Sabtu, 28 Januari 2012
AL LATHIIF (Dzat Yang Maha Lembut)
Allah Ta�ala telah menyiapkan semua kebutuhan manusia sebelum manusia itu tercipta, sehingga yang menjadi tugas manusia hanya memilih antara fasik dan taqwa. Hal ini dicontohkan dengan seorang ibu yang sedang hamil. Sebelum melahirkan dia telah membelikan sesuatu yang akan dibutuhkan oleh sang bayi.
Begitupun juga dengan Allah telah menyiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan oleh manusia. Seperti kita yang memakan nasi berasnya ditanam dimana, siapa yang menanam, siapa yang memasak, dan lain sebagainya, semua telah disiapkan oleh Allah sebelum kita diciptakan.
Bahkan kapan waktu kita makan juga telah ditentukan, sehingga rezeki seseorag tidak akan mungkin tertukar dengan orang lain dan kapan waktu kedatangannya juga tidak akan pernah bergeser walau sedetikpun. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita ragu dengan segala sesuatu yang telah Allah janjikan, tetapi khawatirlah dengan sesuatu yang belum Allah pastikan, yaitu syurga dan neraka. Akan tetapi banyak sekali manusia yang merasakan bahwa apapun yang dapat ia makan bukan dari pemberian Allah, tetapi dia merasa karena daya upaya (kemampuannya) sendiri.
Kebanyakan manusia tidak sabar dalam menunggu ketetapan Allah, dikarenakan mereka selalu mengikuti hawa nafsunya, sehingga mendorongnya untuk mengikuti kefasikan. Padahal andaikata segala sesuatu itu ditentukan untuk kita pasti akan kita dapatkan dan tidak akan pernah tertukar dengan orang lain. Begitupun sebaliknya apabila sesuatu itu tidak ditentukan untuk kita juga tidak akan sampai. Walaupun kita telah berupaya dengan segala cara. Karena Allah itu Al lathif (Dzat Yang Maha Lembut). artinya segala yang dibutuhkan oleh manusia mulai ia lahir sampai mati telah disiapkan sejak zaman Azali. Oleh sebab itu kita harus bertawakkal kepada Allah. Segala kebutuhan hidup manusia mulai ia lahir sampai ia mati telah disiapkan (dijamin) oleh Allah, oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada kita untuk beribadah
karena disurat Adz Dzariyaat (51) : 56 Allah telah berfirman : 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Kalau semua kebutuhan kita telah dijamin oleh Allah, sekarang timbul pertanyaan apakah kita tidak perlu berupaya (ikhtiyar)? berupaya (ikhtiyar) harus dilakukan, akan tetapi yang kita cari bukanlah uang, melainkan dengan ihtiyar tersebut terdapat amal. Sebagai contohnya kita berdagang. Allah melarang kita berlaku curang (mengurangi timbangan). Apabila hukum-hukum Allah kita lakukan dengan benar, maka kita akan mendapat amal. begitu juga dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
bahkan didalam salah satu hadits diterangkan bahwa : �apabila seseorang keluar rumah dengan niat mencari nafkah untuk keluarganya, maka nilainya adalah jihad�. akan tetapi disini perlu digaris bawahi bahwa ihtiyar hanya sarana untuk memperoleh amal, sedangkan masalah hasil (rizki) hanya Allah yang menentukan (bertawakkal). Apabila seseorang tidak yakin dengan Al LathifNya Allah, mengakibatkan hidupnya selalu dalam kesusahan dan selalu bergantung kepada selain Allah.
Padahal ini adalah bentuk kemusyrikan. Selalu merasa iri melihat orang lain diberi lebih, merasa kurang, tidak sabar, selalu berkeluh kesah dan tidak terima dengan ketentuan Allah. Dan yang selalu ia bicarakan adalah kesusahan-kesusahannya. Padahal Allah memerintahkan apabila mendapat kenikmatan agar dikabarkan. Akan tetapi apabila mendapatkan kesusahan hendaknya diam lalu introspeksi diri.
