah belahan jiwa kita yg sebenarnya.
Atau bisa juga kebalikannya dimana belahan jiwa kita telah memilih dan menikahi pasangan biologis lainnya, sehingga janganlah heran apabila kita jatuh cinta kepada seseorang yg telah berkeluarga, karena kita merasakan banyak sekali kecocokan di dlm dirinya.
Apabila Anda telah menemukan belahan jiwa Anda, peliharalah dia sebaik mungkin. Perlu diketahui bahwa Soulmate tidak membutuhkan sesuatu yg mahal, yang wah atau yang ruaa..r biasa, namum ia menuntut kesetiaan dan keberadaan Anda, sediakanlah waktu sejenak untuknya. Disamping itu yg diinginkan oleh setiap jiwa manusia di dunia ini adalah perhatian dan kasih sayang. Ungkapkanlah perasaan sayang Anda dengan sepenuh hati, bukan hanya sekedar dengan kata2 saja, melainkan juga dgn belaian2 maupun sentuhan2 lembut dgn penuh rasa kasih, sambil mengucapkan:I love You - from.....
Dan usahakanlah bukan hanya setahun sekali saja disaat hari raya , rasa kasih sayang diungkapkan , melainkan setiap hari dan sepanjang tahun.
Tanyalah terhadap diri Anda sendiri, kapankah Anda terakhir kalinya mengungkapkan rasa kasih sayang Anda terhadap orang yg Anda kasihi?
dari millis motivasi
https://www.facebook.com/pages/BERANDA-KITA/153300751403292?fref=ts
Dua Orang Yang Baik, Dengan Pernikahan Yang Tidak Bahagia
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel se-inci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang. Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam pernikahan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam pernikahan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah pernikahan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri :"Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"
= PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR =
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan–lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia..
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia..
Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ???
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam pernikahan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam pernikahan mereka.
Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya..Yang kamu inginkan ???
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya..Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam pernikahannya..
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan pernikahan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, pernikahan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan pernikahan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ???
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!, ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu.. dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
Semua itu tidak penting-lah!, ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.
= JALAN KEBAHAGIAAN =
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku,Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, pernikahan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota.
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah pernikahan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam pernikahan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa pernikahan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian pernikahan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan pernikahan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah pernikahan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, pernikahan yang baik, pasti dapat diharapkan.
*sumber : litha.wordpress.com*
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel se-inci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang. Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam pernikahan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam pernikahan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah pernikahan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri :"Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"
= PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR =
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan–lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia..
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia..
Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ???
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam pernikahan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam pernikahan mereka.
Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya..Yang kamu inginkan ???
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya..Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam pernikahannya..
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan pernikahan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, pernikahan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan pernikahan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ???
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!, ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu.. dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
Semua itu tidak penting-lah!, ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.
= JALAN KEBAHAGIAAN =
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku,Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, pernikahan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota.
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah pernikahan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam pernikahan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa pernikahan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian pernikahan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan pernikahan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah pernikahan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, pernikahan yang baik, pasti dapat diharapkan.
*sumber : litha.wordpress.com*
Relationship: Ciri-Ciri Pria Setia Itu Seperti Ini Lho
Memahami pria itu memang gampang-gampang susah. Terkadang mereka bisa dengan mudah ditebak, dan tak jarang juga tebakan kita meleset.
Namun, mengetahui pria setia atau tidak itu mudah. Pria yang setia memiliki ciri-ciri sebagai berikut...
Menghormati dan menghargai wanita
Pria yang setia tidak akan memperlakukan wanita seolah ia lebih unggul dan ia berada di atas wanita. Ia akan menghargai setiap pendapat dan perbedaan yang ada .
Pria yang setia juga akan menghormati wanita dan menjaganya sebaik mungkin. Tidak melakukan pelecehan fisik maupun verbal, serta ingin agar orang yang disayanginya bahagia.
Bisa mengendalikan emosi
Pria mungkin mudah marah saat tersentuh egonya, tetapi ciri pria setia adalah bisa mengendalikan emosi dan tidak meledak-ledak saat marah. Ia tahu benar kata-kata apa yang harus dipilih saat marah, dan memilih melakukan sesuatu yang positif untuk menyalurkan emosi tersebut. Tidak dengan mencaci, memaki atau bahkan sampai memukul.
Dia menepati janjinya
Apabila sesekali ia datang terlambat, maka itu adalah hal yang wajar. Tetapi pria setia cenderung selalu menepati janjinya pada kamu. Hal tersebut menunjukkan kalau ia menghargai dan menjaga komitmen yang telah ia buat.
Seandainya memang ia tak bisa memenuhi janjinya, ia akan terus terang mengatakannya pada kamu dan mengajak kamu mencari solusi lainnya.
Dia tidak narsis dan haus perhatian
Pria yang setia tidak narsis dan tidak haus perhatian. Mendapatkan perhatian dari keluarga dan dari kamu saja baginya sudah cukup. Ia tak akan mencari pujian dari wanita lain untuk merasa yakin bahwa ia tampan atau patut untuk dicintai.
Ia sudah cukup percaya diri karena ada kamu di sampingnya. Dan itu cukup!
Dia merasa aman dan percaya diri
Pria yang setia akan merasa aman dan percaya akan kemampuan dirinya. Ia tahu benar apa yang harus dilakukan saat menghadapi masalah dan percaya bahwa ia bisa memecahkan masalah tersebut.
Dia bukan tipe yang suka coba-coba
Ia punya selera dan percaya pada pilihan seleranya. Ia bukan tipe pria yang suka coba-coba dan haus untuk memuaskan keingintahuannya terhadap wanita lain.
Ia juga tahu bahwa ia tak akan mengorbankan pernikahan dan keluarganya demi seseorang asing yang baru saja dikenalnya. Bukan berarti ia pengecut dan tak berani ambil resiko lho. Dalam hal lain seperti pekerjaan atau bisnis ia mungkin berani menempuh resiko, namun dalam hal cinta ia telah menentukan pilihan yang sudah ia tentukan dan tak tergoyahkan.
Dia selalu bersyukur
Pria yang setia adalah pria yang tahu bersyukur. Ia merasa puas akan apa yang telah dicapainya dan menjaga semuanya karena ia percaya bahwa ini adalah hasil usaha dan kerja kerasnya. Termasuk dalam hubungan, ia akan berusaha agar hubungan tersebut tetap baik dan berhasil karena ia telah mencapai apa yang telah diinginkan, yaitu mendapatkan hati kamu .
Namun, mengetahui pria setia atau tidak itu mudah. Pria yang setia memiliki ciri-ciri sebagai berikut...
Menghormati dan menghargai wanita
Pria yang setia tidak akan memperlakukan wanita seolah ia lebih unggul dan ia berada di atas wanita. Ia akan menghargai setiap pendapat dan perbedaan yang ada .
Pria yang setia juga akan menghormati wanita dan menjaganya sebaik mungkin. Tidak melakukan pelecehan fisik maupun verbal, serta ingin agar orang yang disayanginya bahagia.
Bisa mengendalikan emosi
Pria mungkin mudah marah saat tersentuh egonya, tetapi ciri pria setia adalah bisa mengendalikan emosi dan tidak meledak-ledak saat marah. Ia tahu benar kata-kata apa yang harus dipilih saat marah, dan memilih melakukan sesuatu yang positif untuk menyalurkan emosi tersebut. Tidak dengan mencaci, memaki atau bahkan sampai memukul.
Dia menepati janjinya
Apabila sesekali ia datang terlambat, maka itu adalah hal yang wajar. Tetapi pria setia cenderung selalu menepati janjinya pada kamu. Hal tersebut menunjukkan kalau ia menghargai dan menjaga komitmen yang telah ia buat.
Seandainya memang ia tak bisa memenuhi janjinya, ia akan terus terang mengatakannya pada kamu dan mengajak kamu mencari solusi lainnya.
Dia tidak narsis dan haus perhatian
Pria yang setia tidak narsis dan tidak haus perhatian. Mendapatkan perhatian dari keluarga dan dari kamu saja baginya sudah cukup. Ia tak akan mencari pujian dari wanita lain untuk merasa yakin bahwa ia tampan atau patut untuk dicintai.
Ia sudah cukup percaya diri karena ada kamu di sampingnya. Dan itu cukup!
Dia merasa aman dan percaya diri
Pria yang setia akan merasa aman dan percaya akan kemampuan dirinya. Ia tahu benar apa yang harus dilakukan saat menghadapi masalah dan percaya bahwa ia bisa memecahkan masalah tersebut.
Dia bukan tipe yang suka coba-coba
Ia punya selera dan percaya pada pilihan seleranya. Ia bukan tipe pria yang suka coba-coba dan haus untuk memuaskan keingintahuannya terhadap wanita lain.
Ia juga tahu bahwa ia tak akan mengorbankan pernikahan dan keluarganya demi seseorang asing yang baru saja dikenalnya. Bukan berarti ia pengecut dan tak berani ambil resiko lho. Dalam hal lain seperti pekerjaan atau bisnis ia mungkin berani menempuh resiko, namun dalam hal cinta ia telah menentukan pilihan yang sudah ia tentukan dan tak tergoyahkan.
Dia selalu bersyukur
Pria yang setia adalah pria yang tahu bersyukur. Ia merasa puas akan apa yang telah dicapainya dan menjaga semuanya karena ia percaya bahwa ini adalah hasil usaha dan kerja kerasnya. Termasuk dalam hubungan, ia akan berusaha agar hubungan tersebut tetap baik dan berhasil karena ia telah mencapai apa yang telah diinginkan, yaitu mendapatkan hati kamu .
Minggu, 14 Oktober 2012
Lirik Nasyid Kasih Kekasih - In Team
Tak Perlu Aku Ragui
Sucinya Cinta Yang Kau Beri
Kita Saling Kasih Mengasihi
Dengan Setulus Hati
Ayah Ibu Merestui
Menyarung Cincin Di Jari
Dengan Rahmat Dari Ilahi
Cinta Kita Pun Bersemi
Sebelum Diijabkabulkan
Syariat Tetap Membataskan
Pelajari Ilmu Rumahtangga
Agar Kita Lebih Bersedia
Menuju Hari Yang Bahgia
Kau Tahu Ku Merinduimu
Ku Tahu Kau Menyintaiku...Oh...Kasih
Bersabarlah Sayang
Saat Indah Kan Menjelma Jua
Kita Akan Disatukan
Dengan Ikatan Pernikahan...Oh..Kasih
Di Sana Kita Bina
Tugu Cinta Mahligai Bahagia
Semoga Cinta Kita
Di Dalam Redha Ilahi
Berdoalah Selalu
Moga Jodoh Berpanjangan
Sucinya Cinta Yang Kau Beri
Kita Saling Kasih Mengasihi
Dengan Setulus Hati
Ayah Ibu Merestui
Menyarung Cincin Di Jari
Dengan Rahmat Dari Ilahi
Cinta Kita Pun Bersemi
Sebelum Diijabkabulkan
Syariat Tetap Membataskan
Pelajari Ilmu Rumahtangga
Agar Kita Lebih Bersedia
Menuju Hari Yang Bahgia
Kau Tahu Ku Merinduimu
Ku Tahu Kau Menyintaiku...Oh...Kasih
Bersabarlah Sayang
Saat Indah Kan Menjelma Jua
Kita Akan Disatukan
Dengan Ikatan Pernikahan...Oh..Kasih
Di Sana Kita Bina
Tugu Cinta Mahligai Bahagia
Semoga Cinta Kita
Di Dalam Redha Ilahi
Berdoalah Selalu
Moga Jodoh Berpanjangan
Sabtu, 13 Oktober 2012
Lirik Nasyid Impian Kasih - In-Team
Kasih dengarlah hatiku berbicara
Kasih izinkan diriku bertanya
Bisakah cinta bersemi
Mengundang restu Ilahi
Adakah bahgia yang diimpi
Menjadi satu realiti.
Kasih ku sedari kekurangan diri
Kasih ku insafi kelemahan diri
Ku ingin sunting dirimu
Menjadi permaisuri hatiku
Sebagai isteri yang berbudi
Kebanggaan para suami
Wanita hiasan dunia
Seindah hiasan adalah wanita solehah
Yang akan membahagiakan
Syurga dalam rumahtangga
Hanya itu yang ku inginkan
Dari insan yang amat kusayang
Damaikanlah resah hatiku
Aku rindu kasih dan sayangmu
Terimalah seadanya
Akulah hiasan pelamin hidupmu
Andainya tiada jodoh
Untuk ke singgahsana
Ku pasrahkan segalanya
Kerna takdir yang akan menentukan
Impian kasih
Lagu: Isman Isam
Hijjaz Music Entertainment (M) Sdn. Bhd.
Lirik: Ito Lara
Gurindam Entertainment
Kasih izinkan diriku bertanya
Bisakah cinta bersemi
Mengundang restu Ilahi
Adakah bahgia yang diimpi
Menjadi satu realiti.
Kasih ku sedari kekurangan diri
Kasih ku insafi kelemahan diri
Ku ingin sunting dirimu
Menjadi permaisuri hatiku
Sebagai isteri yang berbudi
Kebanggaan para suami
Wanita hiasan dunia
Seindah hiasan adalah wanita solehah
Yang akan membahagiakan
Syurga dalam rumahtangga
Hanya itu yang ku inginkan
Dari insan yang amat kusayang
Damaikanlah resah hatiku
Aku rindu kasih dan sayangmu
Terimalah seadanya
Akulah hiasan pelamin hidupmu
Andainya tiada jodoh
Untuk ke singgahsana
Ku pasrahkan segalanya
Kerna takdir yang akan menentukan
Impian kasih
Lagu: Isman Isam
Hijjaz Music Entertainment (M) Sdn. Bhd.
Lirik: Ito Lara
Gurindam Entertainment
Sabtu, 06 Oktober 2012
Lirik nasyid Shoutul Harokah - Bingkai Kehidupan
Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan
Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur?anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
Al Mautu fi sabilillah, asma amanina
ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur?an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi
Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan
Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur'anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
AlMautu fi sabilillah, asma amanina
ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur'an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi
Cita-cita kami tertinggi
iman
Imam Al-Ghazali"Jika engkau ingin mengikut jejak para Imam kuatkanlah dirimu untuk terima segala musibah, bertenang menanggung kepahitan,sabar terbentang didadamu, lisanmu perlu dikunci,matamu dikawal, namamu jgn terkenal,mulutmu tersenyum, perutmu lapar,pangkatmu dipendam,siangmu sibuk berbakti, malammu rindu kepada Allah.Jadikanlah ia jalan persiapan ke hari Kiamat yang padanya sulit sekali mencari" ..dan teruskanlah berjalan,sesungguhnya perjalanan itu masih jauh..
Di Manakah Allah?
Oleh: Yulian Purnama
Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin yang telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.
Jika selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik, belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita juga belum menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).
Sebagian orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab ‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’. Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak mentari di siang hari.
Allah bersemayam di atas Arsy
“Dimanakah Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas Arsy, dan Arsy berada di atas langit. Hal ini sebagaimana diyakini oleh Imam Asy Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘Arsy di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya” (Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab, yaitu Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.
Keyakinan para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan bahwa Allah berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.
1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy” (QS. Thaha: 5)
Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang” (QS. Al Mulk: 16)
Juga ayat lain yang artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini menunjukkan ketinggian Allah.
2. Dalil hadits
Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia menjawab: “ Di atas langit”, beliau bertanya lagi: “Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda utusan Allah”. Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:
“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ” (HR. Bukhari-Muslim)
3. Dalil akal
Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari Suflun (rendah). Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw (Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)
4. Dalil fitrah
Perhatikanlah orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? Bahkan seseorang yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain.
Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas Arsy dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (QS. Asy Syura: 11)
Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya. Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau menjawab: “Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya) sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar dari majelis”. (Dinukil dari terjemah Aqidah Salaf Ashabil Hadits)
Allah bersama makhluk-Nya
Allah Ta’ala berada di atas Arsy, namun Allah Ta’ala juga dekat dan bersama makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah bersamamu di mana pun kau berada” (QS. Al Hadid: 4)
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah Ta’ala berada di segala tempat. Karena jika demikian tentu konsekuensinya Allah juga berada di tempat-tempat kotor dan najis, selain itu jika Allah berada di segala tempat artinya Allah berbilang-bilang jumlahnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua itu. Maka yang benar, Allah Ta’ala Yang Maha Esa berada di atas Arsy namun dekat bersama hambanya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang bertentangan antara dua pernyataan tersebut.
Karena kata ma’a (bersama) dalam ayat tersebut, bukanlah kebersamaan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk, karena Allah tidak serupa dengan makhluk. Dengan kata lain, jika dikatakan Allah bersama makhluk-Nya bukan berarti Allah menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya apalagi bersatu dengan makhluk-Nya.
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya dalam arti mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan makna-makna lain yang menyatakan ke-rububiyah-an Allah sambil bersemayam di atas Arsy di atas makhluk-Nya” (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha) .
Ketika berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin, Abu Bakar radhiallahu’anhu merasa sedih sehingga Rasulullah membacakan ayat Qur’an, yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. Taubah: 40)
Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu dengan pertolongan-Nya, dengan bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)
Dalam ayat ini pun kata qoriib (dekat) tidak bisa kita bayangkan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk. Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “Sesungguhnya Allah Maha Menjaga dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang samar dan tersembunyi. Mengetahui mata yang berkhianat dan hati yang ketakutan. Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang berdoa, sehingga Allah berfirman ‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ ”. Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada 2 macam, doa ibadah dan doa masalah. Dan kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya Allah dengan ilmu-Nya terhadap seluruh makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada hambaNya yang berdoa untuk mengabulkan doanya” (Tafsir As Sa’di). Jadi, dekat di sini bukan berarti menempel atau bersebelahan dengan makhluk-Nya. Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan mudah. Dalam bahasa Indonesia pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat dekat’, bukan berarti mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan bukan berarti rumah mereka bersebelahan.
Kaum muslimin, akhirnya telah jelas bagi kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi berada dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati kita. Allah tahu segala sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat buruk dan keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka masih beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala perintah-Nya?
Allah tahu hamba-hambanya yang butuh pertolongan dan pertolongan apa yang paling baik. Allah pun tahu jeritan hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah dekat dengan hamba-Nya yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka, masih ragukah kita untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita bahwa Allah Ta’ala sangat dekat dan mengabulkan doa-doa kita tanpa butuh perantara? Sehingga sebagian kita masih ada yang mencari perantara dari dukun, paranormal, para wali dan sesembahan lain selain Allah. Wallahul musta’an. [Yulian Purnama]
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/tahukah-kamu-di-manakah-allah.
Ada sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin yang telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.
Jika selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik, belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita juga belum menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).
Sebagian orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab ‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’. Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak mentari di siang hari.
Allah bersemayam di atas Arsy
“Dimanakah Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas Arsy, dan Arsy berada di atas langit. Hal ini sebagaimana diyakini oleh Imam Asy Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘Arsy di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya” (Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab, yaitu Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.
Keyakinan para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan bahwa Allah berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.
1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy” (QS. Thaha: 5)
Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang” (QS. Al Mulk: 16)
Juga ayat lain yang artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini menunjukkan ketinggian Allah.
2. Dalil hadits
Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia menjawab: “ Di atas langit”, beliau bertanya lagi: “Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda utusan Allah”. Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:
“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ” (HR. Bukhari-Muslim)
3. Dalil akal
Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari Suflun (rendah). Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw (Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)
4. Dalil fitrah
Perhatikanlah orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? Bahkan seseorang yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain.
Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas Arsy dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (QS. Asy Syura: 11)
Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya. Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau menjawab: “Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya) sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar dari majelis”. (Dinukil dari terjemah Aqidah Salaf Ashabil Hadits)
Allah bersama makhluk-Nya
Allah Ta’ala berada di atas Arsy, namun Allah Ta’ala juga dekat dan bersama makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah bersamamu di mana pun kau berada” (QS. Al Hadid: 4)
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah Ta’ala berada di segala tempat. Karena jika demikian tentu konsekuensinya Allah juga berada di tempat-tempat kotor dan najis, selain itu jika Allah berada di segala tempat artinya Allah berbilang-bilang jumlahnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua itu. Maka yang benar, Allah Ta’ala Yang Maha Esa berada di atas Arsy namun dekat bersama hambanya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang bertentangan antara dua pernyataan tersebut.