Dan didalam salah satu hadits Qudsi Allah juga berfirman : �Apabila kamu tidak terima dengan taqdirKu maka minggatlah dari bumiKu dan carilah tuhan selain Aku�. Sebetulnya apalagi yang perlu kita khawatirkan? Kalau semua kebutuhan selama hidup sudah disiapkan oleh Allah? Ingat...! Tujuan Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Akan tetapi kita justru pusing masalah dunia, sehingga tidak pernah khawatir tentang kehidupan akhirat. Dalam hidup ini kita sering mengatur Allah, padahal kita ini adalah seorang hamba. Berarti kita adalah orang yang tidak tahu diri. Seharusnya sebagai seorang hamba lakukan saja perintah Allah dan jauhi laranganNya. Sedangkan masalah kebutuhan biar Allah yang menentukan. Jangan sampai kita seperti seorang pembantu yang selalu mengatur majikannya. Gaji minta besar, segala keinginannya harus dipenuhi, kalau sedikit susah berkeluh kesah. Oleh sebab itu Asma�ul Husna harus kita fahami secara penuh. Baik dalam pemahaman atau pengamalannya. Karena kalau banyak yang belum faham maka keimanan sering lepas. Belum sempurna keimanan seseorang sebelum Allah dan rasulNya lebih ia cintai dari apapun, termasuk dirinya sendiri
Apabila masih mencintai dunia beserta isinya tidak akan pernah bisa mencintai Allah. Karena barang siapa mencintai sesuatu bersiaplah menjadi hamba sesuatu tersebut. Apabila kita mencintai Allah maka bersiaplah menjadi hambaNya yang menjalankan segala keinginanNya. Akan tetapi apabila mencintai isteri atau suami, anak, pekerjaan, harta, rumah, mobil dan lain sebagainya maka bersiaplah untuk menjadi hambanya yang selalu memenuhi apapun keinginanya. Akan tetapi hal ini akan menjerumuskn kita kedalam keneraka
Oleh sebab itu kepada selain Allah sifatnya hanya sayang. Karena cinta harus memiliki dan harus siap menjadi hambanya, tetapi kalau sayang tidak. Pada suatu ketika Siti Fatimah sakit dan ia ingin sekali memakan anggur tetapi uangnya hanya lima dirham. Lalu ia meminta tolong suaminya untuk membelikannya. Maka pergilah Sayyidina Ali kepasar untuk membeli anggur. Akan tetapi ditengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang meminta-minta untuk diberi sedekah karena sudah tiga hari tiga malam tidak makan.
Melihat orang tersebut Sayyidina Ali berfikir bahwa uang lima dirham lebih bermanfaat untuk orang tersebut dari pada isterinya. Akhirnya ia memberikan uangnya kepada orang tersebut. Setelah itu ia kembali kerumah sambil berkata kepada isterinya : Wahai isteriku aku tidak membawa apa yang kamu inginkan tetapi aku membawa keridhoan Allah�. Siti Fatimah menjawab: �Tidak apa-apa karena telah hilang keinginanku untuk memakan anggur�. Tidak lama dari itu datanglah seorang arab baduwi yang meminta tolong Sayyidina Ali untuk menjualkan untanya dengan harga seratus dinar dan apabila ada kelebihan menjadi milik Sayyidina Ali. Tidak lama dari itu datanglah arab baduwi yang lain untuk membeli unta dengan harga tiga ratus dinar.
Dengan kejadian ini Sayyidina Ali sangat bersyukur karena telah mendapat rizki dua ratus dinar tanpa bersusah payah. Sehingga ia menceritakan hal ini kepada Rasulullah. Akan tetapi beliau sudah tahu dengan kejadian ini sambil berkata : �Wahai Ali, tahukah kamu dengan dua orang arab baduwi itu? Jawab Ali : �Allah dan RasulNya yang lebih tahu�. Beliau menjawab : �Arab baduwi yang pertama adalah Malaikat Jibril dan yang kedua adalah Malaikat Mikail�. Dengan kelembutanNya Allah Ta�ala telah menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh setiap makhluq-makhluqNya termasuk manusia, sebelum makhluq-makhluqNya itu tercipta. Ibaratnya seperti orang tua yang hamil telah menyiapkan segala kebutuhan anaknya sebelum anaknya lahir kemuka bumi.
Dari Abdullah Bin �Amr Bin Ash katanya, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda : �Allah Ta'ala telah menetapkan segala ketetapan (taqdir) bagi seluruh makhluq lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi dan ketika itu Arsy Allah Ta'ala diatas air�. (Shahih Muslim : 2277) Oleh sebab itu segala apapun yang kita perlukan hari ini, sudah Allah Ta'ala siapkan sebelum kita sendiri tercipta. Sebagai contohnya rumah yang kita tempati. Bahan-bahannya telah Allah Ta'ala siapkan sebelum kita tercipta, baik dari kayu, batu dan lain sebagainya.
Contoh yang lain malam ini kita bisa makan martabak. Telurnya, gandumnya, wortelnya dan lain sebagainya telah disiapkan oleh Allah Ta'ala lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi tercipta. Begitupun juga dengan yang lainnya, semuanya telah disiapkan oleh Allah Ta'ala sebelum diri kita tercipta. Akan tetapi Al Lathif-Nya Allah Ta'ala ini juga berlaku fasik dan taqwa. Maksudnya adalah, apabila seseorang memilih kefasikan akan mendapatkan ini dan jika memilih ketaqwaan akan mendapatkan ini.
Dan semua itu telah Allah Ta�ala siapkan sebelum manusia tercipta. Oleh sebab itu apa-apa yang ditentukan untuk kita pasti akan sampai kepada kita dan tidak akan pernah tertukar dengan orang lain. Begitupun juga sebaliknya apa-apa yang tidak ditentukan untuk kita, maka tidak akan pernah sampai kepada kita walaupun kita berupaya dengan segala macam cara.
Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak pandai bersyukur dan selalu merasa pusing dengan segala sesuatu yang telah Allah Ta�ala tentukan, yaitu segala kebutuhan manusia selama hidupnya dimuka bumi. Akan tetapi dia tidak pernah merasa pusing dengan sesuatu yang belum ditentukan oleh Allah Ta�ala yaitu masuk syurga atau masuk neraka
A. Sisi Tafakkurnya Sudahkah kita yakin dengan jaminan-jaminan dari Allah Ta�ala? Ataukah kita masih ragu dengan jaminan Allah Ta�ala, sehingga kita masih butuh dengan jaminan manusia?
B. Contoh Do�a Dari Sisi Keimanan Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hambaMu yang yakin akan jaminan-jaminan dari Engkau.
C. Sikap Orang Beriman Orang-orang yang beriman sangat yakin bahwa apapun kebutuhannya selama hidup didunia telah dijamin oleh Allah Ta'ala. Sehingga dia tidak akan pernah khawatir dengan jaminan-jaminan Allah Ta�ala yang telah pasti ketentuannya.
D. Sikap Orang Bertaqwa Orang-orang yang bertaqwa tidak khawatir atau gelisah dengan kehidupan dunia, karena semua telah dijamin oleh Allah Ta'ala. Akan tetapi dia sangat khawatir dengan kehidupan akhirat, apakah selamat atau tidak, apakah masuk syurga atau neraka. Sehingga dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan bekalnya dihari akhir dengan cara memperbanyak amal-amal ibadah dan amal-amal sholeh karena imannya kepada Allah Ta'ala. Orang-orang yang bertaqwa tidak pernah membuat kerusakan dimuka bumi, karena alam ini telah disiapkan Allah Ta'ala untuk kebutuhan hamba-hambaNya, sehingga dia akan melestarikannya.
E. Contoh Do�a Dari Sisi Ketaqwaan Ya Allah, tolonglah kami agar dapat bersabar menunggu apa-apa yang Engkau tentukan bagi kami.
F. Sikap Orang Bertawakkal Orang-orang yang bertawakkal akan menyerahkan segala kebutuhannya kepada Allah Ta'ala. Karena dia yakin bahwa apa-apa yang ditentukan untuknya pasti akan sampai dan tidak akan pernah tertukar dengan orang lain dan apa-apa yang tidak ditentukan untuknya pasti tidak akan sampai. Sehingga didalam hidupnya dia tidak pernah merasa khawatir dan gelisah. Yang selalu dia fikirkan adalah bagaimana dia bisa selalu memilih ketaqwaan, sehingga dia mendapatkan ketentuan yang baik dan diridhoi oleh Allah Ta'ala. Rasulullah SAW bersabda : �Sesungguhnya rezeki mencari seorang hamba sebagaimana ajal mencarinya�. (HR. Ath-Thabrani)
G. Sikap Orang Mukhlis Dia akan menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan Allah Ta'ala kepadanya, atau apapun yang telah dijamin oleh Allah Ta'ala untuk dirinya. Yang penting apapun dan seberapapun yang telah diberikan Allah Ta'ala itulah yang dia gunakan untuk beramal sholeh.
H. Sikap orang-orang yang telah meneladani Asma� Al Lathif Apabila sudah menjadi kholifah, maka ia tidak pernah ragu dengan jaminan Allah Ta�ala. Dengan keyakinan apabila sesuatu itu sudah ditentukan untuk dirinya pasti akan ia diterima dan sesuatu yang tidak Allah tentukan untuk dirinya juga tidak akan sampai kepadanya. Dan juga tidak terlalu bergembira dengan sesuatu yang dapat diraih dan tidak terlalu kecewa dengan sesuatu yang tidak dapat ia raih. Kemudian terhadap sesama manusia, ia selalu berusaha untuk menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan oleh manusia, untuk keperluan diwaktu yang akan datang.
Contoh do�a bagi yang ingin meneladani Asma� Al Lathif Ya Allah, jadikanlah kami perantara-perantaraMu dalam mengajak orang-orang untuk yakin kepada jaminan-jaminanMu, sehingga mereka tidak akan pernah ragu serta bersabar didalam menunggu pemberian yang Engkau tentukan bagi mereka.
http://syafaatushsholawatindonesia.wapsite.me/files/31.%20AL%20LATHIF.txt
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jangan begitu ah nanti jadi fitnah, yang benar bukankah manusia sudah diberi karunia rahmat yang melebihi segalanya, kalau orang berdzikir kepada dzat yang maha lembut akan diberi ketenangan hidup dan hidup sendiri tidak hanya dunia, sedang dunia itu fana
BalasHapusassalam mu'alaikum wr. wb. maaf seribu maaf tema tulisan Tentang ketauhidan sungguh kurang elok kalau di belokan ke urusan duniawi... wassalamu'alaikum wr. wb.
BalasHapus