Karena kata ma’a (bersama) dalam ayat tersebut, bukanlah kebersamaan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk, karena Allah tidak serupa dengan makhluk. Dengan kata lain, jika dikatakan Allah bersama makhluk-Nya bukan berarti Allah menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya apalagi bersatu dengan makhluk-Nya.
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya dalam arti mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan makna-makna lain yang menyatakan ke-rububiyah-an Allah sambil bersemayam di atas Arsy di atas makhluk-Nya” (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha) .
Ketika berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin, Abu Bakar radhiallahu’anhu merasa sedih sehingga Rasulullah membacakan ayat Qur’an, yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. Taubah: 40)
Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu dengan pertolongan-Nya, dengan bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)
Dalam ayat ini pun kata qoriib (dekat) tidak bisa kita bayangkan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk. Dalam Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “Sesungguhnya Allah Maha Menjaga dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang samar dan tersembunyi. Mengetahui mata yang berkhianat dan hati yang ketakutan. Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang berdoa, sehingga Allah berfirman ‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ ”. Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada 2 macam, doa ibadah dan doa masalah. Dan kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya Allah dengan ilmu-Nya terhadap seluruh makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada hambaNya yang berdoa untuk mengabulkan doanya” (Tafsir As Sa’di). Jadi, dekat di sini bukan berarti menempel atau bersebelahan dengan makhluk-Nya. Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan mudah. Dalam bahasa Indonesia pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat dekat’, bukan berarti mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan bukan berarti rumah mereka bersebelahan.
Kaum muslimin, akhirnya telah jelas bagi kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi berada dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati kita. Allah tahu segala sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat buruk dan keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka masih beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala perintah-Nya?
Allah tahu hamba-hambanya yang butuh pertolongan dan pertolongan apa yang paling baik. Allah pun tahu jeritan hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah dekat dengan hamba-Nya yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka, masih ragukah kita untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita bahwa Allah Ta’ala sangat dekat dan mengabulkan doa-doa kita tanpa butuh perantara? Sehingga sebagian kita masih ada yang mencari perantara dari dukun, paranormal, para wali dan sesembahan lain selain Allah. Wallahul musta’an. [Yulian Purnama]
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/tahukah-kamu-di-manakah-allah.
bersyukur oleh Dr. M Asri,,
Banyak manusia telah salah sangka apa itu maksud dari ketenangan dalam kehidupan, selalu kita mengaitkan ketenangan itu dengan faktor harta / faktor kekayaan, walaupun itu memang penunjang, tetapi itu bukan segalanya. Betapa banyak orang yang tidur dalam rumah yang besar, tidur di kasur yang empuk, tapi dia kurang nyenyak tidurnya. Bahkan ada orang yang tidur di gubuk usang, kadang-kadang dia lebih menikmati istirahatnya dibanding kita.
Ada juga orang yang dihadapannya tersedia berbagai hidangan yang lezat, lauk-pauk yang bagus, tetapi lidahnya tidaklah merasa. Dilain hal, terkadang lebih enak orang yang makan walaupun hanya satu atau dua buah lauk-pauk, tapi dia lebih merasakan sedapnya makanan dan lebih berselera.
Kata Buya Hamka “Lihatlah bagaimana Allah membagi-bagikan nikmat”
Banyak juga diantara kita mengira, bahwa orang yang memiliki rumah besar dan makanan yang banyak itu hidupnya pasti bahagia dan tenang. Tegas dikatakan “Belum Tentu”.
TIADA SEORANGPUN YANG MAMPU MENGHALANGI KETETAPAN ALLAH
Jika Allah hendak memberikan kebahagiaan kepada seseorang, tiada seorangpun yang mampu menghalang-halanginya. Begitu juga sebaliknya, jika Allah hendak menghalang kebahagiaan seseorang, tiada seorangpun yang bisa membantu membuatnya bahagia.
Jika Allah yang sudah mengurusi urusan kita, dan Allah tidak serahkan diri kita kepada kita. Walaupun dengan sekejap mata dunia bisa berbuat apapun terhadap kita, sesungguhnya mereka tidak bisa menyaingi kebesaran Allah.
Jika Allah telah mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah, yang disangka kematian itu buruk dan terputus dari kebahagiaan bagi sebagian orang, sesungguhnya kita akan melihat kemenangan disisiNya. Apa yang dianggap orang rugi, Allah akan memberikan keuntungan yang mana jalannya tak bisa disangka-sangka, dan Allah memberikan keajaiban dalam kehidupan.
Kita sering mengeluh jika ditimpa musibah
Kita lihat dunia ini, terkadang kita kehilangan suatu benda saja, seolah-olah telah kehilangan segalanya. Berapa banyak kita telah melewati kesusahan hidup? mari diingat, ketika kita kesusahan, dirasa tidak ada lagi jalan keluarnya, *tapi lihat hari ini teman, Allah telah mengeluarkan kita dalam keadaan yang baik. Ketika kita ditimpa musibah tertentu, seraya berkata “Duh, Habis deh gue kali ini” toh, ternyata hidup kita tetap saja terus berjalan, sekarang kita masih hidup, makan dan menikmati karunia hidup ini. Tanpa disadari Allah telah menyelamatkan kita.
Suatu waktu kita pernah berkata ”Ya Allah tolonglah aku, aku dalam kesulitan ya Allah”, tapi perkataan itu hari ini sudah kita lupakan, dan terkadang kitapun lupa untuk bersyukur atas berbagai kesulitan hidup yang telah Allah keluarkan kita daripadanya.
Jika diceritakan kisah pada QS (Al-imran[3];173)
Ada orang yang mengatakan kepada kaum muslimin, “wahai orang-orang beriman, sesungguhnya orang Quraisy telah mengepung kalian, dan orang quraisy itu akan mengambil suatu tindakan kepada engkau”. Tapi bukanlah ketakutan yang hadir dalam hati mereka, kata Quran “iman mereka bertambah” dan mereka berkata “(Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung)”. Ini yang perlu kita tiru sahabat, semoga kita selalu diarahkan dalam penguatan hati kepada yang SATU, mencoba belajar tidak mengeluh saat ditimpa masalah. amin…
Masih ingatkah kita akan nikmat yang diberikan Allah selama ini?
Kita selalu bersyukur apabila diberi benda baru, tapi yang sudah ada lama dengan kita lupa disyukuri, akhirnya lupa deh apa yang sudah ada pada diri kita. sebagai contoh : jika kita mengalami patah kaki, dulu mungkin tak pernah teringat tentang nikmat kaki yang selalu dipijakkan, dengan begini bisa membuat kita sadar betapa besarnya nikmat kaki, nikmat tangan, dan nikmat sehat itu. Ng’ salah sih kita mengharapkan yang belum ada, yang penting jangan lupa aja dengan yang telah ada :) .
Memang tidak salah sebagian orang mengatakan “Syukur terkadang lebih tinggi tingkatannya dibanding sabar” banyak orang terpaksa sabar, karna memang itu pilihan satu-satunya disaat kemalangan menimpa kita, tapi belum tentu orang mendapatkan nikmat itu bersyukur.
Mari panjatkan doa “Ya Allah, apa saja yang aku alami daripada nikmat dan karunia-Mu dan siapapun hamba-hambaMu, tidak ada terkecuali melainkan daripada Engkau wahai Tuhan, bagi Engkaulah pujian, bagi Engkaulah kesyukuran”
Coba kita lihat hidup ini secara keseluruhan, Masyaallah… Apa yang telah dikaruniakanNya, sebenarnya lebih dari harapan kita. Kalau kita mau flashback, mari ingat dimana kita dilahirkan, tempat/rumah disaat kita dilahirkan, asal-muasal kita, dibanding dimana tempat kita berada pada hari ini. Sungguh tak terbalas nikmatNya.
“dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya… (QS.Ibrahim[14]:34)”
Dan pesan Nabi Muhammad SAW kepada Abu bakar RA,
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.At-taubah [9]:40)”
Jadi, mulai hari ini, perbanyak bersyukur dan bersabarlah kita, janjiNya tiada khianat. La tahzan, Allah bersama kita. Demi Allah, yang jiwaku ada digenggaman-Nya, sungguh ku bersyukur atas nikmatMu :)
http://afrianditasman.wordpress.com/2011/12/09/bersyukur-itu-perlu/
Ada juga orang yang dihadapannya tersedia berbagai hidangan yang lezat, lauk-pauk yang bagus, tetapi lidahnya tidaklah merasa. Dilain hal, terkadang lebih enak orang yang makan walaupun hanya satu atau dua buah lauk-pauk, tapi dia lebih merasakan sedapnya makanan dan lebih berselera.
Kata Buya Hamka “Lihatlah bagaimana Allah membagi-bagikan nikmat”
Banyak juga diantara kita mengira, bahwa orang yang memiliki rumah besar dan makanan yang banyak itu hidupnya pasti bahagia dan tenang. Tegas dikatakan “Belum Tentu”.
TIADA SEORANGPUN YANG MAMPU MENGHALANGI KETETAPAN ALLAH
Jika Allah hendak memberikan kebahagiaan kepada seseorang, tiada seorangpun yang mampu menghalang-halanginya. Begitu juga sebaliknya, jika Allah hendak menghalang kebahagiaan seseorang, tiada seorangpun yang bisa membantu membuatnya bahagia.
Jika Allah yang sudah mengurusi urusan kita, dan Allah tidak serahkan diri kita kepada kita. Walaupun dengan sekejap mata dunia bisa berbuat apapun terhadap kita, sesungguhnya mereka tidak bisa menyaingi kebesaran Allah.
Jika Allah telah mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah, yang disangka kematian itu buruk dan terputus dari kebahagiaan bagi sebagian orang, sesungguhnya kita akan melihat kemenangan disisiNya. Apa yang dianggap orang rugi, Allah akan memberikan keuntungan yang mana jalannya tak bisa disangka-sangka, dan Allah memberikan keajaiban dalam kehidupan.
Kita sering mengeluh jika ditimpa musibah
Kita lihat dunia ini, terkadang kita kehilangan suatu benda saja, seolah-olah telah kehilangan segalanya. Berapa banyak kita telah melewati kesusahan hidup? mari diingat, ketika kita kesusahan, dirasa tidak ada lagi jalan keluarnya, *tapi lihat hari ini teman, Allah telah mengeluarkan kita dalam keadaan yang baik. Ketika kita ditimpa musibah tertentu, seraya berkata “Duh, Habis deh gue kali ini” toh, ternyata hidup kita tetap saja terus berjalan, sekarang kita masih hidup, makan dan menikmati karunia hidup ini. Tanpa disadari Allah telah menyelamatkan kita.
Suatu waktu kita pernah berkata ”Ya Allah tolonglah aku, aku dalam kesulitan ya Allah”, tapi perkataan itu hari ini sudah kita lupakan, dan terkadang kitapun lupa untuk bersyukur atas berbagai kesulitan hidup yang telah Allah keluarkan kita daripadanya.
Jika diceritakan kisah pada QS (Al-imran[3];173)
Ada orang yang mengatakan kepada kaum muslimin, “wahai orang-orang beriman, sesungguhnya orang Quraisy telah mengepung kalian, dan orang quraisy itu akan mengambil suatu tindakan kepada engkau”. Tapi bukanlah ketakutan yang hadir dalam hati mereka, kata Quran “iman mereka bertambah” dan mereka berkata “(Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung)”. Ini yang perlu kita tiru sahabat, semoga kita selalu diarahkan dalam penguatan hati kepada yang SATU, mencoba belajar tidak mengeluh saat ditimpa masalah. amin…
Masih ingatkah kita akan nikmat yang diberikan Allah selama ini?
Kita selalu bersyukur apabila diberi benda baru, tapi yang sudah ada lama dengan kita lupa disyukuri, akhirnya lupa deh apa yang sudah ada pada diri kita. sebagai contoh : jika kita mengalami patah kaki, dulu mungkin tak pernah teringat tentang nikmat kaki yang selalu dipijakkan, dengan begini bisa membuat kita sadar betapa besarnya nikmat kaki, nikmat tangan, dan nikmat sehat itu. Ng’ salah sih kita mengharapkan yang belum ada, yang penting jangan lupa aja dengan yang telah ada :) .
Memang tidak salah sebagian orang mengatakan “Syukur terkadang lebih tinggi tingkatannya dibanding sabar” banyak orang terpaksa sabar, karna memang itu pilihan satu-satunya disaat kemalangan menimpa kita, tapi belum tentu orang mendapatkan nikmat itu bersyukur.
Mari panjatkan doa “Ya Allah, apa saja yang aku alami daripada nikmat dan karunia-Mu dan siapapun hamba-hambaMu, tidak ada terkecuali melainkan daripada Engkau wahai Tuhan, bagi Engkaulah pujian, bagi Engkaulah kesyukuran”
Coba kita lihat hidup ini secara keseluruhan, Masyaallah… Apa yang telah dikaruniakanNya, sebenarnya lebih dari harapan kita. Kalau kita mau flashback, mari ingat dimana kita dilahirkan, tempat/rumah disaat kita dilahirkan, asal-muasal kita, dibanding dimana tempat kita berada pada hari ini. Sungguh tak terbalas nikmatNya.
“dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya… (QS.Ibrahim[14]:34)”
Dan pesan Nabi Muhammad SAW kepada Abu bakar RA,
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.At-taubah [9]:40)”
Jadi, mulai hari ini, perbanyak bersyukur dan bersabarlah kita, janjiNya tiada khianat. La tahzan, Allah bersama kita. Demi Allah, yang jiwaku ada digenggaman-Nya, sungguh ku bersyukur atas nikmatMu :)
http://afrianditasman.wordpress.com/2011/12/09/bersyukur-itu-perlu/
Jumat, 05 Oktober 2012
Orang Yang Dikabulkan Do'anya
Oleh : Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdoa, padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.
Di antara orang-orang yang doanya mustajab.
[1]. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Dari Tempat Yang Jauh
Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan". [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh, jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Oleh sebab itu sebagian ulama salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri dia menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena disamping terkabul dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya. [Syarh Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi 17/49]
Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata : Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda' di rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda' dan dia berkata : Apakah kamu ingin menunaikan haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya. Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat yang di tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin da bagimu seperti yang kau doakan". Shafwan berkata : "Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda', beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia meriwayatkannya dari Nabi. [Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Doa bab Fadlud Doa Lil Muslimin fi Dahril Ghaib 8/86-87]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum'ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah. [Mir'atul Mafatih 7/349-350]
Catatan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : "Ya Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin" adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara keseluruhan.
Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Ya Rabb! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang mukmin yang masuk ke rumahku dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan". [Nuh : 28].
Dan juga bertentangan dengan doa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Ya Rabbi, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab". [Ibrahim : 41]
Serta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga diperintahkan seperti itu yang
terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan". [Muhammad : 19]
Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara kolektif. Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap syariat doanya. [Fathul Bari 11/202]
[2]. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya :Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang". [Sunan At-Tirmidzi, kitab Da'awaat bab Da'watil Muslim Mustajabah 12/274. Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544. Dan di hasankan oleh Al-Albani No. 2693].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu". [Az-Zumar : 8].
Dan firman Allah.
"Artinya : Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya". [Yunus : 12. Mir'atul Mafatih 7/360]
Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda dikabulkan pada saat lapang dan sempit.
3]. Orang Yang Teraniaya
Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)". [Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38]
Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda.
"Artinya : Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri". [Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami dalam Majma' Zawaid 10/151, dan Imam 'Ajluni No. 1302]
[4] & [5]. Doa Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Doa Seorang Musafir.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya;doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do'a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596]
[6]. Doa Orang Yang Sedang Puasa
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir". [Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa' 3/345. Dishahihkan oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1797].
[7]. Doa Orang Dalam Keadaan Terpaksa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)". [An-Naml : 62]
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah. Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa pasti dikabulkan. Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya. Allah telah mengabulkan doa orang-orang yang ikhlas berdoa meskipun dari orang kafir, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Sehingga tatkala kamu di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata'. (Mereka berkata) : 'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". [Yunus : 22]
Dan Allah berfirman dalam ayat lain
"Artinya : Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alla)". [Al-Ankabut : 65].
Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali kepada kesyirikan. [Fathul Qadir 4/146-147]
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu 'Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata : "Saya menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya", Dia berkata : "Ambillah jalan ini karena lebih dekat". Saya bertanya : "Bolehkah saya memilih jalan ini", Dia berkata : "Bahkan jalan ini lebih dekat". Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat. Orang tersebut berkata : "Peganglah kepala kudamu, saya akan turun". Setelah dia turun dan menyingsingkan baju lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia mampu mengejarku. Saya katakan kepadanya : "Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya". Dia berkata : "Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu". Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya : "Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?" Dia berkata : "Cepat shalatlah!" Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat Al-Qur'an sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan. Dia berkata : "cepat selesaikan shalatmu!", maka setelah itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang berbunyi.
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan". [An-Naml : 62]
Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggemgam tombak di tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombak pun mengenai jantungnya lalu seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar. Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut dan saya bertanya : "Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?" Dia mejawab : "Saya adalah utusan Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan menghilangkan segala malapetaka". Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam keadaan selamat. [Tafsir Ibnu Katsir 3/370-371]
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 168-174, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin, Lc]
http://almanhaj.or.id/content/97/slash/0/orang-yang-dikabulkan-doanya/
Mulailah segala sesuatu dengan niat (yang Ikhlash)
Ada salah satu kaedah fiqih yang menyebutkan:
NIAT (ADALAH) SYARAT BAGI SELURUH AMAL
BAIK DAN RUSAKNYA AMALAN (ADALAH) KARENA NIAT
Kaidah ini adalah kaidah yang paling bermanfaat dan paling besar. Kaidah ini juga termasuk dalam seluruh bab bab ilmu. Baiknya amalan badaniyyah (amalan badan yang bukan termasuk ibadah) dan milaliyyah (amalan yang termasuk ibadah), yang berupa amalan hati ataupun amalan anggota badan hanyalah dengan niat (yang baik pula). Dan rusaknya amalan amalan ini adalah karena niat (yang rusak pula).
Karena pentingnya bab ini (ikhlas), Imam Bukhari rahimahullhu ta’ala meletakkan hadits tentang ikhlas/niat sebagai bab pertama dan hadits pertama, sekaligus mukaddimah dalam kitab shahihnya. Hal ini dikarenakan beliau mengumpulkan hadits-hadits shahih hanya ingin meraih ridha Allah Subhanahu wa ta’ala dalam karyanya kitab ‘Shohih bukhari”. Demikianlah komentar Imam Ibnu hajar Al Asqalani rahimahullahu ta’ala dalam kitabnya “Fathul Baari” penjelasan terhadap kitab Shahih Bukhari (lihat: Fathul Baari dalam mukaddimah hadits pertama tentang niat). Begitu juga Imam Nawawi dalam kitabnya “Arbain” dan “Riyadhdhus Shalihin”. Manhaj inipun di ikuti oleh ulama salaf lainnya, maka sangatlah terhina jika ana yang menisbatkan diri ana untuk mengikuti salafush sholeh, tidak mengikuti jalan-jalan mereka.
Rosulullah shalallahu’alaihi wa salam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya amalan-amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”. (HR. Al-Bukhori: 1).
Berkata Abdurrohman bin Mahdi, yang artinya: “Kalau seandainya aku menulis sebuah kitab yang terdiri atas bab-bab maka aku akan menjadikan hadits Umar bin Al-Khattab yaitu hadits Al A’maalu bin Niyyaat di setiap bab” (Jami’ul Ulum 1/8).
Imam Asy-Syafi’i berkata, yang artinya: “Hadits ini adalah sepertiga ilmu” (Jami’ul ‘Ulum 1/9).
Imam Ahmad berkata, yang artinya: “Pokok-pokok Islam ada tiga hadits, hadits Umar rodiallahu’anhu, ”Hanya saja amal-amal itu berdasarkan niatnya”, hadits ‘Aisyah rodiallahu’anha, Barangsiapa yang berbuat perkara-perkara yang baru dalam agama ini yang bukan dari agama maka ia tertolak” dan hadits Nu’man bin Basyir rodiallahu’anhu ”Yang halal jelas dan yang haram jelas”. (Jami’ul ‘Ulum 1/9).
Sesungguhnya pembahasan tentang ikhlas adalah pembahasan yang sangat penting yang berkaitan dengan agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan tauhid adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah menerima kecuali yang murni diserahkan untukNya sebagaimana firman Allah, “Hanyalah bagi Allah agama yang murni”. (QS. Az-Zumar : 3).
Maka perkara apa saja yang merupakan perkara agama Allah jika hanya diserahkan kepada Allah maka Allah akan menerimanya, adapun jika diserahkan kepada Allah dan juga diserahkan kepada selain Allah (siapapun juga ia) maka Allah tidak akan menerimanya, karena Allah tidak menerima amalan yang diserikatkan, Dia hanyalah meneriman amalan agama yang kholis (murni) untukNya. Allah akan menolak dan mengembalikan amalan tersebut kepada pelakunya bahkan Allah memerintahkannya untuk mengambil pahala (ganjaran) amalannya tersebut kepada yang dia syarikatkan, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, yang artinya:
Allah berfirman, yang artinya: “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga) kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, dan ia adalah hadits yang shahih, sebagaimana perkataan Syaikh Abdul Malik Ar-Romadhoni, adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985) adalah, “aku tinggalkan dia dan ksyirikannya”).
Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, “Lafal ‘amalan’ disini adalah nakiroh dalam konteks kalimat syart maka memberi faedah keumuman sehingga mencakup seluruh jenis amalan kebaikan baik amalan badan, amalan harta. Maupun amalan yang mengandung amalan badan dan amalan harta (seperti haji dan jihad)”. (At-Tamhid hal. 401).
Definisi ikhlas menurut etimologi (menurut peletakan bahasa)
Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya. Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak tercampur dengan campuran dari luar, dan dikatakan “harta ini adalah murni untukmu” maksudnya adalah tidak ada seorangpun yang bersyarikat bersamamu dalam memiliki harta ini.
Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi)
Syaikh Abdul Malik menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu untukNya.
Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu (meskipun manusia tidak meridhoimu).
Ada juga mengatakan bahwa ikhlas adalah “samanya amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang ada di batin”, adapun riya’ yaitu dzohir (amalan yang nampak) dari seorang hamba lebih baik daripada batinnya dan ikhlas yang benar (dan ini derajat yang lebih tinggi dari ikhlas yang pertama) yaitu batin seseoang lebih baik daripada dzohirnya, yaitu engkau menampakkan sikap baik dihadapan manusia adalah karena kebaikan hatimu, maka sebagaimana engkau menghiasi amalan dzohirmu dihadapan manusia maka hendaknya engkaupun menghiasi hatimu dihadapan Robbmu.
Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah, “melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya orang-orang memperhatikanmu karena engkau selalu memandang kepada Allah, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah yaitu sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang ihsan “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya dan jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu”.
Barangsiapa yang berhias dihadapan manusia dengan apa yang tidak ia miliki (dzohirnya tidak sesuai dengan batinnya) maka ia jatuh dari pandangan Allah, dan barangsiapa yang jatuh dari pandangan Allah maka apalagi yang bermanfaat baginya? Oleh karena itu hendaknya setiap orang takut jangan sampai ia jatuh dari pandangan Allah karena jika engkau jatuh dari pandangan Allah maka Allah tidak akan perduli denganmu dimanakah engkau akan binasa, jika Allah meninggalkan engkau dan menjadikan engkau bersandar kepada dirimu sendiri atau kepada makhluk maka berarti engkau telah bersandar kepada sesuatu yang lemah, dan terlepas darimu pertolongan Allah, dan tentunya balasan Allah pada hari akhirat lebih keras dan lebih pedih. (Dari ceramah beliau yang berjudul ikhlas. Definisi-definisi ini sebagaimana juga yang disampaikan oleh Ahmad Farid dalam kitabnya “Tazkiyatun Nufus” hal. 13).
Berkata Syaikh Abdul Malik, “Ikhlas itu bukan hanya terbatas pada urusan amalan-amalan ibadah bahkan ia juga berkaitan dengan dakwah kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saja (tetap) diperintahkan oleh Allah untuk ikhlas dalam dakwahnya”.
Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”(QS. Yusuf: 108).
Yaitu dakwah hanyalah kepada Allah bukan kepada yang lainnya, dan dakwah yang membuahkan keberhasilan adalah dakwah yang dibangun karena untuk mencari wajah Allah. Aku memperingatkan kalian jangan sampai ada diantara kita dan kalian orang-orang yang senang jika dikatakan bahwa kampung mereka adalah kampung sunnah, senang jika masjid-masjid mereka disebut dengan masjid-masjid ahlus sunnah, atau masjid mereka adalah masjid yang pertama yang menghidupkan sunnah ini dan sunnah itu, atau masjid pertama yang menghadirkan para masyayikh salafiyyin dalam rangka mengalahkan selain mereka, namun terkadang mereka tidak sadar bahwa amalan mereka hancur dan rusak padahal mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya.
Dan ini adalah musibah yang sangat menyedihkan yaitu syaitan menggelincirkan seseorang sedikit-demi sedikit hingga terjatuh ke dalam jurang sedang ia menyangka bahwa ia sedang berada pada keadaan yang sebaik-baiknya. Betapa banyak masjid yang aku lihat yang Allah menghancurkan amalannya padahal dulu jemaahnya dzohirnya berada di atas sunnah karena disebabkan rusaknya batin mereka, dan sebab berlomba-lombanya mereka untuk dikatakan bahwa jemaah masjid adalah yang pertama kali berada di atas sunnah, hendaknya kalian berhati-hati…” (Dari ceramah beliau yang berjudul ikhlas).
Bahaya Cinta Ketenaran dan Popularitas
Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni , “Diriwayatkan oleh Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (1/679), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan sanadnya sohih”. Lihat Sittu Duror hal. 45).
Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no 6500 beliau berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagiamana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga)”.
Berkata Syaikh Abdul Malik, “Namun mengapa kita tidak melaksanakan wasiat Abu Hazim ini?? Kenapa??, hal ini menunjukan bahwa keikhlasan belum sampai ke dalam hati kita sebagaimana yang dikehendaki Allah” (Dari ceramah beliau yang berjuduk ikhlas).
Oleh karena itu banyak para imam salaf yang benci ketenaran. Mereka senang kalau nama mereka tidak disebut-sebut oleh manusia. Mereka senang kalau tidak ada yang mengenal mereka. Hal ini demi untuk menjaga keihlasan mereka, dan karena mereka kawatir hati mereka terfitnah tatkala mendengar pujian manusia.
Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran kok dia bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.” (Sittu Duror hal 46)).
Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekkah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran”. (As-Siyar 11/210).
Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa manusia mendoakan beliau: “Aku mohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang riya”. (As-Siyar 11/211).
Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211).
Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang lebih jauh, maka akupun perkata padanya, “Jalan yang ini yang lebih dekat”, maka Ayyub menjawab: ”Saya menghindari majelis-majelis manusia (menghindari keramaian manusia-pen)”. Dan Ayyub jika memberi salam kepada manusia, mereka menjawab salamnya lebih dari kalau mereka menjawab salam selain Ayyub. Maka Ayyub berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini !, Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini!.” Berkata Syaikh Abdul Malik: ”Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d (7/248) dan Al-Fasawi (2/239), dan sanadnya shahih”. (Sittu Duror hal 47).
Berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr, “Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama manusia untuk sholat istisqo (sholat untuk minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan. Maka beliau berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?” (Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri”), maka berkata Yazid :”Saya di sini!”, berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!”. Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banjunya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”. Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya. Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini”, dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.” (Lihat takhrij kisah ini secara terperinci dalam buku Sittu Duror karya Syaikh Abdul Malik Romadloni hal. 47).
Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana Yazid Al-Aswad merasa tidak tentram dengan ketenarannya bahkan dia meminta kepada Allah agar mencabut nyawanya agar terhindar dari ketenarannya. Ketenaran di mata Yazid adalah sebuah penyakit yang berbahaya, yang dia harus menghindarinya walaupun dengan meninggalkan dunia ini. Allahu Akbar ! inilah akhlak salaf!
Bahkan Syaikh Abdul Qoyyum berkata, yang artinya, “Adapun orang-orang yang memerintahkan para pengikutnya atau rela para pengikutnya mencium tangannya lalu ia berkata bahwa ia adalah wali Allah maka ia adalah dajjal”. Namun banyak orang yang terbalik, mereka malah menjadikan ketenaran merupakan kenikmatan yang sungguh nikmat sehingga mereka berusaha untuk meraihnya dengan berbagai macam cara.
Riya itu Samar
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)
Sungguh benar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya riya itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang yang selalu sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia terlambat sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun merasa malu kepada jama’ah yang lain yang melihatnya sholat di shaf yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini senangnya hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah karena pandangan manusia. (Tazkiyatun Nufus hal 15).
Berkata Abu ‘Abdillah Al-Anthoki, “Fudhail bin ‘Iyadh bertemu dengan Sufyan Ats-Tsauri lalu mereka berdua saling mengingat (Allah) maka luluhlah hati Sufyan atau ia menangis. Kemudian Sufyan berkata kepada Fudhail, “Wahai Abu ‘Ali sesungguhnya aku sangat berharap majelis (pertemuan) kita ini rahmat dan berkah bagi kita”, lalu Fudhail berkata kepadanya, “Namun aku, wahai Abu Abdillah, takut jangan sampai majelis kita ini adalah suatu mejelis yang mencelakakan kita “, Sufyan berkata, “Kenapa wahai Abu Ali?”, Fudhail berkata, “Bukankah engkau telah memilih perkataanmu yang terbaik lalu engkau menyampaikannya kepadaku, dan akupun telah memilih perkataanku yang terbaik lalu aku sampaikan kepadamu, berarti engkau telah berhias untuk aku dan aku pun telah berhias untukmu”, lalu Sufyan pun menangis dengan lebih keras daripada tangisannya yang pertama dan berkata, “Engkau telah menghidupkan aku semoga Allah menghidupkanmu”. (Tarikh Ad-Dimasyq 48/404).
Perhatikanlah wahai saudaraku, sesungguhnya hanyalah orang-orang yang beruntung yang memperhatikan gerak-gerik hatinya, yang selalu memperhatikan niatnya. Terlalu banyak orang yang lalai dari hal ini kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Orang-orang yang lalai akan memandang kebaikan-kebaikan mereka pada hari kiamat menjadi kejelekan-kejelekan, dan mereka itulah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya, yang artinya:
“Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zumar: 48).
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi: 104).
Pentingnya Ikhlash bagi Penuntut Ilmu
Berkata Al-Imam An-Nawawiy setelah membicarakan tentang keutamaan ilmu dan kedudukan ulama:
“Ketahuilah bahwasanya apa-apa yang telah kami sebutkan dari keutamaan menuntut ilmu, hanyalah akan diperoleh bagi orang yang mencarinya dalam rangka mengharapkan Wajah Allah Ta’ala, bukan dalam rangka mencari dunia. Dan barangsiapa dalam menuntut ilmu dia mencari tujuan duniawi seperti harta, kepemimpinan, kedudukan, kemegahan, ketenaran, menarik perhatian manusia kepadanya atau ingin mendebat orang lain, atau yang sejenisnya maka ini semuanya tercela.” (Al-Majmuu’ 1/23)
Apabila seorang penuntut ilmu mendapatkan dalam dirinya kecenderungan kepada riya` dan senang untuk berbangga-bangga dengan ilmunya, maka wajib baginya untuk menyibukkan diri dengan memperbaiki niat, bersungguh-sungguh melatih jiwanya agar tetap di atas keikhlashan, menghilangkan was-was syaithan, berlindung diri dari kejahatan dan kejelekannya sampai niatnya kembali menjadi bersih dari berbagai kotoran riya dan yang lainnya, dan tertutuplah pintu-pintu masuk syaithan yang biasa menyusup dari sela-sela jiwa manusia.
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnus Simak bahwasanya dia berkata: Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauriy berkata:
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat atas diriku daripada (memperbaiki) niatku, karena niat itu senantiasa berubah-ubah pada diriku.” (Al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawiy wa Aadaabis Saami’ 1/317)
Al-Khathib juga meriwayatkan dari Bisyr Ibnul Harits bahwasanya beliau ketika berbicara lalu menyebutkan sanad hadits, maka beliau berkata:
“Astaghfirullaah, sesungguhnya ketika menyebutkan sanad muncul perasaan bangga dan sombong dalam hatiku.” (Ibid. 1/338)
Dia takut masuknya perasaan sombong dan bangga ke dalam hatinya, ketika dia menyebutkan sanad dari para perawi dan guru-gurunya yang meriwayatkan dari mereka, lalu hal ini menjadi sebab munculnya riya`, maka diapun mengawasi bisikan-bisikan jiwanya lalu meminta ampun kepada Rabbnya.
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan juga dari ‘Ubaidullah bin Abi Ja’far bahwasanya beliau berkata:
“Apabila seseorang ketika sedang berbicara di suatu majelis lalu pembicaraannya tersebut menjadikan dia ta’ajjub (kagum) maka hendaklah dia diam, dan sebaliknya apabila dia diam lalu diamnya tersebut menjadikan dia ta’ajjub maka hendaklah berbicara.” (Ibid. 1/338)
Beramal Terus Sambil Memperbaiki Niat
Sangatlah pantas bagi kita untuk memperhatikan permasalahan ini yaitu terhadap pintu-pintu masuknya syaithan yang selalu berusaha menggoda manusia, yang wajib bagi para penuntut ilmu mewaspadainya.
Yang dimaksud pintu syaithan di sini adalah godaan dan tipuannya syaithan yang menjadikan permasalahan riya` dan rasa takut darinya sebagai senjata untuk menghalangi seorang penuntut ilmu dari tujuannya (sehingga tidak lagi menuntut ilmu karena takut riya`), dan menghalangi seorang yang alim dari majelis ilmu (sehingga tidak lagi mengajarkan ilmunya karena takut riya`), menghalangi seorang da’i dan pemberi nasehat dari pelajaran-pelajarannya, dengan alasan bahwasanya manusia akan kagum dengan pembicaraannya dan hal ini mengantarkan kepada riya` atau karena semata-mata didapati dalam dirinya ada kecenderungan kepada bisikan-bisikan riya` dan senang dengan kagumnya manusia dan pujian mereka kepadanya.
Sungguh para ulama telah membedakan antara riya` yang merupakan tujuan dan pendorong atas suatu amalan dengan keadaan seorang muslim yang telah menyempurnakan amalannya dengan ikhlash kemudian dia mendapati sebagian kesenangan pada dirinya dari pujian manusia atasnya setelah dia menyelesaikan amalannya tersebut, maka hal ini tidaklah mengurangi hakikat keikhlashannya insya Allah. (Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin hal.221)
Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Dzarr, dia berkata: Dikatakan kepada Rasulullah: “Apakah pendapat engkau terhadap seseorang yang melakukan suatu amalan kebaikan dan manusia memujinya?” Maka beliau menjawab: “Itulah balasan kebaikan yang disegerakan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Sebagaimana para ulama juga telah memberitahukan bahwasanya selayaknya bagi seorang penuntut ilmu agar jangan meninggalkan jalan menuju ilmu apabila dia mendapatkan dalam dirinya ada sesuatu dari riya`, akan tetapi yang harus dia lakukan adalah menyibukkan diri dengan memperbaiki niatnya dengan tetap meneruskan menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu serta mengajarkannya kepada orang lain.
Berkata Al-Imam An-Nawawiy: “Tidak Selayaknya bagi seorang yang berilmu untuk tidak mengajarkan ilmunya kepada seseorang dengan alasan karena niat orang yang belajar tersebut belum benar, karena sesungguhnya dia masih diharapkan agar baik niatnya. Dan terkadang dirasakan berat oleh kebanyakan para pemula dari kalangan para penuntut ilmu masalah perbaikan niat karena lemahnya jiwa-jiwa mereka dan sedikitnya kesenangan mereka terhadap kewajiban memperbaiki niat.
Karena menghalangi atau mencegah dari mengajari mereka akan mengantarkan kepada terluputnya ilmu yang banyak, bersamaan dengan itu masih diharapkan perbaikannya dengan adanya barakah ilmu apabila dia senang ilmu. Dan sungguh para ulama salaf mengatakan: “Kami dulunya menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itupun enggan kecuali agar dicari dalam rangka karena Allah semata.” Artinya akibat terakhirnya adalah jadilah menuntut ilmunya itu karena Allah semata.” (Al-Majmuu’ 1/30)
Hal itu juga sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnul Jauziy, di mana beliau mengatakan:
“Sungguh Iblis telah memberikan tipu dayanya kepada seorang pemberi nasehat yang ikhlash, maka Iblispun berkata kepadanya: “Orang sepertimu tidaklah memberi nasehat dan akan tetapi kamu hanya pura-pura memberi nasehat.” Akhirnya diapun diam dan berhenti dari memberi nasehat. Itulah di antara makar Iblis, karena dia menginginkan menghalangi perbuatan yang baik…. Iblispun juga berkata: “Sesungguhnya kamu ingin bernikmat-nikmat dengan apa yang kamu sampaikan dan kamu akan mendapatkan kesenangan karena hal itu, dan kadang-kadang akan muncul perasaan riya` pada ucapanmu, dan menyendiri itu lebih selamat.” Maksud dari perkataan ini adalah menghalangi dari berbagai kebaikan”. (Talbiisu Ibliis hal.125)
Luruskan Niat dalam Menuntut Ilmu!
Mari kita akhiri dengan wasiat Abu Hamid (beliau di akhir hidupnya bertaubat dan kembali ke manhaj salaf, yang sebelumnya bermanhaj shufi) di mana beliau mengingatkan para penuntut ilmu akan wajibnya mengawasi dan memperhatikan jiwanya dan agar selalu bertanya kepadanya apa pendorong dalam mencari ilmu dan kesabarannya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan menuntut ilmu:
“Berapa malam kamu bangun untuk mengulang ilmu dan mentelaah kitab-kitab dan kamu mengharamkan dirimu untuk tidur, aku tidak tahu apa yang mendorongmu melakukan semuanya itu? Apabila niatmu mencari bagian dari dunia, perhiasannya dan kedudukan-kedudukan di dunia, serta ingin berbangga-bangga dengan teman-teman setingkatmu, maka kecelakaanlah bagimu kemudian kecelakaanlah bagimu. Dan apabila tujuanmu dalam mencari ilmu adalah dalam rangka menghidupkan syari’atnya Nabi dan mendidik akhlakmu serta mengikis habis nafsu yang cenderung kepada kejelekan, maka kebahagiaanlah bagimu kemudian kebahagiaanlah bagimu.” (Ayyuhal Walad hal.105-106)
Wallaahu A’lam Bish Showwab
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan aku bertaubat kepada-Mu.
Melbourne, 05 Jumadil Akhir 1430 H
Yang senantiasa mengharapkan ampunan, rahmat dan ridho-Nya,
Abul Zuhriy Rikiy Dzulkifli bin Iwan Al-Ghorontaliy
Sumber: http://abuzuhriy.com/mulailah-segala-sesuatu-dengan-niat/
NIAT (ADALAH) SYARAT BAGI SELURUH AMAL
BAIK DAN RUSAKNYA AMALAN (ADALAH) KARENA NIAT
Kaidah ini adalah kaidah yang paling bermanfaat dan paling besar. Kaidah ini juga termasuk dalam seluruh bab bab ilmu. Baiknya amalan badaniyyah (amalan badan yang bukan termasuk ibadah) dan milaliyyah (amalan yang termasuk ibadah), yang berupa amalan hati ataupun amalan anggota badan hanyalah dengan niat (yang baik pula). Dan rusaknya amalan amalan ini adalah karena niat (yang rusak pula).
Karena pentingnya bab ini (ikhlas), Imam Bukhari rahimahullhu ta’ala meletakkan hadits tentang ikhlas/niat sebagai bab pertama dan hadits pertama, sekaligus mukaddimah dalam kitab shahihnya. Hal ini dikarenakan beliau mengumpulkan hadits-hadits shahih hanya ingin meraih ridha Allah Subhanahu wa ta’ala dalam karyanya kitab ‘Shohih bukhari”. Demikianlah komentar Imam Ibnu hajar Al Asqalani rahimahullahu ta’ala dalam kitabnya “Fathul Baari” penjelasan terhadap kitab Shahih Bukhari (lihat: Fathul Baari dalam mukaddimah hadits pertama tentang niat). Begitu juga Imam Nawawi dalam kitabnya “Arbain” dan “Riyadhdhus Shalihin”. Manhaj inipun di ikuti oleh ulama salaf lainnya, maka sangatlah terhina jika ana yang menisbatkan diri ana untuk mengikuti salafush sholeh, tidak mengikuti jalan-jalan mereka.
Rosulullah shalallahu’alaihi wa salam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya amalan-amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”. (HR. Al-Bukhori: 1).
Berkata Abdurrohman bin Mahdi, yang artinya: “Kalau seandainya aku menulis sebuah kitab yang terdiri atas bab-bab maka aku akan menjadikan hadits Umar bin Al-Khattab yaitu hadits Al A’maalu bin Niyyaat di setiap bab” (Jami’ul Ulum 1/8).
Imam Asy-Syafi’i berkata, yang artinya: “Hadits ini adalah sepertiga ilmu” (Jami’ul ‘Ulum 1/9).
Imam Ahmad berkata, yang artinya: “Pokok-pokok Islam ada tiga hadits, hadits Umar rodiallahu’anhu, ”Hanya saja amal-amal itu berdasarkan niatnya”, hadits ‘Aisyah rodiallahu’anha, Barangsiapa yang berbuat perkara-perkara yang baru dalam agama ini yang bukan dari agama maka ia tertolak” dan hadits Nu’man bin Basyir rodiallahu’anhu ”Yang halal jelas dan yang haram jelas”. (Jami’ul ‘Ulum 1/9).
Sesungguhnya pembahasan tentang ikhlas adalah pembahasan yang sangat penting yang berkaitan dengan agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan tauhid adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah menerima kecuali yang murni diserahkan untukNya sebagaimana firman Allah, “Hanyalah bagi Allah agama yang murni”. (QS. Az-Zumar : 3).
Maka perkara apa saja yang merupakan perkara agama Allah jika hanya diserahkan kepada Allah maka Allah akan menerimanya, adapun jika diserahkan kepada Allah dan juga diserahkan kepada selain Allah (siapapun juga ia) maka Allah tidak akan menerimanya, karena Allah tidak menerima amalan yang diserikatkan, Dia hanyalah meneriman amalan agama yang kholis (murni) untukNya. Allah akan menolak dan mengembalikan amalan tersebut kepada pelakunya bahkan Allah memerintahkannya untuk mengambil pahala (ganjaran) amalannya tersebut kepada yang dia syarikatkan, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, yang artinya:
Allah berfirman, yang artinya: “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga) kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, dan ia adalah hadits yang shahih, sebagaimana perkataan Syaikh Abdul Malik Ar-Romadhoni, adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985) adalah, “aku tinggalkan dia dan ksyirikannya”).
Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, “Lafal ‘amalan’ disini adalah nakiroh dalam konteks kalimat syart maka memberi faedah keumuman sehingga mencakup seluruh jenis amalan kebaikan baik amalan badan, amalan harta. Maupun amalan yang mengandung amalan badan dan amalan harta (seperti haji dan jihad)”. (At-Tamhid hal. 401).
Definisi ikhlas menurut etimologi (menurut peletakan bahasa)
Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya. Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak tercampur dengan campuran dari luar, dan dikatakan “harta ini adalah murni untukmu” maksudnya adalah tidak ada seorangpun yang bersyarikat bersamamu dalam memiliki harta ini.
Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi)
Syaikh Abdul Malik menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu untukNya.
Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu (meskipun manusia tidak meridhoimu).
Ada juga mengatakan bahwa ikhlas adalah “samanya amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang ada di batin”, adapun riya’ yaitu dzohir (amalan yang nampak) dari seorang hamba lebih baik daripada batinnya dan ikhlas yang benar (dan ini derajat yang lebih tinggi dari ikhlas yang pertama) yaitu batin seseoang lebih baik daripada dzohirnya, yaitu engkau menampakkan sikap baik dihadapan manusia adalah karena kebaikan hatimu, maka sebagaimana engkau menghiasi amalan dzohirmu dihadapan manusia maka hendaknya engkaupun menghiasi hatimu dihadapan Robbmu.
Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah, “melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya orang-orang memperhatikanmu karena engkau selalu memandang kepada Allah, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah yaitu sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang ihsan “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya dan jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu”.
Barangsiapa yang berhias dihadapan manusia dengan apa yang tidak ia miliki (dzohirnya tidak sesuai dengan batinnya) maka ia jatuh dari pandangan Allah, dan barangsiapa yang jatuh dari pandangan Allah maka apalagi yang bermanfaat baginya? Oleh karena itu hendaknya setiap orang takut jangan sampai ia jatuh dari pandangan Allah karena jika engkau jatuh dari pandangan Allah maka Allah tidak akan perduli denganmu dimanakah engkau akan binasa, jika Allah meninggalkan engkau dan menjadikan engkau bersandar kepada dirimu sendiri atau kepada makhluk maka berarti engkau telah bersandar kepada sesuatu yang lemah, dan terlepas darimu pertolongan Allah, dan tentunya balasan Allah pada hari akhirat lebih keras dan lebih pedih. (Dari ceramah beliau yang berjudul ikhlas. Definisi-definisi ini sebagaimana juga yang disampaikan oleh Ahmad Farid dalam kitabnya “Tazkiyatun Nufus” hal. 13).
Berkata Syaikh Abdul Malik, “Ikhlas itu bukan hanya terbatas pada urusan amalan-amalan ibadah bahkan ia juga berkaitan dengan dakwah kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saja (tetap) diperintahkan oleh Allah untuk ikhlas dalam dakwahnya”.
Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”(QS. Yusuf: 108).
Yaitu dakwah hanyalah kepada Allah bukan kepada yang lainnya, dan dakwah yang membuahkan keberhasilan adalah dakwah yang dibangun karena untuk mencari wajah Allah. Aku memperingatkan kalian jangan sampai ada diantara kita dan kalian orang-orang yang senang jika dikatakan bahwa kampung mereka adalah kampung sunnah, senang jika masjid-masjid mereka disebut dengan masjid-masjid ahlus sunnah, atau masjid mereka adalah masjid yang pertama yang menghidupkan sunnah ini dan sunnah itu, atau masjid pertama yang menghadirkan para masyayikh salafiyyin dalam rangka mengalahkan selain mereka, namun terkadang mereka tidak sadar bahwa amalan mereka hancur dan rusak padahal mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya.
Dan ini adalah musibah yang sangat menyedihkan yaitu syaitan menggelincirkan seseorang sedikit-demi sedikit hingga terjatuh ke dalam jurang sedang ia menyangka bahwa ia sedang berada pada keadaan yang sebaik-baiknya. Betapa banyak masjid yang aku lihat yang Allah menghancurkan amalannya padahal dulu jemaahnya dzohirnya berada di atas sunnah karena disebabkan rusaknya batin mereka, dan sebab berlomba-lombanya mereka untuk dikatakan bahwa jemaah masjid adalah yang pertama kali berada di atas sunnah, hendaknya kalian berhati-hati…” (Dari ceramah beliau yang berjudul ikhlas).
Bahaya Cinta Ketenaran dan Popularitas
Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni , “Diriwayatkan oleh Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (1/679), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan sanadnya sohih”. Lihat Sittu Duror hal. 45).
Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no 6500 beliau berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagiamana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga)”.
Berkata Syaikh Abdul Malik, “Namun mengapa kita tidak melaksanakan wasiat Abu Hazim ini?? Kenapa??, hal ini menunjukan bahwa keikhlasan belum sampai ke dalam hati kita sebagaimana yang dikehendaki Allah” (Dari ceramah beliau yang berjuduk ikhlas).
Oleh karena itu banyak para imam salaf yang benci ketenaran. Mereka senang kalau nama mereka tidak disebut-sebut oleh manusia. Mereka senang kalau tidak ada yang mengenal mereka. Hal ini demi untuk menjaga keihlasan mereka, dan karena mereka kawatir hati mereka terfitnah tatkala mendengar pujian manusia.
Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran kok dia bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.” (Sittu Duror hal 46)).
Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekkah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran”. (As-Siyar 11/210).
Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa manusia mendoakan beliau: “Aku mohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang riya”. (As-Siyar 11/211).
Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211).
Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang lebih jauh, maka akupun perkata padanya, “Jalan yang ini yang lebih dekat”, maka Ayyub menjawab: ”Saya menghindari majelis-majelis manusia (menghindari keramaian manusia-pen)”. Dan Ayyub jika memberi salam kepada manusia, mereka menjawab salamnya lebih dari kalau mereka menjawab salam selain Ayyub. Maka Ayyub berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini !, Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini!.” Berkata Syaikh Abdul Malik: ”Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d (7/248) dan Al-Fasawi (2/239), dan sanadnya shahih”. (Sittu Duror hal 47).
Berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr, “Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama manusia untuk sholat istisqo (sholat untuk minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan. Maka beliau berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?” (Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri”), maka berkata Yazid :”Saya di sini!”, berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!”. Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banjunya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”. Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya. Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini”, dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.” (Lihat takhrij kisah ini secara terperinci dalam buku Sittu Duror karya Syaikh Abdul Malik Romadloni hal. 47).
Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana Yazid Al-Aswad merasa tidak tentram dengan ketenarannya bahkan dia meminta kepada Allah agar mencabut nyawanya agar terhindar dari ketenarannya. Ketenaran di mata Yazid adalah sebuah penyakit yang berbahaya, yang dia harus menghindarinya walaupun dengan meninggalkan dunia ini. Allahu Akbar ! inilah akhlak salaf!
Bahkan Syaikh Abdul Qoyyum berkata, yang artinya, “Adapun orang-orang yang memerintahkan para pengikutnya atau rela para pengikutnya mencium tangannya lalu ia berkata bahwa ia adalah wali Allah maka ia adalah dajjal”. Namun banyak orang yang terbalik, mereka malah menjadikan ketenaran merupakan kenikmatan yang sungguh nikmat sehingga mereka berusaha untuk meraihnya dengan berbagai macam cara.
Riya itu Samar
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)
Sungguh benar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya riya itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang yang selalu sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia terlambat sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun merasa malu kepada jama’ah yang lain yang melihatnya sholat di shaf yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini senangnya hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah karena pandangan manusia. (Tazkiyatun Nufus hal 15).
Berkata Abu ‘Abdillah Al-Anthoki, “Fudhail bin ‘Iyadh bertemu dengan Sufyan Ats-Tsauri lalu mereka berdua saling mengingat (Allah) maka luluhlah hati Sufyan atau ia menangis. Kemudian Sufyan berkata kepada Fudhail, “Wahai Abu ‘Ali sesungguhnya aku sangat berharap majelis (pertemuan) kita ini rahmat dan berkah bagi kita”, lalu Fudhail berkata kepadanya, “Namun aku, wahai Abu Abdillah, takut jangan sampai majelis kita ini adalah suatu mejelis yang mencelakakan kita “, Sufyan berkata, “Kenapa wahai Abu Ali?”, Fudhail berkata, “Bukankah engkau telah memilih perkataanmu yang terbaik lalu engkau menyampaikannya kepadaku, dan akupun telah memilih perkataanku yang terbaik lalu aku sampaikan kepadamu, berarti engkau telah berhias untuk aku dan aku pun telah berhias untukmu”, lalu Sufyan pun menangis dengan lebih keras daripada tangisannya yang pertama dan berkata, “Engkau telah menghidupkan aku semoga Allah menghidupkanmu”. (Tarikh Ad-Dimasyq 48/404).
Perhatikanlah wahai saudaraku, sesungguhnya hanyalah orang-orang yang beruntung yang memperhatikan gerak-gerik hatinya, yang selalu memperhatikan niatnya. Terlalu banyak orang yang lalai dari hal ini kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Orang-orang yang lalai akan memandang kebaikan-kebaikan mereka pada hari kiamat menjadi kejelekan-kejelekan, dan mereka itulah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya, yang artinya:
“Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zumar: 48).
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi: 104).
Pentingnya Ikhlash bagi Penuntut Ilmu
Berkata Al-Imam An-Nawawiy setelah membicarakan tentang keutamaan ilmu dan kedudukan ulama:
“Ketahuilah bahwasanya apa-apa yang telah kami sebutkan dari keutamaan menuntut ilmu, hanyalah akan diperoleh bagi orang yang mencarinya dalam rangka mengharapkan Wajah Allah Ta’ala, bukan dalam rangka mencari dunia. Dan barangsiapa dalam menuntut ilmu dia mencari tujuan duniawi seperti harta, kepemimpinan, kedudukan, kemegahan, ketenaran, menarik perhatian manusia kepadanya atau ingin mendebat orang lain, atau yang sejenisnya maka ini semuanya tercela.” (Al-Majmuu’ 1/23)
Apabila seorang penuntut ilmu mendapatkan dalam dirinya kecenderungan kepada riya` dan senang untuk berbangga-bangga dengan ilmunya, maka wajib baginya untuk menyibukkan diri dengan memperbaiki niat, bersungguh-sungguh melatih jiwanya agar tetap di atas keikhlashan, menghilangkan was-was syaithan, berlindung diri dari kejahatan dan kejelekannya sampai niatnya kembali menjadi bersih dari berbagai kotoran riya dan yang lainnya, dan tertutuplah pintu-pintu masuk syaithan yang biasa menyusup dari sela-sela jiwa manusia.
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnus Simak bahwasanya dia berkata: Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauriy berkata:
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat atas diriku daripada (memperbaiki) niatku, karena niat itu senantiasa berubah-ubah pada diriku.” (Al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawiy wa Aadaabis Saami’ 1/317)
Al-Khathib juga meriwayatkan dari Bisyr Ibnul Harits bahwasanya beliau ketika berbicara lalu menyebutkan sanad hadits, maka beliau berkata:
“Astaghfirullaah, sesungguhnya ketika menyebutkan sanad muncul perasaan bangga dan sombong dalam hatiku.” (Ibid. 1/338)
Dia takut masuknya perasaan sombong dan bangga ke dalam hatinya, ketika dia menyebutkan sanad dari para perawi dan guru-gurunya yang meriwayatkan dari mereka, lalu hal ini menjadi sebab munculnya riya`, maka diapun mengawasi bisikan-bisikan jiwanya lalu meminta ampun kepada Rabbnya.
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan juga dari ‘Ubaidullah bin Abi Ja’far bahwasanya beliau berkata:
“Apabila seseorang ketika sedang berbicara di suatu majelis lalu pembicaraannya tersebut menjadikan dia ta’ajjub (kagum) maka hendaklah dia diam, dan sebaliknya apabila dia diam lalu diamnya tersebut menjadikan dia ta’ajjub maka hendaklah berbicara.” (Ibid. 1/338)
Beramal Terus Sambil Memperbaiki Niat
Sangatlah pantas bagi kita untuk memperhatikan permasalahan ini yaitu terhadap pintu-pintu masuknya syaithan yang selalu berusaha menggoda manusia, yang wajib bagi para penuntut ilmu mewaspadainya.
Yang dimaksud pintu syaithan di sini adalah godaan dan tipuannya syaithan yang menjadikan permasalahan riya` dan rasa takut darinya sebagai senjata untuk menghalangi seorang penuntut ilmu dari tujuannya (sehingga tidak lagi menuntut ilmu karena takut riya`), dan menghalangi seorang yang alim dari majelis ilmu (sehingga tidak lagi mengajarkan ilmunya karena takut riya`), menghalangi seorang da’i dan pemberi nasehat dari pelajaran-pelajarannya, dengan alasan bahwasanya manusia akan kagum dengan pembicaraannya dan hal ini mengantarkan kepada riya` atau karena semata-mata didapati dalam dirinya ada kecenderungan kepada bisikan-bisikan riya` dan senang dengan kagumnya manusia dan pujian mereka kepadanya.
Sungguh para ulama telah membedakan antara riya` yang merupakan tujuan dan pendorong atas suatu amalan dengan keadaan seorang muslim yang telah menyempurnakan amalannya dengan ikhlash kemudian dia mendapati sebagian kesenangan pada dirinya dari pujian manusia atasnya setelah dia menyelesaikan amalannya tersebut, maka hal ini tidaklah mengurangi hakikat keikhlashannya insya Allah. (Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin hal.221)
Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Dzarr, dia berkata: Dikatakan kepada Rasulullah: “Apakah pendapat engkau terhadap seseorang yang melakukan suatu amalan kebaikan dan manusia memujinya?” Maka beliau menjawab: “Itulah balasan kebaikan yang disegerakan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Sebagaimana para ulama juga telah memberitahukan bahwasanya selayaknya bagi seorang penuntut ilmu agar jangan meninggalkan jalan menuju ilmu apabila dia mendapatkan dalam dirinya ada sesuatu dari riya`, akan tetapi yang harus dia lakukan adalah menyibukkan diri dengan memperbaiki niatnya dengan tetap meneruskan menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu serta mengajarkannya kepada orang lain.
Berkata Al-Imam An-Nawawiy: “Tidak Selayaknya bagi seorang yang berilmu untuk tidak mengajarkan ilmunya kepada seseorang dengan alasan karena niat orang yang belajar tersebut belum benar, karena sesungguhnya dia masih diharapkan agar baik niatnya. Dan terkadang dirasakan berat oleh kebanyakan para pemula dari kalangan para penuntut ilmu masalah perbaikan niat karena lemahnya jiwa-jiwa mereka dan sedikitnya kesenangan mereka terhadap kewajiban memperbaiki niat.
Karena menghalangi atau mencegah dari mengajari mereka akan mengantarkan kepada terluputnya ilmu yang banyak, bersamaan dengan itu masih diharapkan perbaikannya dengan adanya barakah ilmu apabila dia senang ilmu. Dan sungguh para ulama salaf mengatakan: “Kami dulunya menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itupun enggan kecuali agar dicari dalam rangka karena Allah semata.” Artinya akibat terakhirnya adalah jadilah menuntut ilmunya itu karena Allah semata.” (Al-Majmuu’ 1/30)
Hal itu juga sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnul Jauziy, di mana beliau mengatakan:
“Sungguh Iblis telah memberikan tipu dayanya kepada seorang pemberi nasehat yang ikhlash, maka Iblispun berkata kepadanya: “Orang sepertimu tidaklah memberi nasehat dan akan tetapi kamu hanya pura-pura memberi nasehat.” Akhirnya diapun diam dan berhenti dari memberi nasehat. Itulah di antara makar Iblis, karena dia menginginkan menghalangi perbuatan yang baik…. Iblispun juga berkata: “Sesungguhnya kamu ingin bernikmat-nikmat dengan apa yang kamu sampaikan dan kamu akan mendapatkan kesenangan karena hal itu, dan kadang-kadang akan muncul perasaan riya` pada ucapanmu, dan menyendiri itu lebih selamat.” Maksud dari perkataan ini adalah menghalangi dari berbagai kebaikan”. (Talbiisu Ibliis hal.125)
Luruskan Niat dalam Menuntut Ilmu!
Mari kita akhiri dengan wasiat Abu Hamid (beliau di akhir hidupnya bertaubat dan kembali ke manhaj salaf, yang sebelumnya bermanhaj shufi) di mana beliau mengingatkan para penuntut ilmu akan wajibnya mengawasi dan memperhatikan jiwanya dan agar selalu bertanya kepadanya apa pendorong dalam mencari ilmu dan kesabarannya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan menuntut ilmu:
“Berapa malam kamu bangun untuk mengulang ilmu dan mentelaah kitab-kitab dan kamu mengharamkan dirimu untuk tidur, aku tidak tahu apa yang mendorongmu melakukan semuanya itu? Apabila niatmu mencari bagian dari dunia, perhiasannya dan kedudukan-kedudukan di dunia, serta ingin berbangga-bangga dengan teman-teman setingkatmu, maka kecelakaanlah bagimu kemudian kecelakaanlah bagimu. Dan apabila tujuanmu dalam mencari ilmu adalah dalam rangka menghidupkan syari’atnya Nabi dan mendidik akhlakmu serta mengikis habis nafsu yang cenderung kepada kejelekan, maka kebahagiaanlah bagimu kemudian kebahagiaanlah bagimu.” (Ayyuhal Walad hal.105-106)
Wallaahu A’lam Bish Showwab
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan aku bertaubat kepada-Mu.
Melbourne, 05 Jumadil Akhir 1430 H
Yang senantiasa mengharapkan ampunan, rahmat dan ridho-Nya,
Abul Zuhriy Rikiy Dzulkifli bin Iwan Al-Ghorontaliy
Sumber: http://abuzuhriy.com/mulailah-segala-sesuatu-dengan-niat/
Langganan:
Postingan (Atom)